AOD 6

83 8 0
                                    

Han River - Seoul, Korea Selatan

Bib ... bib ... bib

"Bagaimana dengan identitas korban?"

Semua orang sibuk dan sangat ramai di dekat sungai Han, terlihat beberapa mobil polisi dan ambulan di sana. Youngmi dan Changbin baru saja datang. Changbin yang tak mengerti hanya ikut Youngmi yang menghampiri detektif Woojin dari tim dua, dan kebetulan juga ia bertugas disini.

"Di mana mayatnya?" tanya Youngmi cepat, Woojin menunjuk ke arah suatu yang dibungkus dengan tas khusus mayat berwarna biru tua di dekat sungai. Youngmi tanpa basa-basi mendekat, tapi gadis itu dicegah oleh Woojin.

"Pakai ini!" Woojin menyodorkan sebuah sapu tangan pada Youngmi dan bukannya menerima gadis itu malah melepaskan tangan Woojin dan berlari kearah korban yang sudah diurus oleh tenaga medis yang ada disana, sebenarnya mereka siap untuk mengangkut mayat ke ambulan untuk di bawa ke rumah sakit.

Woojin hanya menggelengkan kepalanya sebentar melihat tingkah Youngmi, lantas ia beralih pada Changbin yang kelihatannya masih bingung dengan keadaan.

"Hyung, sebenarnya ada apa?" tanya Changbin akhirnya,

"Kamu tidak tau?" tanya balik Woojin yang tak percaya.

"Youngmi menolak untuk menceritakannya padaku saat perjalanan tadi, ia hanya terus menyuruhku untuk tetap fokus menyetir." Woojin menepuk keningnya pelan.

"Astaga dasar anak itu! Ish, aku kurang tau juga. Tapi mayat yang ada di sana itu mungkin korban pembunuhan, dan terduga adalah pria yang kemarin menemui kalian yang bersaksi atas kasus hilangnya Lee Sian," Changbin melotot tak percaya, ia segera berlari menyusul Youngmi.

"Tolong buka sebentar! Aku ingin melihatnya," pinta Youngmi pada tenaga medis yang hendak membawa mayat itu, mereka saling pandang sebentar lalu menagangguk menyetujui permintaan Youngmi.

Wadah mayat itu dibuka dan bau busuk berserta amis darahpun mulai tercium, orang-orang yang tidak memakai masker yang ada di sana hampir saja mutah karena saking amisnya. Youngmi menutup mulut dan hidungnya, rasa bersalah dan amarah mulai tersulut dalam hati serta jiwanya.

Changbin mendekat dengan sebuah masker, "Waaa!" pekik Changbin yang melihat kondisi mayat itu, wajahnya penuh dengan darah dan matanya yang hilang sontak membuat Changbin terjatuh dan berusaha menjauh.

Youngmi menundukkan kepalanya tak kuat melihat keadaan mayat itu, bukan karena terlalu menyeramkan hanya saja Youngmi merasa sudah gagal menjadi seorang polisi, menjadi seorang polisi artinya ia harus melindungi orang-orang yang pantas di lindungi dan juga menyingkirkan kejahatan. Tapi apa yang telah ia lakukan, ia sudah berjanji akan melindungi Dong-Hae dan ternyata ia gagal melindunginya.

Tenaga medis menutup kembali tas khusus mayat itu dan membawa mayatnya ke ambulan, Changbin berdiri dan merengkuh Youngmi karena ia peka jika gadis itu sangat kecewa sekarang, dan Changbin pikir Youngmi akan merasa lebih baik atau akan membalas pelukannya itu. Tapi, Youngmi melepaskan pelukan Changbin dan berjalan lurus mengikuti kearah mobil ambulan yang membawa mayat Dong-Hae.

"Ya! Youngmi-ya! Odiga?!" teriak Changbin yang tak digubris oleh Youngmi, mau tak mau ia ikut dengan gadis itu.

***

"Berita terbaru dan terhangat hari ini, seorang pria 30 tahun-an ditemukan sudah tak bernyawa di dekat sungai Han 08:46 KST tadi pagi, terduga ia adalah korban pembunuhan."

Pip

Hyunjin mematikan TV-nya, menyenderkan kepalanya pada kursi yang ia duduki sekarang ini. Ia berada di kantornya, memejamkan mata sekejap membayangkan bagaimana jika Youngmi dan rekannya itu berekasi setelah menerima hadiahnya. Tapi, hayalannya tergangu karena Jisung membuka pintu sambil berteriak tak jelas.

"Yooh bro!" Hyunjin membuka matanya dan memutarnya malas, Jisung itu memang memiliki keperibadian ganda. Ia terlihat normal dan sangat asyik diajak untuk berteman, tapi sekali jiwa psikopatnya keluar maka ... yaa, kalian tau sendirikan?

"Apaan?" tanya Hyunjin pada Jisung yang kini sudah duduk disofa yang ada diruang kerjanya.

"Gak pa-pa, yaa cuma mau ngajak berburu aja malam ini. Katanya Felix kangen berburu bareng," ujar Jisung sambil memakan buah apel yang tersedia di meja di depan sofa itu. Hyunjin seperti tidak ada niatan untuk bergabung,

"Lo lagi gak bikin masalah kan?" tanya Hyunjin serius, Jisung menggeleng kukuh serta bingung, masalah? Apa memangnya?

"Enggak tuh, masalah apaan?"

"Soal pak tua itu, lo gak ninggalin jejak apapun kan?" Jisung tertawa keras, Hyunjin sedikit aneh melihat ke arahnya. Memangnya apa yang lucu?

"Lo tau gue gimana 'kan? Ya kali gue ninggal jejak, tenang udah gue samarin kok. Lagian kan kita punya kartu AS, hahahaha. Oh ya, terakhir itu sebelum mayatnya dibuang, gue patahin dulu lehernya, hehehe" Hyunjin mengangguk paham dan tak masalah akan hal itu, memang mudah bagi mereka untuk mengelabuhi polisi-polisi itu. Ya, asal punya uang kenapa tidak dengan semua urusan menjadi gampang?

"Jadi gimana, ikut gak?" Hyunjin hendak menjawab tapi sebuah telpon kantor menghentikannya. Ia mengangkatnya dan ternyata sekertarisnya yang menelpon.

"Iya ada apa, Lia?"

"Maaf pak menganggu, ini ada sebuah titipan buket bunga untuk bapak. Apa perlu saya ke sana dan memberikannya pada bapak sekarang?"

"Dari siapa?"

"Kurang tau pak, tapi dari seorang gadis. Ia hanya mengatakan jika ia ingin memberikan ini pada bapak."

"Antar kemari!"

"Baik, pak."

Sambungan terputus, Hyunjin mulai menunggu sekertarisnya - Lia datang kemari. Buket bunga? Seorang gadis? Siapa dan ingin apa? Jisung melihat perubahan air muka Hyunjin saat setelah menerima telepon dari sekertarisnya itu sedikit bingung.

Angel Or Devil Ft Hwang Hyunjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang