CHAPTER 20 (Ancaman Aldy)

4.7K 174 30
                                    

hai readers..

Aku update lagi..

tapi, sebelum baca tolong di-vote, follow dan comment yah;-)

makasih

****

Mendengar hal tersebut, aku langsung berlari ke arah ruangan Mas Aldy. Dan sesampainya di depan pintu ruangan itu aku mendengar Mas Aldy berteriak sambil memaki-maki Dokter Ryan. Pada saat itu aku melihat semua orang sudah berusaha menenangkan Mas Aldy. Tapi, dia tetap saja mengamuk dari tempat tidurnya. Dia ngoceh tidak karuan. Dia mengatakan kalau Dokter Ryan telah membunuh Rahma di meja operasi. Dia tidak terima atas kematian Rahma dan akan menuntut semua dokter serta pihak rumah sakit disini. Karena kondisinya makin tidak terkendali, tiba-tiba saja dia mengambil sebuah gelas kosong yang berada di atas meja portable di samping tempat tidurnya. Dia melempar gelas itu ke arah Dokter Ryan yang berada tidak jauh darinya.

Bruuk...

Dokter Ryan tidak sempat menghindar sehingga gelas itu pecah dan mengenai pelipisnya.

"Mas Aldy, hentikan!" teriakku kepada Mas Aldy.

Dan dari wajah yang tenang itu mengalirlah darah segar. Tapi, kulihat Dokter Ryan malah tidak bereaksi sama sekali. Dia tidak membalas perlakuan dari Mas Aldy tersebut. Dia hanya mengelap darah yang keluar dari pelipisnya itu.

Sontak, semua orang yang berada di ruangan itu langsung melihat ke arahku. Begitupun juga dengan Mas Aldy yang langsung terdiam ketika aku datang.

"Kamu sudah keterlaluan Mas," ucapku kepada Mas Aldy dengan wajah yang sangat marah.

Kemudian, aku berjalan mendekati Dokter Ryan. Aku periksa wajahnya yang baru dilempar dengan gelas oleh Mas Aldy. Tampak sedikit ada robekan di pelipisnya. Aku lihat dia agak kesakitan.

"Dokter tidak apa-apa?" tanyaku kepada Dokter Ryan.

"Hanya luka sedikit," jawabnya yang berusaha menenangkanku yang sudah mulai kelihatan panik.

"Lisa, kenapa kamu malah perhatian sama dokter itu? Seharusnya kamu lebih memperhatikan aku dong. Aku ini masih suamimu," teriak Mas Aldy yang makin tidak terkendali.

Aku hanya diam saja mendengar ocehan Mas Aldy tersebut. Bagiku, percuma membalas semua perkataannya. Kemudian, aku melihat lagi ke arah Dokter Ryan yang sedang memegang pelipisnya. Dia menatapku tajam dan penuh arti. Seolah-olah dia mengetahui sesuatu tentangku dan Mas Aldy. Untuk menghindari pertanyaannya, aku langsung menarik tangan Dokter Ryan untuk keluar dari ruangan tersebut.

"Ayo, aku obati Dok!" ajakku kepada Dokter Ryan.

Dia hanya menurut saja apa yang aku katakan. Kemudian, aku mengajaknya ke IGD rumah sakit tersebut untuk dibersihkan lukanya. Dia duduk di atas ranjang emergency transfer yang sudah aku siapkan untuknya. Kemudian, dia membuka jas putihnya dan meletakkan di samping ranjang emergency nya. Jas putih tersebut sudah kotor oleh darah yang mengalir dari pelipisnya.

Aku mengambil hecting set yang terdapat di lemari obat ruang IGD tersebut. Seperangkat alat hecting set itu aku letakkan di atas meja trolleyt, lalu aku mendorong meja tersebut ke arah Dokter Ryan yang sedang duduk menungguku di atas ranjang emergency nya.

Ketika aku datang membawa segala perlengkapan lukanya, dia melihat ke arahku dengan sebuah senyuman. Lalu, aku menutup sebagian gorden yang ada di biliknya tersebut. Kemudian, aku berdiri persis di depannya. Aku bersihkan wajahnya yang penuh darah dengan kapas alcohol. Nampak wajahnya sedikit menyeringai menahan perih alcohol yang dilumuri ke lukanya. Kemudian, aku memberikan suntikan bius ke wajahnya karena ada sedikit bagian pelipisnya yang harus dijahit.

Di Rumah Aja, Pa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang