Harinya sudah berlalu. Berlalu terlampau jauh hingga melewatkan segala sesuatu yang seharusnya terjadi, sama sekali tak pernah terjadi. Mengubah takdir yang di perjuangkan menjadi tersiakan.
Penantian panjang dari kedua hati seolah terbuang tak berarti, di telan kegelapan dan melempar dalam sebuah nestapa. Sembuhnya luka, sakit dan air mata yang sudah mengering bukan arti dari berakhirnya kenangan lalu.
Jessica hanya bisa mengingatnya. Mengingat seluruh janji dan kalimat manis yang di katakannya melalui pesan singkat atau panggilan video langsung.
"Selama kau memakai cincinnya, itu artinya aku akan datang padamu, tepat di hari yang sama. Mungkin akan butuh waktu sedikit lama, tapi kau bisa percaya pada kesetiaan, kan? Aku akan menjanjikan itu padamu sebelum pergi. Berikan waktu 5 tahun saja, jika kau bisa. Tunggu aku kembali."
Namun apalah sebuah kata saat dia tak bisa membuktikan lewat tindakan nyata dan yang terjadi adalah ingkarnya terhadap janji.
"Apa yang kau fikirkan?" Suara pria itu sarat akan rasa penasaran, menyentak Jessica dari lamunan mengerikannya.
Kenapa ia sampai bisa memikirkan itu? Ketakutannya tempo hari lalu, membawa Jessica menyelam ke kemungkinan terburuk bahwa Yoong tak akan datang padanya.
Jessica menggelengkan kepala kemudian tersenyum lembut.
"Memikirkanmu."
Yoong menyeringai seraya menyipitkan matanya pada Jessica. "Kau bilang untuk tidak menggodamu, agashi. Tapi lihatlah sekarang, siapa yang menggoda siapa."
Jessica terkekeh pelan. Ia mendekati pria itu, merapihkan tatanan rambut Yoong serta lakuk di jas biru gelapnya.
"Kau masih belum mengatakan kemana tujuanmu." Kerucut bibir samar terlihat di wajah Jessica.
Pria rusanya mengatakan bahwa dia akan pergi dan tak berniat mengajak Jessica. Setidaknya, Yoong harus memberitahu kemana dia akan pergi.
Jessica tak khawatir Yoong bertemu gadis lain atau menggoda seseorang yang lalu lalang di jalanan. Hanya saja, ia merasa harus tahu kemana Yoong akan pergi.
Bukankah kemarin pria itu bilang pernikahan harus di landasi kepercayaan? Jadi kenapa Yoong seolah menyembunyikan sesuatu?
"Aku sudah mengatakannya. Ke suatu tempat."
"Itu bukan jawaban yang ku inginkan." Jessica menekuk wajah.
Ia harus meyakinkan Yoong bahwa dirinya tengah merajuk saat ini. Senjata Jessica sudah pasti ampuh melawan kerasnya tembok Yoong.
Pria itu menghela nafas, nampak berat untuk menjawab. Seolah ada sesuatu yang mencekat di tenggorokan, Yoong meneguk salivanya dengan susah. Raut cemas tercetak jelas di wajah Yoong yang sontak memperbesar rasa cemas Jessica.
"Mengunjungi appa. Memberitahunya bahwa aku akan menikahi seorang putri cantik dari sebuah kerajaan." Yoong menyelipkan helaian rambut yang berterbangan di telinga Jessica.
Yoong berniat menghibur, namun tak ada jejak humor di bibirnya yang bahkan masih membentuk sebuah garis keras dan lurus.
Nyaris tak ada ekspresi santai di sana. Hanya ada sebuah kekhawatiran lebih besar dari yang Jessica tengah rasakan.
Jessica menatap sendu iris rusa Yoong. Kedua tangannya menengkup pipi pria itu, membawanya untuk sedikit merunduk dan bersitatap antar mata ke mata.
"Aku ikut." Yoong sontak menukikan alis, menggeleng tak setuju dengan permintaan Jessica.
"Aku tidak akan membawamu ke sana, apapun alasannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
PUZZLE
Fanfiction(8 days for open your heart) Puzzle. Bukan sebuah mahakarya yang tercipta sendiri dan satu-satunya. Menjadi sebuah bagian tunggal bukan aturan main puzzle. Puzzle. Memiliki kepingan-kepingan lain yang akan membuat mereka menjadi sebuah kesatuan yang...