8

71 16 0
                                    

Aku terdiam begitu juga dengan Gavin dan Bayu yang menatapku aneh

"Eee itu Chan ... Lu lupa kan si Veril___"

"Gue kekamar dulu ya, ini mie ayam jatah gue kan? Gue bawa sekalian." aku mengambil bungkus plastik mie ayam lalu melangkah pergi meninggalkan mereka bertiga

"Ril!, lo nggak bisa terus lari dari masalalu!"

Deg

Aku menghentikan langkah lalu menengok kearah Gavin

"Bener itu Ril, lo nggak seharusnya menjebak diri dalam dunianya si Ma___"

"Kalian nggak ngerti apa-apa!Jadi diem aja! Kalau pulang jangan lupa beresin!" pesanku lalu kembali mengayunkan kaki mengambil mangkuk di dapur, setelah itu menuju kamar.

Aku menghabiskan semangkuk mie ayam dalam keheningan, duduk dikursi balkon ditemani bisik angin serta kilau lampu dari ramainya jalanan kota.

"Huh! perasaan gue makan baru sebentar, kok udah abis aja" gumamku melihat mangkok yang sudah kosong

Aku menaruh mangkok, kemudian beranjak mengambil air minum diatas nakas dekat ranjang.

"Ponsel gue mana ya?" tanyaku pada keheningan

Aku mencari-cari didalam kamar namun belum ketemu juga, akhirnya aku memutuskan keruangan dimana tiga curut tadi kutinggalkan.

Aku memijat pelipis melihat keadaan ruangan yang ditinggalkan mereka, Aku yakin mereka sudah pulang tapi kenapa harus membiarkan ruang tamuku berantakan? TV menyala, bungkus snack bersebaran, mangkuk dan gelas kotor bahkan tak dicuci

"Huh! Sudahlah, besok suruh orang buat bersih-bersih. Capek banget sekarang" aku segera mengambil benda pipih dengan logo apel digigit dalam tas, tidak lupa juga dengan tas punggung yang kini kutenteng.

Pluk

Sebuah buku jatuh saat aku melempar tas kekasur, aku memungutnya dari lantai.

"Buku singa betina ternyata" gumamku menarik sudut bibir membentuk senyum kecil

Aku mengambil buku itu lalu merebahkan tubuh dikasur menatap langit-langit ruangan, kuputuskan membuka kembali buku yang belum sempat kukembalikkan. Atau tepatnya belum ada niat untuk kukembalikan.

_Bayangin aja posisinya gini_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_Bayangin aja posisinya gini_

Aku menggelengkan kepala berkali-kali melihat bagaimana rupa tulisan dalam buku ini. Sebenarnya bagaimana cara perempuan menulis? Apa di-eja? Kenapa tulisan saja begitu rapi, memberi kesan indah bak sebuah lukisan kerajaan. Tidak salah memang jika menyebut perempuan sebagai mahluk yang indah.

Aku membaca beberapa lembar curahan hatinya. Sekarang aku tahu mengapa dia bisa begitu keras kepala, tapi ... Sekarang aku justru menghentikan aktivitas membaca pada lembar ketiga, ada kalimat yang entah bagaimana menjelma tamparan untukku.

Veril-Ara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang