CHAPTER 22

551 60 8
                                    

01 September, 2019
Janji Yang Harus Di Tepati.

"Kau sudah menyelesaikannya?"

"Hmm... Sedikit lagi. Tapi aku yakin kita akan bisa berangkat ke bandara tepat waktu."

Tangan pria itu masih memegang penggaris dan pensil yang ia guratkan di atas kertas besar.

Pagi yang mendadak mendung nampak tak bersahabat dengan Yoong, seolah berusaha menahannya agar tetap tinggal di rumah hari ini. Namun, Yoong memiliki hutang pada seseorang. Sebuah janji yang akan ia tepati besok hari.

"Ngomong-ngomong kau sudah membelinya?"

"Eumm..." Yoong mengangguk lagi sebagai jawaban.

Mata pria rusa tersebut tak bisa lepas dari pekerjaan yang menyita banyak waktunya akhir-akhir ini.

Taeyeon duduk di kursi, berseberang dengan Yoong. Memandangi ketelitian pria itu, ia berbinar takjub namun juga mengernyit tak suka saat melihat betapa rumit rancangan tersebut.

"Melihatnya saja aku sudah sakit kepala. Ini memang bukan pekerjaan mudah." Ucap gadia itu menyesap teh yang di buatnya sebelum ikut begabung memanaskan tubuh.

"Arra. Itulah mengapa aku harus menyombongkan diri untuk ini." Yoong terkekeh.

Ada jejak humor di sana, di wajahnya yang terlihat tampan dan tak lagi ada bekas memar kebiru-biruan. Pria itu sudah jauh lebih baik sekarang, setelah ia memutuskan untuk menata kehidupan yang baru.

"Ya, ya."

"Dimana Joohyun?"

"Sedang mandi." Taeyeon menjawab singkat sebelum beranjak mengambil roti bakar yang sudah matang dari mesin pemanggang otomatis.

Taeyeon serta Seohyun tiba di Amerika, tepatnya tiga hari yang lalu. Terlepas dari niat ingin memastikan bahwa pria itu akan baik-baik saja sebelum dan sesudah sampai di Seoul, Taeyeon juga merindukannya.

Terlebih lagi ia memiliki pekerjaan sehingga waktunya begitu pas untuk mengunjungi Yoong.

Seohyun menuruni tangga, duduk di samping Taeyeon lalu memakan rotinya yang tergeletak di atas piring.

Wajah gadis itu sendu walaupun perasaannya baik-baik saja. Rasa bersalah masih menjerat hatinya yang harus mengucapkan perpisahan dengan Jessica.

Perpisahan sementara, akan tetapi entah kenapa Seohyun sulit mengucapkannya di bandingkan biasanya saat mereka harus berpisah karena pekerjaan Jessica.

Tepukan pelan mendarat di pundak Seohyun. Taeyeon seolah menyadari dan terawangannya jelas tepat. Ia melihat bagaimana Seohyun ingin datang, namun juga tak berniat meninggalkan Jessica sendirian di apartemen.

"Kau akan bertemu dengannya lagi besok." Gumam Taeyeon pelan menarik perhatian Yoong yang segera mendongak, memandang dua gadis di depannya bergantian.

"Entahlah. Perasaanku tidak enak." Lirih Seohyun.

Taeyeon melirik Yoong yang sudah menatapnya lebih dahulu, bekerja sama mencari maksud dari fikiran gadis termuda mereka saat ini, apa yang mengganggunya dan firasat apa yang mencekat dada Seohyun.

"Kau harus menelfon Jessica. Kau merindukannya." Tersenyum, Yoong meraih ponsel miliknya lalu menekan tombol panggil pada aplikasi untuk menghubungkan dirinya dengan Jessica.

PUZZLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang