Babu.

620 89 16
                                    

🍁


"Gue mau ice cream."

Shawn melempar ponselnya ke ranjang sembarangan, matanya beralih menatap Ayana yang kini tengah membaca buku di sofa, gadis tanpa ekspresi itu baru saja mengucap datar namun sangat ketara sekali maksud memerintahnya.

"Tangan sama kaki lo dimana?."

Malas menjawab Ayana mengangkat kedua tangan dan kakinya bersamaan.

"Mata lo kemana?."
Balas Ayana menjengkelkan.

Keduanya saling melempar tatapan sengit, namun tetap saja Shawn bangkit keluar dari kamar mengambilkan ice cream di kulkas untuk tuan putri tak bermahkota itu.

Tidak beberapa lama Shawn kembali membuka pintu, masuk menyodorkan ice cream rasa coklat pada Ayana. Gadis itu tampak mengulas senyum tipis, sangat tipis.

"Nah, jadi babu itu emang harus nurut."

Shawn sangat ingin sekali merobek mulut Ayana menggunakan silet, sudah seenak jidat memerintah sekarang dia juga seenaknya mengklaim dirinya sebagai babu pribadi.

"Untung lo temen gue, coba kalo bukan udah gue patahin tulang rusuk lo."

Ayana memasang badan, tangannya di rentangkan begitu lebar mempersilahlan Shawn yang penuh dengan ambisi itu untuk mematahkan tulang rusuknya.

"Dengan senang hati."

"Najis gilanya udah tingkat kabupaten."

Tidak mau menanggapi Shawn, Ayana langsung merobek bungkusan ice creamnya. Sensasi dingin menyatu di dalam mulutnya, mencair ditelan kerongkongannya memberikan ketenang tersendiri.

Seperti biasanya Shawn datang kerumah Ayana, menghabiskan waktu hanya sekedar bermain game atau menjahili Ayana. Diam diam Shawn itu mengerikan, dia terlihat begitu manis dan cool di setiap penampilannya, namun siapa yang tahu isi hati seseorang?

Setiap manusia memiliki sisi gelapnya tersendiri, sebaik apapun mereka tetap saja mereka hanyalah manusia biasa yang akan terus menyimpan kebencian dan dendam sekecil apapun.

"Ngapain lo ngeliatin gue?." senyum lebar timbul di wajah Shawn, dia kemudian memilih bringsut dari kasur mendekat duduk di samping Ayana.

"Ay, lo inget Vivi sama Shila nggak sih?." Ayana berhenti memakan ice creamnya, Shawn memandang Ayana seksama.

"Kenapa?."

"Mereka ternyata meninggal secara misterius gitu, katanya sih di bunuh. Ngeri ya Ay."

Raut wajah Ayana masih saja tidak berubah, otaknya mulai mengeluarkan kata kata tajam. Mereka tidak sepenting itu untuk Ayana pikirkan, Shawn masih tidak beralih dia sangat ingin melihat bagaimana respon Ayana, namun yang dia dapati hanyalah tatapan datar tanpa emosi.

"Gue nggak perduli, dan lo tau gue nggak akan pernah perduli kenapa juga lo harus ngomong sama gue?."

Kekehan kecil terdengar aneh di telinga Ayana, tidak biasanya Shawn mengeluarkan tawa yang baginya sedikit menakutkan.

"Ya iya juga sih, gue kepo aja. Siapa tau lo seneng denger mereka mati kayak gitu."

Seringai samar timbul di ujung bibir Ayana, tidak dapat di pungkiri dia memang senang mendengar kematian dua gadis yang berlagak sok paling hebat di sekolahnya dulu itu. Mungkin bagi sebagian orang merasa terlalu pilu, apalagi dengan keadaan mayat mereka yang sangat tidak wajar, sudah jelas ada yang tidak beres. Iya kan?

"Di sekolah nggak ada yang gangguin lo kan Ay?."

Ayana menggeleng, mulutnya sibuk memakan ice cream yang semakin lama meleleh.

"Jangan pacaran Ay, pacaran itu nggak penting."

Kali ini Ayana mengangguk.

Tanpa di beri tahu pun Ayana tidak berminat untuk mejalin suatu hubungan yang rumit dan tidak masuk akal, sudah Ayana jelaskan berkali kali jika perasaan cinta dan suka pada seseorang itu hanya akan membuat Ayana lemah.

"Ay besok nikah sama om aja."

"Najis!."

Shawn terbahak melihat reaksi Ayana yang langsung emosi.

🍁

"Gue nggak paham kenapa Sagara suka banget deket deket sama Ayana."

Kursi di depan kelas mendadak penuh di duduki oleh orang orang yang ingin ikut menggibahkan gadis es itu, mereka semua mengangguk mendengar kata kata Neva .

"Padahal Sagara itu populer banget, gue juga kaget waktu denger dia ngomong kasar ke lo Nev sampe bikin lo nangis pula."

Oh jadi,,,

Gadis di kantin itu Neva, dia yang di bentak Sagara gara gara ikut campur dengan urusan Sagara.

"Ya mungkin Ayana tu gampang di apa apain makannya Sagara suka." Lolli nyeletuk asal.

Neva semakin menggebu, dia sudah lama menyukai Sagara tapi dengan gampangnya Ayana yang selalu menjadi pusat perhatian pria jangkung nan tampan itu.

"Kira kira kita perlu ngasih pelajaran Ayana nggak?."

Lolli dan ketiga temannya mengangguk setuju, Neva tersenyum licik.

"Tapi kalo Ayana kenapa kenapa, lo siap dong gue bunuh?."

Mereka berempat kaget, mendapati Sagara sudah berdiri di depan mereka sambil memasang senyum tampan mengerikan.

"Saga bukan,,

"Dasar cewek cewek sampah."

🍁

Mumpung ada inspirasi jadi update.
Terimakasih yang sudah berkenan membaca:)
Anandahumairarazaq™

Beauty PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang