Alifia merupakan anak kedua dari empat bersaudara yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ia bercita-cita ingin kuliah di tanah Jawa. Ia tinggal di Padang, Sumatera Barat. Tidak jauh kediamannya dengan tokoh terkenal yang berasal dari Sumatera Barat yaitu Tuanku Imam Bonjol. Ia bersekolah di SMA yang terletak di pusat kabupaten dan merupakan SMA rujukan yang terkenal di wilayahnya.
Pagi itu, Alifia berangkat ke sekolah memakai motor pagi-pagi seperti biasanya. Sebelumnya, ia sudah sarapan di rumah dan membawa bekal untuk makan siangnya nanti bersama teman sekelasnya. Sesampainya di sekolah, terlihat parkiran yang masih sepi dan hanya beberapa motor yang sudah bersusun rapi di parkiran sekolahnya. Alifia sekarang duduk di kelas 3 SMA dan adik kandungnya, Khaira, duduk di kelas 1 SMA. Mereka selalu pergi berdua berboncengan berangkat dan pulang sekolah.
Ketika berjalan menuju ke kelas, Alifia dikagetkan dengan suara yang tiba-tiba datang dari belakang punggungnya.
"Hallo, pagi, Alifia", Suara itu adalah suara sahabatnya, Delia, yang sudah menjadi sahabatnya sejak awal masuk SMA.
"Ya ampun, ah kamu ngagetin aja, masih pagi juga"
"Ya elah cuman gitu doang, lagi mikirin apa sih, sendirian gitu, tadi ngelamun yaa?"
"Ngga ada ngelamun ah, ngga mikirin apa-apa kok"
"Oiya, kamu udah tau kan hari ini bakalan ngisi PDSS?"
"Iya, tau. Nanti ngisinya lewat labor komputer atau boleh di rumah ngga ya"
"Ngga tau ya kalau itu, mungkin boleh keduanya, liat aja deh nanti temen-temen yang lain gimana"Mereka berdua berjalan sambil membahas tentang pengisian PDSS yang akan dilakukan hari ini. PDSS adalah Pangkalan Data Sekolah dan Siswa, ini adalah tahapan pertama untuk mengumpulkan rapor sekolah ke website Nasional dan nantinya akan terpilih 30% siswa kelas 3 di sekolah tersebut untuk mendaftar SNMPTN atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur rapor.
Alifia sekarang masih tenang, tidak seperti teman-temannya yang memikirkan bagaimana cara mengisinya dan tahapannya. Alifia ingin mengisi sendiri di rumahnya saja karena lebih bebas dan fokus.
Pihak sekolah sudah mengumumkan mengenai PDSS ini, dan untungnya boleh di rumah. Itu membuat Alifia senang. Beberapa temannya bahkan ada yang sempat membawa handphone milik pribadi ke sekolah. Itu adalah larangan yang terdapat di peraturan sekolah, tidak boleh membawa handphone. Tetapi sangking paniknya, mereka terpaksa membawa handphone.
Teman-teman sudah ada yang iseng menginput data mereka melalui handphone untuk coba-coba. Tetapi takut ketika akan menekan tombol finalisasi, dan membuat mereka bimbang karena takut ada kesalahan. Akhirnya mereka tunda dan ingin melihat hasil teman yang lain yang sudah berhasil menginput data.
Sesampainya di rumah, Alifia merebahkan tubuhnya di kasur empuknya. Serasa nyaman dan tidak boleh ada yang mengganggu. Cukup 5 menit Alifia menikmati kenyamanan itu dan ia langsung ke dapur untuk mencuci piring yang merupakan tugas rutinnya di rumah, karena sudah sore dan banyak tumpukan piring yang sudah menunggu untuk dicuci.
Setelah selesai shalat dan tidak lupa tilawah, Alifia ingat dengan pengisian PDSS yang akan ia lakukan, segera ia ambil laptop dan menyalakannya. Ia menginput nilai-nilai rapornya ke website tersebut dan memastikan dengan mencocokkan antara keduanya. Alifia lega sekali telah menyelesaikan ini, dan berpikir di benaknya, "Apakah aku nanti lulus? Jika aku lulus, dan jika aku tidak bisa melanjutkan kuliah karena ekonomi keluarga, aku takut akan menghalangi teman ku yang seharusnya bisa mendaftar SNMPTN, dan karena aku lulus dan tidak mengambilnya, bisa-bisa aku mengambil kesempatan temanku", begitu kekhawatiran Alifia di benaknya.
2 minggu kemudian..
Hari ini adalah hari pengumuman hasil seleksi PDSS, Alifia dan teman-teman yang lain sangat menantikan hari ini. Jam 10.00 WIB adalah jam pengumumannya. Terdengar suara sorak-sorai dari kelas lain yang menandakan sudah melihat pengumuman. Pikiran Alifia kacau dan tidak bisa lagi mencerna penyampaian guru di depannya.
Ketika jam istirahat pertama berbunyi, seisi kelas Alifia berlari ke kelas yang bersorak tadi. Dan bergantian mengecek namanya lulus atau tidak. Alifia bingung antara ingin melihat sekarang atau nanti, lulus atau tidak. Akhirnya Alifia memutuskan untuk pergi ke mushalla untuk melaksanakan shalat dhuha dan akan melihat pengumuman nanti saja ketika sudah sampai di rumah karena lebih bebas.
Sesampainya di rumah, Alifia langsung mencari handphone dan ingin langsung melihat pengumuman. Dan sayangnya, server error. Alifia hanya bisa bersabar dan menunggu nanti malam.
Ketika ingin tidur, Alifia mencoba kembali membuka link pengumuman. Ia memasukkan username dan password untuk membuka laman pengumuman. Sangat lama berputar, loading, membuat Alifia berkeringat dingin karena cemas.
Dan laman berganti ke layar yang memperlihatkan tabel menunjukkan hasil yang Alifia tunggu-tunggu.
Gimana nih dengan ceritanya? Suka nggak? Maaf ya, tulisanku masih belum terlalu bagus seperti ahli-ahli nya karena masih belajar, doakan saja agar aku bisa semahir penulis lain. Aamiin.. nantikan jawaban selanjutnya di chapter berikutnya yaa.. See you. Jangan lupa kasih votenya, comment juga, kasih aku saran yaa, dan tanggapan kalian dengan ceritaku ini, boleh banget share ke temen-temen kalian yaa. Terima kasih banyak 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahasiswa Baru
Short StoryAlifia adalah seorang anak dari keluarga yang kurang mampu. Ia sangat bimbang saat duduk di kelas 3 SMA, ketika teman-temannya sudah merencanakan ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bagaimana dengan pilihan Alifia? Yuk simak k...