8. Lemparan Si Hidung Umbi Meleset

101 3 1
                                    

Thomas berdiri mematung. Kelihatannya seperti burung hantu, menatap punggung lebar pria yang mereka curigai. Dengan dua lemparan, orang itu berhasil menjatuhkan tiga buah kaleng dari tumpukan. Kini ia meraih bola berikut, mengira-ngira jarak, lalu mengambil ancang-ancang untuk melempar.

Sementara itu Sporty sudah sampai di dekat tempat penitipan sepeda. Ia mendekapkan kedua belah tangannya di depan mulut seolah-olah membentuk corong.

"Otto!" serunya lantang. "Pencuri! He, Otto, Pencuri! Kau mencuri kueku yang tadi kutaruh di tempat barang! dan kau tadi kemari."

Thomas langsung tahu bahwa kini gilirannya untuk menjawab. Ia takut sekali. Tapi dipaksanya membuka mulut, merenggangkan geraham yang gemeletuk seperti sedang demam.

"Jangan asal menuduh!" serunya membalas. "Aku sama sekali tidak menyentuh kuemu itu. Aku tidak suka kue macam itu."

Kata-kata itu nyaris tidak keluar dari mulutnya, karena apa yang dilihatnya terjadi saat itu, benar-benar mencurigakan.

Saat Sporty dari jauh berteriak, "Otto!Pencuri!", Si Hidung Umbi melemparkan bola. Tapi ketika itu juga ia tersentak, seperti dipecut. Rasa kaget mempengaruhi ketepatan bidikannya. 

Lemparannya melenceng! Bola yang dilempar bukannya mengenai piramida kaleng, tapi -- kepala pemilik kios

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lemparannya melenceng! Bola yang dilempar bukannya mengenai piramida kaleng, tapi -- kepala pemilik kios. Ia pasti tidak merasa sakit, karena bola itu lunak seperti kapas. Walau begitu, pemilik kios marah-marah.

"He, apa-apaan ini? Aku kan bukan sasaran!"

"Apa? -- Ah, ya, betul!" kata si Hidung Umbi

"Anda sengaja, ya!"­­­­kata pemilik kios, bertambah marah.

"Jangan marah dong! Aku tadi tidak sengaja. Bola anda yang geraknya memutar ke kiri. Itulah sebabnya."

"Apa? Bolaku memutar?" Jangan kurang ajar, ya! Bisa melempar tidak!"

Sebenarnya si Hidung Umbi masih berhak melempar dua kali lagi. Tapi ia langsung berpaling, lalu menuju ke tenda tempat minum bir.

Sporty berlari-lari kembali. Tapi ia agak terlambat. Suara si Hidung Umbi hanya samar-samar saja didengarnya karena jaraknya masih agak jauh.

"Bagaimana – keliru?" tanyanya pada Thomas dengan suara lirih.

"Sebaliknya." Thomas begitu gugup, sehingga harus mengelap lensa kaca matanya sebentar.

"Kenapa kaukatakan begitu? Ia sama sekali tidak menoleh," kata Sporty.

"Memang – tapi itu mungkin karena ia berhasil menguasai diri. Tapi sewaktu kau berseru, 'Otto! Pencuri!, kelihatannya ia merasa dirinya yang dipanggil. Kau melihatnya dari belakang, jadi tidak tahu bahwa ia sangat kaget. Karena itulah lemparannya meleset dan mengenai kepala pemilik kios."

"Kalau begitu jejak mereka sudah kita temukan. Kita susul dia, Thomas!"

Tapi sesapai di jalan masuk ke tenda mereka cepat-cepat berhenti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kasus untuk STOP - Pencuri Lukisan AntikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang