Part 1 Where?

12.7K 653 31
                                    

REVISI VERS.
.
.
.

Dinding beige. Lampu gantung. Gorden coklat.

Dia dimana? Kenapa dia ada di ruangan ini? Kamar siapa ini?

Melihat sekeliling ruangan yang didominasi warna beige dan coklat. Hampir keseluruhan semua dinding berlapis kaca.
Dia memandang sekitar dengan heran, hati-hati dan bingung, ekspresi muncul silih berganti dengan cepat.
Dia masih ingat dengan jelas tadi malam dia tidur di kamar yang didominasi warna abu-abu dengan perabotan sederhana dan simpel. Sedangkan saat ini, kemanapun dia memandang, semua yang ada disekitarnya terlihat mewah dengan desain yang artistik dan elegan.

Kenapa sekarang dia ada tempat ini? Ini jelas bukan kamarnya.
Lalu sekarang dia ada dimana?
Yang menjadi pertanyaan paling besar adalah bagaimana dia bisa ada disini?!

Situasi aneh ini membuatnya bingung, otaknya tidak bisa di ajak berfikir dengan baik, otaknya menjadi tumpul dan berkabut.

Terbesit dalam otaknya,
Apa dia sekarang sedang bermimpi menjadi orang kaya atau apa?!
Jika ini mimpi maka sangat hebat. Dia menyerigai, lalu tersenyum lebar berlanjut dengan tertawa hambar. Dia meragukan pemikirannya sendiri. Keraguannya semakin besar seiring dengan tawanya.
Jika ini mimpi, tidak mungkin bisa sejelas ini. Bahkan dia bisa merasakan lembutnya selimut yang dia pegang, dia juga bisa melihat pantulan dirinya di dinding berlapis kaca meski tidak begitu jelas. Bukankah dalam mimpi kita tidak bisa melihat bayangan kita di cermin?!
Untuk kembali memastikan, dia dengan keras mencubit pahanya, cara klise.

"Heh!!" Dengus War mengejek dirinya sendiri. Dia bisa merasakan denyutan sakit di bekas cubitannya. Ini bukan mimpi?!!!
Meski tindakan pembuktian mengarah pada kebenaran, War masih tidak bisa percaya, situasinya saat ini hanya memiliki satu alasan yang masuk akal, yaitu mimpi.

War bersiap merangkak untuk turun dari ranjang. Dia perlu mengobservasi, menganalisis dan menarik kesimpulan lingkungan sekitarnya.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, disusul dengan suara berat seorang pria. "Little prince! Apa little prince sudah bangun?" Tanya seseorang diluar setelah mengetuk pintu tiga kali.

War yang masih berkelana dengan pikirannya tersentak kaget mendengar ketukan pintu. Dia yang sebelumnya merangkak ingin turun dari ranjang, hanya tersisa 1 inci lagi kakinya menginjak karpet tebal berbulu, dia segera menghentikan gerakannya dengan kaku. Tubuhnya menegang tanpa sebab. Ketukan pintu itu memberikan ilusi padanya, terdengar seperti ketukan palu seorang hakim yang memberikan hukuman mati padanya.

Tanpa pikir panjang, dia kembali secepat kilat ke tempat semula, melemparkan tubuhnya sendiri ke tengah ranjang, lalu duduk bersila dengan postur tegak.
Tindakannya saat ini tidak dapat dijelaskan. Dia tidak tahu kenapa dia melakukan ini. Hatinya hanya mengatakan dia perlu melakukan ini jika masih ingin hidup.

"Little prince?" Suara diluar terdengar ragu.

Orang diluar sana memanggil dia? Atau orang lain? Disini tidak ada siapapun selain dia.
Dan panggilan norak apa itu?! Cibir War dalam hati. Little Prince! Mereka pikir ini abad berapa?! Siapa little prince?! Panggilan konyol dan kekanakan! Sampai matipun dia tidak akan mau dipanggil seperti itu!

Orang diluar kembali bersuara ketika tidak mendapatkan tanggapan dari dalam. "Little Prince, saya akan masuk?!" Kata seseorang diluar dengan sopan disusul pintu kamar terbuka.

War menjadi gugup dan waspada, dia mengepalkan tangannya erat di balik selimut. Menajamkan pandangannya untuk melihat siapa yang masuk.
Seorang pria tinggi dengan baju formal dan sepatu kulit berwarna hitam. Tampilannya sangat rapi dan sopan. Seperti seorang pengawal. Setidaknya pria didepannya ini berumur sekitar 30an.
Dahi War berkerut dalam.
Siapa pria ini? Dia belum pernah melihatnya?
Dia mencoba mengingat dan mencari-cari dalam memorinya tentang orang yang sedang berjalan kearahnya dengan langkah mantap.
Nihil! Dia tidak mengenal orang ini. Dia tidak tahu dia siapa!

[END] HE Is My Husband SS.1 ■ YinWar [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang