II

12.5K 748 57
                                    

Disclaimer
Boboiboy © Animonsta Studio

"I'm Afraid to Losing Them"
Brothership | Drama | Angst
Chara : All Elemental
a story written by Zevuar
© July 2020

Pemuda itu masih setia menutup kedua matanya walaupun hampir satu minggu dia terbaring di kasur itu. Hanya deru napas dan jantung yang masih berdetak menandakan sang pemilik tubuh masih terikat dengan nyawanya.

Tapi kali ini berbeda. Pemuda itu seakan sedang melawan sesuatu dalam dirinya. Wajahnya telah dibanjiri oleh keringat, tangannya telah mengepal dan badannya telah bergetar begitu hebat.

"Pergi! "

"Jauhkan tanganmu yang hina itu!"

"Kau bukan tuanku!"

Tangan besar itu semakin mendekat. Saudara elemental yang lain telah mati diserap oleh monster di depannya.

"Jangan berani mendekat!"

"Kembalikan saudaraku!"

"Lepaskan!"

Pemuda itu makin memberontak. Namun seakan tubuhnya terpaku di tanah, pemuda itu tidak sanggup untuk bergerak bahkan sekadar untuk menepis tangan itu.

"Pergi kau!"

"Kau tidak pantas menjadi tuanku, dasar makhluk hina!"

"Aku hanya mau mengakui Boboiboy sebagai tuanku! Bukan dirimu!"

Pandangan pemuda itu semakin memudar. Kekuatan dalam dirinya terasa terhisap ke dalam lubang dalam tidak berujung.

"Kau kalah kali ini, Gempa."

"Tidak!!!"

Gempa terbangun setelah sekian lama menutup matanya. Napasnya terengah-engah karena ingatan tentang kekuatan dirinya yang direbut paksa dari tubuh sang tuan. Jantungnya masih berbedar sangat kencang karena kejadian yang telah menimpa dirinya.

Gempa memperhatikan sekeliling. Iris gold miliknya menyapu sekeliling ruangan itu. Namun hanya dia sendirian, tidak ada yang lain.

Tunggu? Di mana saudaranya? Di mana mereka?

Gempa mulai panik. Pikirannya melayang jauh. Berbagai pikiran buruk menghampiri dirinya. Tidak ada satupun hal positif yang terpikirkan saat ini olehnya. Kenapa hanya dia sendirian di tempat ini?

Gempa berusaha berdiri. Namun tidak membuahkan hasil. Lagi-lagi kepalanya diserang oleh rasa sakit yang tidak tertahankan. Gempa tidak menyerah. Slang infus yang masih setia melekat di tangan kanannya ditarik paksa sehingga darah segar mengalir dari bekas jarum infus itu berada.

Tidak memikirkan untuk menutup luka itu lagi, dia berjalan menuju ke pintu keluar walaupun seluruh tubuhnya menolak untuk digerakkan paksa oleh Gempa. Tidak ada waktu lagi, Gempa harus mencari mereka. Gempa harus memastikan sendiri bahwa saudaranya baik-baik saja.

Darah itu tetap menetes dari ujung jari Gempa menandakan pendarahan di tangannya itu belum berhenti. Dengan langkah yang tergopoh-gopoh dia menyusuri koridor itu berharap dapat menemukan salah satu keluarganya.

"Jangan tinggalkan Gempa sendirian," lirihnya pelan. Sebulir cairan bening menitik di sudut mata sang pemilik kuasa Tanah tersebut. Dia telah berjanji akan menjaga saudaranya sesuai permintaan sang tuan saat memutuskan berpecah menjadi tujuh untuk selama-lamanya.

Chaos - Oneshot Story | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang