Bab 1

538 76 26
                                    

*Happy Reading*

"Kita putus aja!" final Nissa Akhirnya. Karena sudah tak kuat menahan sesak atas sikap pacarnya itu. Ah Ralat, tepatnya orang yang dijodohkan oleh ayahnya.

Mendengar keputusan Nissa. Abyan, tunangan Nissa itu bukannya kaget, atau setidaknya merasa bersalah pada Nissa. Pria itu malah terlihat memutar mata jengah ditempatnya.

"Kayak bisa aja kamu hidup tanpa aku," jawabnya dengan jumawa. Membuat Nissa menggeram tertahan.

"Aku bisa kok! Aku akan--"

"Udahlah!" Abyan menyela dengan malas. Sambil mengibaskan tangannya dihadapan Nissa. Seperti Tak mau mendengar apapun lagi dari Nissa.

"Kamu tuh jangan banyak drama, bisa gak? Aku tuh capek!" imbuhnya lagi, sambil menatap Nissa dengan malas. "Aku udah kerja seharian, lembur, meeting sana sini. Aku butuh istirahat, Nis."

"Aku tahu, tap--"

"Makanya berhenti merengek!" pangkas Abyan dengan cepat. "Bisa gak? Kalau gak penting-penting amat. Kamu gak usah nemuin aku? Apalagi kalau niat kamu cuma buat ngerengek kaya gini. Nyebelin, tau gak?" tambah Abyan kejam. Membuat hati Nissa makin merepih sakit.

"Tapi, aku kan, cuma mau kepastian, Byan," ujar Nissa masih mencoba tegar.

"Kepastian apa lagi? Bukannya udah jelas, ya? Aku tuh udah milih kamu, dan nerima perjodohan kita, apa lagi?" jawab Abyan acuh.

"Ya, kalo gitu kenapa kamu masih jalan sama pacar-pacar kamu itu!!" seru Nissa mulai emosi.

"Ya terus masalahnya di mana?" Namun Abyan masih menjawabnya dengan tenang. Seakan perasaan Nissa itu memang tidak penting sama sekali untuknya.

"Toh, mereka kan, cuma pacar aku. Bukan calon istri aku seperti kamu! Jadi, tenang aja. sampai kapan pun, mereka gak akan bisa gantiin posisi kamu di sini!" tambah Abyan dengan lugas.

"Tapi bukan kaya gini yang aku mau, Byan." lirih Nissa akhirnya. Sudah tidak tahan menahan sakit hatinya. "Aku tuh, ... maunya kamu--"

"Ck, Malah nangis, lagi," desis Abyan tiba-tiba. Seraya kembali memutar mata dengan jengah.

"Udahlah! kita bicarain ini lagi nanti. Soalnya Aku males ngomong sama kamu, kalo kamu udah nangis gini."

"Tapi--"

"Pokoknya ingat ya, Nissa! Jangan menghubungiku, kalau bukan untuk masalah yang Urgent!"

"Tapi aku butuh kepastian dari kamu, Byan!" sergah Nissa cepat. Sambil menarik tangan Abyan yang hendak beranjak pergi.

"Kan, aku udah jelasin tadi."

"Tapi aku gak mau diginiin, Byan."

"Ya, terus maunya di kayak gimanain? Dimadu langsung?"

Astaga!

"Bukan begitu, Byan ...."

"Ck, udahlah! Pokoknya kita bicara lagi nanti. Setelah kamu bisa lebih dewasa dan bisa nahan diri buat gak nangis di depan aku!" Abyan berdecak kesal kembali. "Kamu tahu, kan? Aku gak suka cewe cengeng! Apalagi ceweknya kaya kamu. Pasti gak bakal bisa mikir kalau lagi nangis. Udah, ya? Aku balik! Aku capek! Kamu bisa kan, pulang sendiri? Nih, aku ongkosin!"

Setelahnya. Abyan pun benar-benar pergi, meninggalkan Nissa yang kini mulai tergugu di tempatnya.

Nissa sudah tidak kuasa menahan sesak di hatinya. Benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana mengambil hati pria yang ayahnya jodohkan padanya itu.

Padahal, Nissa sudah berusaha menjadi seperti yang Abyan mau. Mengubah tampilannya lebih modis, belajar masak, belajar make up. Bahkan, belajar bisnis agar bisa membuat Abyan nyaman jika mengajaknya ngobrol.

Bertahan Dalam Asa Hampa (On Going Di Kbm Dan GoodNovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang