#21

64 5 0
                                    

Setelah kejadian di Pulau Jeju, hubunganku dengan Kimmy dan Nam Joon terasa sedikit menjadi canggung. Nam Joon selalu menolak dan mengalihkan pembicaraan setiap kali aku mencoba menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan Kimmy, lebih memilih percaya dengan apa yang diyakininya dan menganggap itu sebuah ketidak sengajaan belaka. Tidak heran, seorang Song Kimmy memang selalu penuh dengan hal positif.

Beberapa minggu terahir ini, aku dan Nam Joon jarang berbicara serius. Kami hanya saling menyapa di pagi hari ketika aku akan berangkat ku kampus, sedangkan dia baru saja pulang dari Rumah Sakit. Kesibukanku semagai mahasiswa Magister semester ahir tidak main-main. Hal itu cukup banyak menyita waktuku. 

Pagi ini setelah ujian ahir yang sudah aku persiapkan selama ini berjalan dengan lancar. Rasanya sebagian beban hidup terlepas dari pundakku. Sedikit bersantai setelah ketegangan setelah ujian, aku duduk di kursi taman Kampus sambil melihat pesan-pesan yang masuk mengucapkan selamat atas kelulusanku. 

Aku menghela nafas berat setelah membaca dan membalas pesan-pesan itu, tidak terasa sudah hampir tiga tahun aku berada di sini. Aku melihat kearah beberapa mahasiswa yang sedang berkumpul. "Hah, masa muda memang sangat menyenangkan" gumamku, mengingat kembali kenangan semasa kuliah di Korea.

"Kamu hanya menghabiskan masa mudamu dengan belajar. Apanya yang menyenangkan?" suara seorang pria dalam bahasa Korea mengalihkan perhatianku.

Aku menoleh keasal suara, yang ternyata seseorang dengan baju dan topi serba hitam duduk di sampingku. Wajahnya hampir tidak terlihat tenggelam didalam topi dan masker yang ia kenakan. Aku mengerutkan keningku, mencoba menebak siapa orang aneh ini.

"Anda berbicara denganku?"

"Menurutmu ada orang lain lagi selain kamu?"

Aku mengepalkan tanganku kesal. "Orang aneh" batinku yang langsung bangkit dan hendak meninggalkan pria aneh itu.

"YA! Kim Hana" panggilnya, menghentikan langkahku. Aku menoleh kearahnya yang kini membuka masker dan menaikkan sedikit topinya. Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat pria di balik masker itu.

"Min Yoongi? Bagaimana? Bagaimana kamu bisa menemukanku di sini?" 

"Mudah. Tidak ada yang tidak bisa aku lakukan"

Aku menaikkan keningku angkuh. "Ah, kamu mencari Kimmy? Dia sedang kuliah. Di gedung sebelah sana" aku menunjuk kearah gedung yang cukup besar di seberang taman.

"Tidak. Aku mencarimu"

"Apa?"

"Tidak dengar? Aku mencarimu"

Jawabannya langsung membuatku terdiam tanpa bisa membalas apapun. Perasaan senang, bingung, kesal, semuanya.

Aku masih tidak percaya kini aku duduk berhadapan dengan seorang Min Yoongi di sebuah cafe dekat kampus. Kami hanya saling membisu, canggung dan mungkin bingung ingin memulai dari mana. Sejujurnya aku bahkan tidak ingat bagaimana bisa aku setuju untuk ikut dengannya. Seingatku, hubungan kami masih belum membaik dan sedekat ini saat terahir kali kami bertemu di Korea.

Yoongi meneguk kopi dihadapannya. Wajah datar dan tatapan dinginnya melirik sekilas kearahku, membuatku seperti seorang terpidana mati di pengadilan. "Jadi, apa yang akan kamu lakukan setelah menyelesaikan sekolahmu? Lagi" pertanyaan yang terdengar seperti ejekkan di telingaku, membuatku mengerutkan kening kesal.

Aku mengangkat kedua bahuku mencoba untuk lebih santai. "Entahlah. Aku belum memikirkannya"

"Kamu tidak akan kembali ke Korea?"

Aku terdiam mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Yoongi. Kali ini dia terlihat serius. "Beberapa kali aku mempertimbangkannya, tapi--" aku menjeda.

My Star : Min Yoon Gi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang