35 // Peraturan

3.6K 324 17
                                    

VOTE and KOMEN yaaa
.
HAPPY READING! 💞

🐁🐈

Malam ini hujan turun dengan deras, membuat suasana rumah terasa dingin. Ocha tengah duduk di sofa depan televisi bersama Rangga di samping kanannya.

Beberapa hari terakhir sejak insiden semangkuk sup, Ocha mendiamkan Rangga. Cewek itu masih kesal setengah mati karena Rangga yang tiba-tiba saja menyosor bibirnya tanpa izin. Memangnya ia cewek apaan! Ocha semakin sebal jika mengingat itu.

"Cha, dingin-dingin gini enaknya ngapain?" tanya Rangga memulai obrolan. Masih saja berusaha membuat Ocha tidak marah lagi, walau cowok itu tahu nantinya ia akan mendapat semburan jika berani mengajak Ocha berbicara.

"Gausah banyak tanya!" kata Ocha galak.

Rangga tersentak kaget, lalu cowok itu mengelus dadanya berusaha sabar. "Banyak tanya gimana? Gue baru tanya loh, Cha."

"Bodo."

"Galak amat sih jadi istri."

"Berisik curut, jangan banyak omong!"

Kalau saja tidak dalam mode membujuk, pasti Rangga akan memprotes cewek di sebelahnya karena sudah berani mengatainya curut. Padahal sudah berkali-kali Rangga menegur, tapi Ocha masih saja menghiraukan. Memang istrinya itu harus ia beri hukuman. Kalau bisa hukuman yang ringan seperti di dapur kemarin.

"Mulai hari ini, gue mau buat peraturan."

"Apaan sih, ribet!" sahut Ocha cepat.

"Gue suami lo, itu artinya gue berhak buat bikin peraturan sebanyak apapun," kata Rangga dengan pongah.

Ocha memutar bola mata malas.

"Pihak satu, Rangga si kepala keluarga. Pihak dua, Ocha si istri Rangganteng." Rangga memulai.  "Peraturan yang dibuat hari ini untuk selamanya, yaitu dilarang berkata kasar dan mengatai pasangan. Hukuman berlaku jika Ocha si pihak dua melanggar, dan Rangga sebagai pihak satu bebas dari peraturan ini."

"Dih, curang!" protes Ocha.

"Heh, diem ya pihak dua. Gak usah banyak protes, terima beres aja." Rangga berseru.

Ocha mendecak. "Gak jelas."

"Peraturan kali ini sudah dinyatakan resmi. Apabila pihak dua melanggar, maka pihak satu berhak memberi hukuman berupa ciuman pipi."

"Idih, apaan sih! Enggak mau! Pokoknya gue gak setuju," protes Ocha lagi.

Rangga terkekeh. "Pihak dua dilarang protes pada pihak satu."

"Dasar mata keranjang! Enak di lo, gak enak di gue." Ocha sangat sebal setengah mampus. Suaminya itu sudah keterlaluan.

"Sama-sama enak, Cha," ralat Rangga. "Pihak dua gak boleh menyudutkan pihak satu."

Ocha mendecak, mengumpat suami menyebalkannya itu dalam hati.

Sedangkan Rangga tertawa puas. Lalu cowok itu berdiri dari duduknya dan mematikan lampu ruang keluarga. Membuat penerangan hanya dari layar televisi dan ruangan terdekatnya.

Ocha memejamkan matanya sejenak, menyandarkan tubuhnya pada sofa. Lelah juga beradu mulut dengan Rangga. Sekarang ia membiarkan Rangga berbuat apapun tanpa mau banyak tanya.

Ocha langsung membuka kedua matanya saat merasakan Rangga duduk kembali di sebelahnya.

"Kita nonton film setan," kata Rangga seperti sudah tahu tanpa perlu Ocha melontarkan pertanyaan.

Married with Enemy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang