Seorang lelaki tengah duduk di ruang tunggu. Memijat-mijat keningnya dengan terus memandang satu ruangan. Pasalnya informasi terakhir yang ia peroleh adalah Leon mengalami koma. Hal itu membuat Rey sangat cemas.
Sekian lama menunggu, akhirnya pintu ruangan itu terbuka. Rey bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri petugas medis yang baru saja keluar.
"Bagaimana keadaan teman saya, Dok?" Tanya Rey panik.
"Tenanglah..." Memegang pundak Rey. "Pasien telah melewati masa kritisnya dan akan segera dipindahkan ke ruang rawat," jelas dokter yang menangani Leon.
Rey membungkuk seraya mengucapkan terima kasih pada dokter dan para petugas yang ikut menangani Leon.
Tiba-tiba terbesit dalam pikiran Rey akan Juni yang belum mengetahui hal ini. Ia pun berpikir akan menghubungi Juni jika Leon telah dipindahkan.Beberapa saat kemudian...
Dengan balutan di kepala, Leon terbaring lemah di ruang rawat. Rey masih berada disana dengan pandangan yang tertuju pada monitor vital sign. Jika ada yang bernilai abnormal dalam monitor itu, ia selalu memanggil petugas medis.
"Kapan dia sadar?" batin Rey.
Suara ketukan pintu terdengar, Rey berpikir bahwa mungkin itu adalah Juni. Akan tetapi Rey sama sekali belum mengabari Juni tentang kecelakaan yang dialami Leon. Ia menunduk sambil menutup wajahnya seraya bersiap-siap untuk dihakimi oleh gadis itu.
"Permisi, seseorang yang membawa pasien menemukan ini di lokasi kecelakaan terjadi. Mungkin ini miliknya," ucap perawat sambil meletakkan ponsel dan kotak kecil dengan pita merah.
"Baiklah, terima kasih suster." Rey merasa cukup legah. Lelaki itu merasa dilema, apakah ia harus memberitahu Juni atau menunggu waktu yang tepat.
"Hei," suara berat itu mengejutkan Rey.
"Ka—kau sudah sadar? Aku panggil perawatannya dulu..."
"Hei! Akh!" Leon mencoba menahan Rey, namun sekejap kepalanya sakit seakan terhantam benda padat.
"Jangan bergerak dulu!" ucap Rey, panik.
"Dan kau juga jangan panggil perawat dulu, aku ingin bicara. Lagi pula aku merasa jauh lebih baik sekarang."
"Lebih baik apanya kalau kau masih meringis seperti ini," ketus Rey.
Ia membantu Leon untuk kembali berbaring. Rey mengangkat kedua alis serta wajahnya. Ia menunggu Leon untuk segera menyampaikan hal yang ingin ia katakan.
Mengingat awal pertemuan diantara mereka yang jauh dari kata baik membuat keduanya terlihat canggung. Leon memalingkan wajahnya dari Rey sambil menghembuskan napas secara perlahan.
"Terima kasih.""Untuk apa?"
"Karena sudah bersedia untuk bertemu Juni. Kau, memberinya hadiah apa?"
Rey hanya diam dengan tatapan kesal yang terlihat jelas.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Leon.
"Seandainya kau tidak terbaring disini, aku ingin sekali menghajarmu," ujar Rey sembari beranjak dari tempat duduknya.
Leon sadar dengan apa yang ia lakukan, lelaki itu bahkan tersenyum melihat sikap yang di perlihatkan Rey. Ia hanya tak menduga bahwa rencana yang ia atur sedemikian rupa malah gagal karena dirinya sendiri.
"Aku jadi semakin yakin untuk memercayakan Juni padamu."
"Maaf Leon, aku akan pergi sekarang," ucap Rey seolah ingin menghindari topik. Sebagai sesama lelaki, Leon sangat mengerti posisi yang dialami Rey saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm sorry [Complete ✓️]
General FictionKth x ksh x cew ⚠️BELUM REVISI Cinta juga bukan sebuah "penghargaan", tapi tentang seberapa berartinya ia dalam hidup saat mengenalnya. Antara kekecewaan dan cinta, manakah yang lebih lama untuk bertahan. Tapi jika terpaksa harus memilih, pasti akan...