1. Brondong Posesif!

5.5K 428 12
                                    

Terlihat gadis dengan potongan rambut setengah bahu itu berdiri di samping penjual bakso yang ada di kantin sekolahnya. "Mang, aku layanin sendiri aja boleh ya?"

"Mangga Neng, Mamang juga lagi ngelayanin pembeli mie ayam dulu, jadi kalo Neng layanin sendirikan ga usah nunggu lama," Saut penjual bakso itu.

Sari tersenyum manis, mulai meracik sendiri bumbu bakso yang akan ia beli. Nanti ia tinggal membayar harga baksonya.

Tersenyum puas ketika mencicipi kuah baksonya yang terasa lezat, kepala gadis itu menoleh kebelakang, di mana botol mineral terjejer rapih di sana. Kemudian mengambilnya satu. "Mang udah nih, jadi berapa semuanya?"

Penjual itu menatap semua jajanan yang di ambil langganannya itu. "Bakso 10 ribu, sama air mineralnya 5 ribu, jadi semuanya 15 Neng."

"Ini Mang uangnya, matur nuhun ya," Sari tersenyum sopan, mengangkat mangkuk baksonya, berjalan pergi mencari bangku kosong untuk menikmati jajan istirahatnya.

Jika kalian ada yang heran kenapa ia ke kantin sendirian, biasanya semua siswi perempuan akan berbondong-bondong bersama sahabat masing-masing, benar bukan? Jawabannya adalah, Sari itu salah satu diantara beribu perempuan yang lebih asik ke mana-mana sendiri.

Apakah ia punya teman? Jelas, temannya sangat banyak. Karena Sari termasuk perempuan ramah yang murah senyum dan juga baik pada siapa saja.

Tapi kembali lagi, hanya sekedar teman. Bukan sahabat. Jadi, menurutnya semuanya tidak perlu berlebihan.

Ia pernah punya sahabat tapi sudah terlanjur di kecewakan, jadi untuk itu mulai sekarang ia tidak ingin berlebihan lagi dalam berteman.

Dari arah meja pojok, segerombolan anak laki-laki terlihat sedang berceloteh ria, saling mengejek satu sama lain dengan jajanan cemilan kuaci di atas meja yang kulitnya berserakan ke mana-mana.

Salah satu diantara mereka menatap Sari terpesona, dari bagaimana gadis itu serius melayani sendiri baksonya hingga dengan sopannya gadis itu juga berterimakasih, sangat manis dan lembut. Membuatnya rasa cinta yang tumbuh dihatinya kian menggebu-gebu.

Matanya memicing tidak suka ketika seorang laki-laki mendekat pada gadis itu, keduanya saling melempar senyum kemudian terlihat laki-laki itu memberikan sebuah kotak berukuran kecil dan langsung kembali pergi.

Apa isi kotak kecil itu?

Kenapa juga gadis itu menerimanya?

"Tancep gas dong, El!" Sorak Hady memanasi.

"Nah itu, gemes juga gue sama lo, padahal nih ya... Yang gue tau lo itu kalo udah masalah suka sama cewek langsung tembak, lah ini cuma kaya penguntit," Cerewet Nevan memakan kuacinya.

"Apa lagi ditunjang sama muka lo yang ganteng, pastilah semua cewek ga bakal ada yang nolak lo," Tambah Irvan kalem.

Lemuel mendengus, menatap kesal para sahabatnya. "Bukan itu masalahnya, di sini dia Kakak kelas dan gue Adik kelas!"

"Cuma selisih umur 1 tahun, santai aja kali. Yang belasan tahun aja banyak ko," Sambar Irvan kembali.

Omongan Irvan langsung disetujui oleh Hady dan Nevan. Menurut mereka umur buka jadi penghalang bersatunya cinta. Betul bukan?

"Gue sih fine, fine aja. Tapi ga tau kalo ceweknya," Bahu Lemuel melemas, kenapa juga hatinya harus berlabuh sedalam ini pada perempuan yang umurnya lebih tua darinya?

Memang cinta itu buta.

"Lo liat ga pas cewek yang gue taksir itu didatengin cowok?"

"Gue liat," Saut Hady.

"Terus lo kenal ga sama cowok nya?"

"Itu mah Zayyan, ketua Pramuka."

Kepala Lemuel mengangguk mengerti. "Tadi gue liat dia ngasih kotak kecil ke Sari. Apa ya isinya?"

"Mana kita tau!" Saut ketiganya cepat.

Lemuel mendengus, kembali menatap gadis pujaan hatinya. "Kenapa juga dia harus cantik, manis, baik dan murah senyum. Gue kan jadi makin klepek-klepek."

Ketika sahabat Lemuel begidik ngeli sekaligus ngeri, perasaan selama ini yang mereka tau saat Lemuel suka dengan perempuan tidak selebay sekarang.

Tiba-tiba Lemuel berdiri, hingga bangku yang diduduki terdorong ke belakang menimbulkan suara decitan yang cukup kuat. "Pokoknya gue ga boleh kalah star sama ketua Pramuka itu!" Sengitnya melangkah lebar ke arah gadis yang ia dambakan.

"Kaget gue, astaga..." Nevan mengelus dadanya dengan wajah terkejut.

"Gue juga njir, gue kira tuh anak kenapa!" Sambung Irvan menggelengkan kepalanya.

Merasa ada yang kurang Nevan dan juga Irvan menoleh ke pada Handy, keduanya langsung melotot tidak percaya dan segera bangun dari duduknya, berjongkok di samping Hady yang terjatuh ke lantai dengan tubuh kaku juga kejang-kejang.

"Lo kenapa dah?!" Sebal Irvan mengguncang kencang badan Hady.

Nevan sudah tertawa ngakak. "Udah mirip kaya Ijat aja nih oncom kampul!"

*

"Kak jangan deket cowok lain lagi selain gue!"

Sari yang berniat memasukkan bulatan bakso ke dalam mulutnya langsung terkejut. "Kamu siapa? Mungkin salah orang."

Lemuel duduk dihadapan gadis itu, menajamkan pandangannya. "Kakak ga tau?!"

"Tau apa sih?"

"Tau... Kalo aku ini jodoh dunia aheratnya Kakak!"

Mulut Sari terbuka lebar. "Jangan becanda kamu!"

"Ga becanda Kak, aku nembak Kakak jadi pacar sekarang dan Kakak harus nerima!"

"Jangan gila kamu, kamu Adik kelas aku!" Kesal Sari menunjuk label tanda kelas 11 di lengan kiri laki-laki di depannya, tidak habis pikir akan mendapat kejadian seperti ini. Tidak lucu sama sekali.

"Kalo Adik kelas emangnya kenapa?!"

Sari menggenggam kuat garpu yang ia pegang, perasaan jengkel semakin menyelimuti hatinya. "Jangan gila, kamu bisa suka sama cewek yang umurnya sepantaran dengan kamu atau bahkan lebih muda dari kamu!"

"Ga mau, aku maunya Kakak!"

Pletakk...

"Auu... Ko Kakak malah mukul sih?!" Sentak Lemuel mengelus jidatnya.

"Biar otak kamu kembali waras!" Sengit Sari membalas menatap tajam Adik kelasnya.

"Aku ga waras karena Kakak, aku ga terima kalo Kakak deket sama cowok lain. Aku maunya Kakak cuma deket sama aku!"

Sari menatap intens Adik kelasnya, kemudian terkekeh pelan. "Kamu lagi ngepreng aku ya?"

"Kenapa Kakak bisa nganggep keseriusan aku cuma preng?!" bentak Lemuel sengit.

"Jaman sekarang semuanya juga dibuat main-main demi kepentingan konten," balas Sari pergi dari hadapan Adik kelasnya dengan membawa kotak kecil yang tadi diberikan Zayyan.

Brondong Posesif!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang