22. Untuk semua perempuan, yang harusnya berani bicara

101 14 0
                                    

Selamat membaca sweet Dimas 🌈

Udah siap buat baca sweet Dimas? Dalam hitungan tiga dua, satu jangan lupa like koen dan kasih tau temen temen yang lain untuk ikut baca sweet Dimas.

Happy reading semua 🤗🌈🤗

*****

Dengan susah payah dan dibantu Alya Nabila akhirnya bisa membawa Sahid menuju UKS. Tentunya itu tidak mudah, bukan karena kondisi Sahid yang harus dibawa dengan hati hati, Nabila juga harus menerima tatapan tak mengenakkan dari siswa Majastic terhadap apa yang ia lakukan.

Gunjingan dan cemoohan terus Nabila terima di sepanjang jalan menuju UKS. Tapi Nabila memilih untuk menutup telinganya rapat rapat. Ia harus bersikap acuh kali ini.

Kondisi UKS sendiri terlihat sepi karena beberapa saat yang lalu bel tanda masuk sudah berbunyi. Dengan hati hati Nabila membuka pintu UKS. Ruangan dengan nuansa putih itu terlihat sepi dan sunyi. Hanya tercium bau obat obatan didalamnya. Sepertinya ada orang lain didalam UKS itu. Seorang gadis cantik dengan pakaian yang lumayan berantakan. Pipi gadis itu biru bengkak. Ada bekas tamparan disana.

Nabila hanya melihat gadis itu sekilas, tidak menyadari ada raut ketakutan dari mata coklatnya. Atau memang Nabila yang tidak bisa membaca situasi? Entah lah yang terpikir saat ini adalah Nabila harus segera mengobati Sahid. Meminta maaf atas perbuatan Dimas dan selesai.

"Ay, ambil obat merah, salep bengkak, alkohol, kasa, kapas sama obat nyeri ya." Ujar Nabila pada Alya. Setelah keduanya membaringkan Sahid di ranjang UKS.

Alya kembali dengan semua keperluan barang yang di sebutkan oleh Nabila tadi. Keduanya sama sama terlihat begitu ahli dan percaya diri dalam menangani luka luka di tubuh Sahid. Seperti tidak ada rasa jijik ataupun takut.

Dulu memang semasa SMP Nabila pernah menjuari lomba PMR dan Alya adalah lulusan SMK kesehatan terbaik di jogja, sebelum gadis itu kembali menjadi siswi SMA setelah pindah ke Jakarta.

"Minum dulu, ini obat anti nyeri? Lo nggak punya alergi sama obatkan?" Tanya Nabila dan hanya dibalas dengan gelengan lemas oleh Sahid.

Cowok itu meringis beberapa kali saat Alya menakan luka di sudut bibir dan pelipisnya. Nabila sendiri membersihkan luka di bagian siku dan tangan.

Tidak butuh waktu lama, Nabila dan Alya sudah selesai dengan pengobatannya. Nabila hanya mampu sampai disitu dia bukan dokter tapi untuk pertolongan pertama ia cukup tau.

"Lo harus kerumah sakit, gue bakal ngomong guru BK buat panggil ambulan. Ini cuma perkiraan, benar atau enggaknya nggak tau. gue rasa kalau tulang rusuk Lo remuk. Jadi jangan banyak gerak." Ujar Alya.

Sahid yang semakin minim kesadaran itu pun hanya bisa bergumam.

"Bel, lo disini dulu ya, gue mau cuci tangan sama baju gue kena noda darah. Sekalian ngomong ke guru BK." Ujar Alya pada Nabila. 

Alya pergi meninggalkan Nabila dengan keheningan dan suasana dingin ruang UKS. Sahid memejamkan matanya. Nabila sendiri memilih duduk tenang di kursi kayu dekat rajang. Sedangkan seorang gadis yang dari tadi diam itupun hanya menunduk dengan tangan yang terus gemetar.

"Harusnya lo nggak nolong gue tadi. Biarin aja Dimas mukulin gue sampai mati." Akhirnya Sahid berbicara setalah sendari tadi hanya diam.

"Sama sama. Gue enggak kasihan kok sama Lo. Ini cara gue bela Dimas supaya dia enggak masuk penjara karena ngebunuh orang " Jawab Nabila santai.

Atmosfir ruang UKS yang dingin berbuah menjadi tegang. Sahid tersenyum kecut. Ia merasa iri, bahkan saat terlihat salah pun Dimas masih ada yang membela.

Sweet DimasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang