.
.
."Lo semalam beneran bikin kacau sih, Mee."
Merasa namanya disebutkan Amee langsung melirik kesal, kepalanya masih pusing karna efek minuman yang semalam dia konsumsi. Dia tidak mau menambah sakit kepalanya dengan fakta jika dirinya mabuk dan membuat onar. "Gue tahu." Jawabnya ketus yang membuat Kania tersenyum sementara Olivia justru berdecak.
"Emangnya lo ingat?"
"Ya, nggak."
"Lha, terus?" Olivia mulai terpancing emosi mendengar betapa tidak perdulinya Amee terhadap berbagai macam kelakuan yang sudah dia perbuat semalam.
"Biar lo gak berisik."
"Sialan!"
Kania tertawa mendengar percekcokan diantara dua temannya. Untungnya semalam ia mesti membantu sepupunya mengerjakan PR. Jika tidak, mungkin Kania akan sama berantakannya seperti kedua temannya ini. "Udah-udah, kalian mending buat minuman hangat dulu di pantry."
"Liv, lo harusnya mencotoh Kania. Kalau susah ya lahir kembali aja jadi Kania. Membantu banget soalnya." Olivia kembali mendengus, terlalu malas untuk meladeni Ame yang tiap hari makin menyebalkan untuknya.
"Tapi, Mee.."
Amee yang sudah meminum kopi yang baru dia buat menatap ke arah Oliv, seakan tengah menunggu lanjutan dari ucapan yang terlihat memang sengaja digantung oleh temannya itu.
"-semalam, lo muntah di jas orang."
Amee menatap Olivia tak percaya, "Gue? Lo salah orang kali."
Olivia menggeleng, "Lo kan lagi teler mana sadar terus pas gue ingat-ingat sepertinya lo sial deh."
"Sial? Kalau menurut apa yang lo bilang barusan sih, yang sial itu adalah orang yang kena muntahan gue sih." Amee tertawa menyadari betapa kesal dan kagetnya orang yang tiba-tiba mendapatkan hadiah menjijikan itu.
"Tapi, yang kena muntahan lo itu calon Direktur baru kita alias anak dari pemilik tempat ini."
"Shit!"
°°°°
"Mee, pulang yuk. Dah malam gila!" Tubuh Amee yang sudah kehilangan keseimbangan hampir saja terjatuh karna tarikan dari tangan Olivia. "Sinting, kalau gue jatuh gimana? Lagian gue tahu kalo ini udah malam. Emangnya siapa yang mau ke club siang bolong?"
Gadis itu terus meracau karna kepalanya yang pusing, efek dari kandungan alkohol ini cukup membuatnya tak bisa berpikir seperti biasa. Kepalanya seperti bergoyang, tapi Amee terlalu malas untuk melangkah. Atau memang tidak bisa.
Dia sadar kalau tubuhnya kini bersandar ke tubuh seseorang, dan yang jelas bukan Olivia karna temannya itu berada di sebelah kirinya bukan belakang. "Oh, makasih Sir. Makasih."
Terdengar tawa Olivia yang membuat Amee ikutan tertawa. Dia mabuk seperti orang gila, pasti besok dia akan merasa luar biasa pusing.
"Sok banget pakai sir, gimana kalau yang dibelakang lo gak bisa bahasa inggris?"
Amee berpikir sejenak, "Tapi, tadi gue bilang makasih kok bukan thank you. Pasti sir ngerti lah -eh, Pak."
"Lo kalau mabuk emang gila Mee." Amee tertawa mendengar ucapan Olivia karna menurutnya gadis itu sama mabuknya seperti dia.
"Kenapa kalian mabuk?"
Amee mendengar suara di belakang telinganya dengan sedikit kaget, suara laki-laki itu cukup berat dan dalam. "Wah, Bapak ini kepo Liv. Kasih tau, kasih tau. Jangan sampai dia nanti nyontek."