Reconciliation

2.7K 415 30
                                    

Aku tak tahu sejak kapan gulingku menjadi sehangat ini, dan keras, tapi sangat nyaman. Wangi tubuhku juga selalu perpaduan antara jasmine dan vanilla. Tapi yang tercium dari sesuatu yang kudekap saat ini menguarkan wangi lemon yang berpadu dengan bau bergamot dan bunga zaitun. Aku tak mungkin tak tahu wangi dari salah satu parfum paling mahal di dunia itu. Salah satu mantan teman kencanku pernah sekali membeli parfum itu. Hanya sekali, karena terlalu sulit untuk mendapatkannya, juga harus merogoh kocek yang tak sedikit.

Tentu saja, mantan teman kencanku adalah seorang pria. Jadi yang sedang kudekap saat ini adalah tubuh dari seorang–

–pria.

Tentu saja. Ya. Astaga! Jadi aku benar-benar menikah kemarin, dengan Uchiha Sasuke. Dan yang kudekap sudah pasti pria yang kunikahi, iya 'kan? Aku sudah tidur sendiri bahkan ketika aku masih bayi. Usia lima tahun aku sudah memiliki sebuah design kamar yang aku inginkan dan tak ada seorang pun yang boleh tidur di dalam kamar tersebut kecuali aku.

Ya, aku selalu tidur sendiri. Selalu. Kecuali jika aku sudah menikah.

Aku membuka mata dan sudah menerima apapun yang harus aku hadapi di pagi pertamaku dengan status seorang istri, ketika aku melihatnya.

Ia masih tertidur. Terlihat damai dan tak berbahaya seperti saat ia membuka mata. Sasuke yang sedang tidur memiliki wajah polos tak berdosa dengan bulu mata panjang berwarna gelap dan pipi sehalus pualam. Aku tersadar dari keterpesonaanku lalu menjauhkan lenganku yang ternyata melingkar di pinggangnya yang ramping. Aku tak pernah tahu bahwa pagi hari setelah pernikahan itu sungguh melelahkan. Dan itu baru permulaan saja.

Sekarang aku harus bergerak hati-hati untuk turun dari tempat tidur dan menjauh darinya sebelum ia terbangun dan melakukan hal aneh lainnya. Tapi gerakanku terhenti ketika merasakan gerakan lain di belakangku. Aku menoleh ke belakang, menatap Sasuke yang yang ternyata masih tidur persis seperti tadi.

Aku menghela napas lega, memegangi dadaku sambil duduk di ujung ranjang.

"Selamat pagi, love." Aku tak bisa menghentikan tubuhku yang tersentak begitu mendengar suara bariton itu. Sasuke telah setengah berbaring dengan punggung yang bersandar pada kepala ranjang yang empuk. "Hai," sapanya dengan seringaiannya yang biasa.

"Kenapa kau tidur di sebelahku?" tanyaku mengabaikan sapaannya.

Ia menatapku datar. Tapi ada kilat geli yang terlihat jelas di matanya. "Karena begitulah seharusnya suami istri." Matanya melebar. "Kau tak mungkin berpikir aku akan tidur di kamar lain kan? Tidak tidak. Bukan begitu aturannya."

"Aku tahu. Maksudku ... tapi pernikahan kita dimulai dengan tak biasa. Jadi kau tak bisa mengharapkan aku akan bertindak seperti istri yang biasanya," sahutku serius. Aku memang benar-benar harus membicarakan hal serius ini padanya.

Ia menaikkan sebelah alisnya "Oh, jadi menurutmu bagaimana istri yang 'biasanya' itu?" Ia melempar kembali pernyataanku. Namun kali ini ditambah nada tanya di ujung kalimatnya.

"Yah, pokoknya jauh dari semua hal yang kau pikirkan," jawabku seraya mengerutkan dahi. Sasuke terlalu cerdas untuk dihadapi, dan terlalu angkuh untuk dibuat mengerti. Hal inilah yang membuatku jengkel saat harus adu argumentasi dengannya.

Seraya aku berpikir ia telah turun dari tempat tidur, berjalan memutarinya dan berdiri di hadapanku.

"Anggap saja kau tahu apa yang kupikirkan, Sakura. Jadi apa yang bisa kudapat dari pernikahan ini?" Bibirku terasa kelu saat ia berada terlalu dekat dan tampak sangat serius. Seolah-olah ia menjelma kembali menjadi seorang bodyguard yang dingin dan kaku seperti dulu.

"Kau tak memedulikan itu sebelum kita menikah." Aku menyindir.

Ia mengangkat bahu. "Untuk perusahaan, tidak. Persahabatan orang tua kita." Ia berpikir sejenak. "Jelas tidak," sambungnya. "Aku menginginkan sesuatu untuk diriku sendiri," ungkapnya acuh.

Just Married (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang