" kamu beneran, pa?!", Tanya Rahmi ragu. Pandu mengangguk yakin. " Jenn itu masih trauma soal perjodohan..."
Pandu mengelus pundak istrinya lembut, " Ma..... Percaya sama papa, kali ini pasti nggak akan terjadi apa-apa. Lagian dia anaknya baik kok, dengar-dengar dulu mereka satu sekolah"
Rahmi mendongak, " siapa tadi namanya?"
" Ra––––––– PAPA!!! KAK JENN NIH!!", ucapan Pandu terpotong mendengar teriakan putri bungsunya. Pandu keluar kamar di ikuti istrinya. Dilihatnya dua putrinya itu memperebutkan paper bag yang ia bawa tadi.
" Ck. Kalian ini udah pada besar kok masih berantem....", Pandu menggelengkan kepalanya heran.
" Kak Jenn nih nggak mau bagi-bagi!", Gerutu Zee.
" Kan yang pesan gue, ya berarti punya gue dong.", Elak Jenn keukeuh.
" Astaga! Kalian berdua itu bikin Mama pusing aja! Jenn, kamu kasih separo buat Zee. Dan Zee, kamu itu udah SMA, bentar lagi masuk kuliah, jangan ngadi-adi.", Omel Rahmi frustasi. Kepalanya pusing tiap hari harus mendengar perdebatan dua putrinya itu yang tak pernah bisa akur.
Akur pun percuma, sama-sama membuatnya kesal. Karena mereka akur hanya karena memiliki hobi yang sama, yaitu nge-fangirl.
Zee tersenyum puas meninggalkan mereka begitu saja. Jenn melongo melihatnya.
" Bukan adik gue!", Ucapnya lalu pergi.
" Ma? Mereka anak kita? Kok aneh gitu ya? Nurunin siapa sih?", Celetuk Pandu.
" Nggak tau. Papa kali, papa kan dulu juga gitu sama adikmu.", Sahut Rahmi cuek meninggalkan suaminya.
.
.
.
.
.~Keesokan paginya~
Di kediaman Alvansyah, terlihat seorang anak kecil berlarian di ruang tengah. Anak itu berteriak memanggil nama kakaknya.
" Abaaaang!!"
" Bang Adit!!!"
" Abaaaaaang!! Baaaaaang Aaaadit!!!!"
" Hati-hati, non. Jangan lari-larian nanti jatuh. Non Alva,...", Cegah sang ART berlari mengikuti kemana anak itu pergi.
" Bang Adit!", Teriaknya tanpa mempedulikan ucapan ART itu.
" Kenapa sayang? Pagi-pagi udah ribut nyariin abang mu?–––– Sini-sini cium papa dulu.", Tanya Abel menghampiri sang anak dan mendaratkan kecupan manis di kedua pipi anak itu.
" Abang mana?", Tanyanya dengan suara yang lucu.
" Abang kan lagi siap-siap mau berangkat ke kantor. Ada apa sih?"
" Ava mau nagih janji!", Rengeknya.
" Janji?", Tanya sang mama yang baru datang dari dapur. Alva di dudukkan di kursinya menatap harap sang mama.
Alva mengangguk.
" Janji apa sih, sayang?", Tanyanya lagi.
" Itu.... Soal kakak cantik.", Cetus Alva membuat keduanya saling pandang.
" Kakak cantik?", Tanya keduanya bersamaan kemudian tersenyum penuh arti.
" Siapa namanya?", Selidik Pandu membuat anak itu seakan mengingat.
" Eung..... Kak....... Kak Jenn! Iya.", Seru Alva antusias.
Sang mama tampak senang, berbeda dengan suaminya yang terdiam seakan mengingat sesuatu.
Jenn? Batin Abel.
" Orangnya gimana? Cantik nggak? Baik nggak?", Tanya sang mama pada Alva.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Destiny 2
Teen FictionMeninggalkan kisah dua tahun lalu, yang mereka lalui dengan kebersamaan dan saling berbagi suka maupun duka. Kini mereka hidup terpisah dengan kesibukan masing-masing. Memulai hidup baru dengan meninggalkan kenangan lama. Kehilangan dan kesedihan t...