Part 20

60 8 0
                                    

Mayuree : Sa, udah sampe rumah?

AksaraA : udah, May. Kenapa?

Mayuree : gapapa, Sa. Kirain nyasar lagi, hehe

AksaraA : lah, kaga dong

May tersenyum sendiri melihat percakapannya dengan Aksa. Aksa memang lelaki yang ringan dan enteng jika diajak ngobrol. Persis dengan bawaan May. Ia juga sangat senang jika diajak ngobrol.

May merasa kebahagiaannya kembali setelah bertemu dengan Aksa. Ia rasa tempat yang dulu Farhan duduki sudah berganti dengan Aksa. Sosok yang May rasa menyenangkan dan baik hati.

Ia kembali mengulas senyumnya saat Aksa menanyakan keadaannya dan juga mengingkatkan akan sembahyangnya. Ia sebenarnya sudah kebal dengan cuitan fuckboy tingkat dewa, tapi May rasa Aksa bukan salah satunya.

May langsung turun ke bawah saat bel rumahnya berbunyi. Ia mendapati sosok Zuri yang hanya mengenakan piyama tidur. Seketika raut muka May berubah drastic, ia kira Aksa lah yang datang, bukan Zuri.

“Ada apa, Ja?” tanya May dan mempersilakan Zuri untuk masuk.

“Pengen tidur di rumah kamu,” jawab Zuri enteng dan langsung memasuki kamar May tanpa permisi.

“Untung sahabat, gila!” oceh May dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Bukannya pergi menyusul Zuri yang sudah bermain dengan kelomang barunya, May malah berjalan ke dapur dan membawakan Zuri minuman. Ia tetap menghormatinya walau Zuri sudah menjadi bagiannya.

“Ada apaan si ke sini?” tanya May geram bahkan ia hendak menyiram Zuri dengan minuman yang dibawanya.

“Santai woy!” bentak Zuri kemudian berdiri dan duduk di pinggiran kasur.

“Sini woy, gue nggak mau disitu. Nanti pas tidur dikerubung semut!” pekik May saat Zuri duduk di kasurnya.

Zuri mendecak dan duduk di sofa kamar May. Ia menyelonjorkan kakinya di paha May. Ya, kurang lebih seperti ini lah Zuri jika di rumah May. Bak putri kerajaan yang selalu dimanja oleh May.

“Jelasin maksud Anda ke rumah saya,” ucap May sambil mengetikkan sesuatu di layar ponselnya.

“Aku tuh tadi liat kamu jalan sama Ak---“

Sontak May membekap mulut Zuri yang mengeluarkan suara hampir sama kerasnya dengan toa masjid. Ia memelototi Zuri dan kembali mengalihkan pandangannya ke arah ponselnya yang rupanya ia sedang bercakap-cakap ria dengan Aksa di suatu aplikasi.

“Tadinya aku mau ke sini dari pulang sekolah, tapi kamu pergi,” beber Zuri sambil cemberut.

“Sukurin, aku malah bersyukur kalo kamu nggak jadi ke sini,” seloroh May sambil tertawa terbahak-bahak.

Zuri semakin marah dengan candaan yang dilontarkan May. Tetapi, ia sgera mengganti raut mukanya dengan raut muka bahagia. Ia sgera meletakkan gelas yang dipegangnya ke meja di sampingnya.

“Tapi, aku seneng loh, May. Liat kamu bisa ketemu bahkan jalan berdua sama Aksa, cowok yang kamu temuin di mimpi dan … yang kamu sangka dia nggak nyata,” jelas Zuri panjang lebar.

May tidak menggubris penjelasan dari Zuri melainkan ia menggoyang-goyangkan lengan Zuri meminta bantuan. Zuri melirik ponsel yang dipegang May. Rupanya, Aksa mengajak May untuk video call.

Melihat percakapan May dengan Aksa, Zuri seketika tertawa renyah karena menurutnya May terlalu kaku di dalam percakapan tersebut. Ia bahkan sampai memegangi perutnya hanya karena May sok-sokan jual mahal.

“Ini bukan lo banget sih, heh!” bentak Zuri sambil menunjuki muka bersemu May. “Jual mahal banget sih!”

Setelah Zuri menertawai May, mereka tampak serius setelah Aksa benar-benar memanggil nomor May untuk mengajaknya ber-video call. Zuri tentu saja tidak inframe, tetapi ia tak bisa menahan twanya ketika May sangat kaku.

Selama dua hari ini, May dan Aksa semakin sering berkomunikasi. Bahkan May merasa kesepian saat Aksa tidak mengabarinya selama satu jam. May seperti sudah terpelet oleh paras Aksa yang menawan.

“Halo, Sa. Ada apa?”

[Aku di depan rumah]

“Oh iya-iya. Sebentar,” jawab May sambil berlari keluar kamarnya dan membuka pintu depan.

Hatinya merasa selalu bahagia setelah ia menemukan orang seperti Aksa. Baginya, Aksa adalah sosok yang Tuhan  titipkan utnuk menggantikan Farhan yang dulu pernah singgah dalam hatinya.

“Ada apa, Sa?” tanya May setelah mempersilakan Aksa masuk dan duduk di kursi sofa ruang tamu.

“Aku tadi lewat Alun-alun kan, terus beliin kamu ini,” jawab Aksa sambil memperlihatkan dua kelomang yang tadi dibelinya.

Mata May seketika langsung berbinar-binar melihat dua kelomang lucu yang berada di dalam plastik. Ia dengan bahagia menemerimanya dan tak lupa mengucapkan terima kasih untuk Aksa yang sudah membelikannya.

“Makasih ya, Sa,” ucap May kesekian kalinya setelah ia meletakkan dua kelomang barunya di kotak yang sama dengan dua kelomang sebelumnya.

“Iya, sama-sama,” jawab Aksa dan terkekeh.
May tersenyum dan berlalu ke dapur untuk mengambil air minum untuk Aksa. Hatinya sangat berbunga-bungan saat Aksa sangat memedulikan dirinya. Sama seperti Farhan yang dulu. Tetapi, May juga harus berhati-hati.

“Nih, Sa,” kata May dan memberikan sgelas minum pada Aksa.

Aksa mengangguk dan menerima sodoran air minum dari May. Ia melirik isinya, jus jeruk! Ia sangat anti dengan jus jeruk, entah mengapa. Ia memang sejak kecil tidak menyukai jus jeruk.

“May, nggak mau,” ucap Aksa sambil mengembalikan gelas yang dipegangnya kepada May.

“Kenapa? Nggak suka?” tanya May sambil menerima gelas yang  berisi jus jeruk. “Ganti es teh mau nggak?”

“Iya, nggak apa-apa,” jawab Aksa.

Ia sebenarnya merasa tidak enak dengan May. Ia selalu merepotkan, tetapi apa daya jika ia tidak menyukai jus jeruk. Ketimbang May menjadi marah ketika minumannya tidak diminum. Lebih baik Aksa menolaknya.

Setelah meminum teh bersama dan berbincang-bincang. Aksa mengutarakan maksudnya ke rumah May. Rupanya Aksa ingin mengajak May untuk jalan keluar lagi. May berlari menuju kamarnya untuk mengganti bajunya.

Mereka berdua sudah berjalan menuju kafe yang sedang terkenal itu. Aksa memesan ruangan yang lebih private untuknya dan May. Awalnya May menolak, tetapi setelah diyakinkan oleh Aksa, May menyetujuinya.

“Kenapa sih pake pesen ruangan private segala?” ucap May setelah menghabiskan makanannya.

“Hehe, nggak kok. Cuma ….”

“Cuma apa?” tanya May penasaran.

“Aku nggak mungkin kan nyatain perasaan ke kamu di ruangan yang ramai?” Aksa menghela napasnya. “Bisa-bisa yang jawab bukan kamu tapi orang lain.”

Sontak May menutup mulutnya yang menganga ketika mendengar ucapan Aksa. Ia tidak percaya jika Aksa akan menyatakan perasaannya secepat ini! Ia terlalu bingung dan gugup. Bagaimana jika Aksa hanya berpura-pura?

“Jadi, kamu mau nggak jadi mm … pacarku?” tanya Aksa sambil memegang kedua tangan May ynag sudah berada di atas meja.

“Mm, Sa. Aku bingung,” ungkap May sambil menunduk.

“Kamu nggak harus jawab sekarang kok,” ucap Aksa dan berdiri. “Ayo kita pulang.”

May menarik lengan Aksa yang hendak membuka gagang pintu ruangan. Ia masih menundukkan mukanya. Lidahnya kelu begitu saja setelah ia menarik lengan Aksa. Ia sangat gugup!

“Aku mau, Sa. Aku mau.”

MaSa : DÉJÀ VU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang