Chapter 05: Sakura's Father

2K 342 50
                                    

Sakura hanya bisa terdiam sambil menatap kotak hitam yang berada di pangkuan Sasuke. Ia benar-benar tidak tahu jika di villa keluarganya ada sebuah kotak tersembunyi berisi pistol dan itu menimbulkan sebuah tanda tanya besar bagi Sakura.

"Kau sungguh tidak tahu?" tanya Sasuke sedikit lebih pelan menyadari bahwa kekasihnya itu masih syok.

"Aku tidak tahu kenapa ada benda itu di villaku, ayahku tidak mungkin memilikinya," jelas Sakura membuat Sasuke pun terdiam.

Sasuke menatap ke sekeliling sekali lagi dan ia baru menyadari bahwa villa itu begitu bersih seolah selalu di bersihkan secara rutin padahal Sakura sangat jarang pergi ke sana mengingat setiap libur Sakura selalu berlibur bersama keluarganya.

"Sakura, kenapa tempat ini begitu bersih?" tanya Sasuke membuat Sakura menatapnya dengan kerutan di keningnya, mendengar Sasuke bertanya tentang sesuatu yang melenceng dari topik awal mereka.

"Entahlah, ada banyak uang keluar dari rekening ayahku dan mungkin termasuk membayar biaya bersih-bersih villa ini," ucap Sakura membuat Sasuke menatapnya.

"Berapa banyak uang yang ada di rekening ayahmu?" tanya Sasuke membuat Sakura terdiam sejenak.

"Cukup untuk biaya hidupku hingga aku lulus kuliah dan membayar biaya perawatan beberapa aset keluargaku," jawab Sakura membuat Sasuke menyandarkan punggungnya pada sofa.

"Kau tidak berbohong padaku ketika mengatakan ayahmu seorang jurnalis dan ibumu sudah tiada sejak Kau lahir kan?" tanya Sasuke membuat Sakura menatapnya.

"Apa maksudmu? Kenapa Kau malah menuduhku berbohong," ucap Sakura seolah tak terima. Sasuke menatap emerald hijau teduh Sakura lalu menarik tangan kekasihnya itu dan menggenggamnya sambil ia usap lembut secara perlahan.

"Tidak kah Kau berpikir mana mungkin seorang jurnalis bisa punya uang dan aset yang lumayan banyak Sakura? Sungguh aku tidak ingin menuduhmu berbohong atau apa pun itu tapi aku ragu dengan fakta yang kulihat," jelas Sasuke selembut mungkin hingga Sakura terdiam.

"Ayahku sungguh seorang jurnalis, dia pergi bekerja di pagi hari dan pulang di sore hari. Ia selalu melakukan itu setiap harinya, tak ada hari libur baginya bahkan beberapa kali ia harus pergi keluar kota untuk meliput sebuah berita. Ia meninggal karena kecelakaan di tempat kerjanya pada tanggal 26 Januari 2006," jelas Sakura membuat Sasuke memejamkan matanya.

'Ada sesuatu yang salah di sini,' batin Sasuke sambil membuka matanya.

Jika ayah Sakura meninggal tahun 2006 itu artinya Sakura masih sangat kecil sementara Sakura bilang uang ayahnya cukup untuk biaya hidupnya hingga ia lulus kuliah dan membayar biaya perawatan beberapa aset keluarganya. Butuh begitu banyak uang untuk melakukan semua itu. Sakura selalu sekolah di sekolah internasional sejak kecil dan kuliah jurusan kedokteran. Kuliah jurusan kedokteran memiliki biaya yang tidak sedikit apalagi Sakura dan ia kuliah di kampus terbaik di Jepang dengan uang kuliah tunggal yang begitu besar. Mana mungkin uang seorang jurnalis biasa bisa melakukan itu?

"Kau ingat tidak kemarin kita membongkar kotak kerja ayahmu?" tanya Sasuke hingga Sakura menganggukkan kepalanya.

"Maksudmu kita dikejar karena kotak kerja ayahku? Itu konyol Sasuke," ucap Sakura dengan tawanya.

"Sakura dengarkan aku, hari itu kita bermain-main dengan ponsel lama ayahmu dan ketika kita menghidupkannya...," ucap Sasuke menggantungkan kalimatnya membuat Sakura menatapnya.

"Ponsel itu langsung terhubung dengan orang-orang yang mengejar kita sekarang seolah sinyal ponsel itu sudah lama ditunggu aktif," ucap Sakura melanjutkan ucapan Sasuke.

"Itu artinya file yang mereka cari ada pada ayahku? Apa mungkin itu sebuah berita yang ayahku liput?" ucap Sakura bertanya-tanya.

"Apa pun itu tapi File itu mungkin masih ada di kotak kerja ayahmu, kita harus kembali ke apartemenmu dan menemukan benda itu," ucap Sasuke membuat Sakura mengangguk.

"Tapi bagaimana caranya kita kembali ke sana? Bukankah mereka terus mengecek CCTV di kota ini dan kota kita? Kita bisa ketahuan bahkan sebelum sampai di sana," ucap Sakura membuat Sasuke terdiam untuk berpikir.

"Kita tidak punya pilihan lain saat ini selain menghubungi tangan kanan kepercayaan ayahku," ucap Sasuke membuat Sakura menatapnya.

"Hatake Kakashi maksudmu?" tanya Sakura membuat Sasuke menganggukkan kepalanya pelan.

"Gunakan saja ponselku," ucap Sakura membuat Sasuke menggelengkan kepalanya pelan.

"Bisa saja sinyal ponselmu juga di intai, kita tidak pernah tahu maka untuk menghindari potensi yang membahayakan sebaiknya kita menggunakan telpon umum," jelas Sasuke membuat Sakura mengangguk.

Ucapan Sasuke ada benarnya dan lagi Sakura tak ingin lagi terlibat dalam situasi berbahaya, ia tak ingin melihat Sasuke berkelahi dan terluka parah seperti sekarang, ia terlalu takut kehilangan Sasuke dalam hidupnya kenyataannya laki-laki begitu berharga dalam hidupnya.

"Tak jauh dari sini ada telpon umum," ucap Sakura ketika ia teringat pada sebuah telpon umum yang tak jauh dari villanya.

"Kalau begitu aku akan pergi mandi terlebih dahulu," ucap Sasuke beranjak dari duduknya namun Sakura menyentuh lengannya.

"Kau yakin ingin mandi? Tubuhmu masih terluka dan baru selesai diobati," ucap Sakura membuat Sasuke menatapnya.

"Aku tak bisa berjalan bersama kekasihku dengan tubuh yang baunya sangat menyengat," jelas Sasuke sementara Sakura geleng-geleng kepala.

"Ah sepertinya Kau melupakan sesuatu," ucap Sasuke sambil mendudukkan dirinya di sebuah meja menghadap ke arah Sakura dengan posisi mereka yang begitu dekat.

"Apa?" tanya Sakura sementara Sasuke mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat lagi dengan wajah Sakura.

"Aku baru saja menyelamatkan nyawamu tapi Kau tidak berterimakasih sama sekali," ucap Sasuke membuat Sakura mendengus mendengarnya.

"Lalu apa yang Kau inginkan sekarang?" tanya Sakura dengan gaya menantangnya membuat Sasuke menyeringai.

"Berikan aku ciuman," ucap Sasuke membuat Sakura mengecup singkat bibir Sasuke namun ketika Sakura memundurkan kepalanya Sasuke menahan kepalanya. Sasuke melumat bibir Sakura sedikit kasar meskipun bibirnya terasa sedikit perih namun entah kenapa ciuman itu terasa begitu nikmat, memberikan rangsang lebih untuknya dan sebelum ia benar-benar lepas kendali Sasuke memilih menyudahi ciuman ganasnya.

"Andai aku tidak sedang terluka, aku benar-benar aku melahapmu," ucap Sasuke membuat Sakura tertawa.

"Sayangnya Kau tidak bisa melakukan itu sekarang dan aku bersyukur atas itu," ucap Sakura membuat Sasuke mendengus mendengarnya.

"Pergilah," ucap Sakura ketika Sasuke tak kunjung beranjak juga dari duduknya, laki-laki itu terlalu sibuk memandang wajah cantik milik kekasihnya.

"Aku mencintaimu," ucap Sasuke membuat Sakura tersenyum lantaran ia lupa mengatakan hal itu.

Setiap hari mereka selalu mengucapkan kata 'Aku mencintaimu' dan biasanya mereka melakukannya di pagi hari ketika mereka bangun tidur dengan berkirim pesan, Sakura terlalu tegang untuk mengingat hal sederhana yang menjadi rutinitas manis mereka.

"Aku juga mencintaimu, pergilah," ucap Sakura hingga Sasuke tersenyum begitu lebar membuat wajahnya terlihat begitu tampan meskipun ada lebam di wajahnya. Sakura merona tipis melihatnya.

Sasuke pun beranjak dari duduknya pergi ke sebuah kamar mandi yang Sakura tunjuk dan segera membersihkan dirinya. Ketika ia keluar dari kamar mandi, Sasuke dibawa oleh Sakura ke sebuah kamar yang sepertinya itu milik ayah Sakura.

"Pakaian ayahku sepertinya masih bagus dan bisa Kau pakai," ucap Sakura sambil memilih baju di dalam lemari sang ayah.

Ketika Sakura sibuk memilih baju, Sasuke sibuk melihat ke sekeliling kamar itu hingga ia melihat secarik kertas dan pulpen yang sama seperti yang ia temukan di kotak kerja ayah Sakura.

'Secarik kertas dan pulpen lagi?' Batin Sasuke.

Secret FileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang