1.

7.5K 415 10
                                    

Menurut kalian, bisa atau tidak seorang laki-laki dan seorang perempuan bersahabat tanpa rasa suka di antara mereka?

"Tidak." - Kang Seulgi

"Bisa." - Bae Joohyun

*****


Seulgi sedang mengantarkan sahabatnya menuju acara ulang tahun pacarnya.

"Gi, aku udah cantik belum?" Tanya Irene sambil melihat di kaca mobilnya Seulgi.

Seulgi menoleh sekilas. "Jelek."

Irene menatap sinis sahabatnya lalu memukul bahunya. "Ish! Nyebelin!" Seulgi hanya tertawa lalu menggelengkan kepalanya.

Mereka telah sampai di sana dan Irene segera turun. "Makasih ya, Gi. Nanti kalau udah selesai aku telpon. Bye, Seulgi!" Irene melambaikan tangannya lalu meninggalkan Seulgi yang terdiam melihat Irene.

Seulgi menghela napas pelan lalu masuk ke dalam mobilnya dan menuju ke rumah Wendy, teman satu kampusnya.

*****

"Lo mau sampe kapan stuck sama Irene, Gi?" Tanya Wendy sambil bermain ponselnya.

Seulgi menggeleng lemah. "Gak tau."

Wendy menghela napas. "Lo udah mau tujuh tahun suka sama Irene. Tapi Irene? tau lo suka sama dia aja enggak."

Memang benar, Seulgi sudah menyukai Irene sejak bangku sekolah menegah pertama. Mereka sudah menjadi sahabat sejak itu. Kemana-mana pun selalu bersama. Seulgi selalu melindungi Irene dari apapun sejak dulu hingga detik ini.

Seulgi juga tidak pernah mengungkap rasa sukanya pada Irene karena dia terlalu takut karena nanti hubungan persahabatan mereka bisa putus hanya karena perasaan yang dia miliki.

"Gimana, Wen? Gue juga udah usaha buat suka sama orang lain tapi gak bisa." Seulgi mengusap wajahnya kasar.

"Nanti gue kenalin lagi ke cewek. Ada anak hukum cantik, Gi. Putih, mulus, tinggi. Pasti lo suka, deh."

"Ya, ya. Terserah lo," jawab Seulgi dengan malas

KRING! KRING!

"Halo?"

"..."

"Udah selesai?"

"..."

"Iya, aku jemput sekarang. Tunggu, ya." Seulgi menutup telponnya.

"Mau ke mana, lo?" Tanya Wendy.

"Jemput Irene. Bye, Wen!" Seulgi berlari keluar rumah Wendy dan langsung menuju ke acara ulang tahun pacarnya Irene.

Seulgi sudah berada di tempat dan langsung turun dari mobilnya. Dia sudah menunggu Irene sekitar sepuluh menit dan wanita itu belum muncul juga.

Akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah Suho yang sangat besar.

Seulgi bisa melihat acara ulang tahun yang sangat mewah, dan orang-orang di sana terlihat menawan karena semua memakai jas dan dress.

Sedangkan dirinya? Hanya mengenakan kemeja yang digulung sampai lengan dan celana panjang hitam.

"Nyesel nih gue masuk."

Mata Seulgi melihat sekeliling mencari keberadaan Irene dan ia melihat Irene sedang berciuman dengan suho di balkon atas.

Seulgi menghela napas pelan lalu berjalan keluar rumah suho.

"Hai ganteng. Sendirian aja?"

Seulgi terkejut karena ada perempuan yang tiba-tiba menghampirinya lalu memeluk lengannya.

"Nggg ... Saya sama temen, kok," ujar seulgi lalu melepaskan tangan wanita itu.

"Gak usah kaku, minum di situ, yuk?" Ajak wanita itu lalu menarik Seulgi ke meja bar yang disediakan acara ini.

"Dua vodka!" Ujar wanita itu ke bartender.

"E-eh, satu aja! Satu lagi jus jeruk," sahut Seulgi sambil tersenyum kaku.

"Kamu gak minum?"

Seulgi menggeleng. "Saya nyetir."

Wanita itu mengangguk paham lalu mengulurkan tangannya. "Sunmi."

Seulgi menerima uluran tangannya lalu tersenyum. "Seulgi."

Ternyata Sunmi orang yang asik dan gampang berbaur. Baru beberapa menit mereka berkenalan, Sunmi dan Seulgi sudah akrab seperti teman lama "Oh kamu masih kuliah ...."

"Saya kuliah sambil kerja gitu sih di Kafe. Lumayan uangnya bisa buat bantu biaya kuliah."

"Kamu pekerja keras, ya" Sunmi menepuk-nepuk paha Seulgi dan dia hanya tertawa kikuk.

"Seulgi, ayo pulang!" Teriak Irene sambil menghampiri Seulgi.

Seulgi dan Sunmi menoleh kompak ke arahnya.

"Ayo pulang," ajak Irene.

"Iya, ayo. Saya pulang dulu, ya" pamit Seulgi ke Sunmi.

"Hati-hati ya, Seulgi," ujar Sunmi ke Seulgi sambil melambaikan tangan.

Kini mereka sedang di mobil menuju rumah Irene.

"Tadi siapa?"

"Sunmi."

"Sunmi siapa?"

"Orang"

"Ish!" Irene menyilangkan tangannya

"Jangan deket-deket sama cewek! Apa lagi yang gak kamu kenal."

Seulgi menoleh sekilas. "Emang kenapa? Aku kan udah gede."

"Ya pokoknya jangan. Kalau kamu diculik, gimana?"

Seulgi terkekeh lalu mengelus kepala sahabatnya itu. "Gak, lah. Aku udah gede, apa lagi aku cowok. Aku aja sering jagain kamu, kan?"

Irene mengangguk pelan dan tidak menjawab ucapan Seulgi.

Mereka sudah sampai di depan rumah Irene. Seulgi ikut turun lalu masuk ke dalam rumah Irene.

"Papa!" Teriak Irene dan berlari memeluk Papanya.

"Aduh ... Anak Papa udah gede masih aja manja, malu tuh sama Seulgi," ujar Papanya yang sedang memeluk putrinya.

Seulgi hanya tertawa melihat mereka. "Halo, Ma," sapa Seulgi lalu menghampiri mamanya Irene yang sedang duduk di depan TV.

"Halo anak ganteng. Makasih ya udah nganterin Irene," ucap Mama Irene sambil mengelus tangan Seulgi.

"Iya, makasih ya, Gi," sahut Papanya.

"Iya sama-sama, Ma, Pa."

Seulgi melihat Irene menuju ke kamarnya. "Ma, Pa, kalau gitu Egi pulang, ya?"

"Makan dulu, ayo. Mama udah nyiapin."

"Eh, gak usah, Ma. Egi tadi udah makan."

"Bener?

"Iya bener, Ma" Seulgi berdiri lalu berpamitan dengan orang tua Irene.

"Egi pulang, ya! Dadah!" Pamit Seulgi dari dalam mobil.

"Hati-hati, Nak!" Jawab mereka kompak sambil melambaikan tangan.

"Gue pulang aja lo gak peduli, Rene."

Seulgi tersenyum getir lalu meninggalkan rumah irene.

*****

Flavor | seulrene ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang