V- 01

3 1 0
                                    

24January2018

Beberapa hari yang lalu aku resmi diterima di kelas 12 atau kelas akhir. Sekolahnya masih berada di dalam penjara ini. Yang membedakannya hanya ruang kelas. Muridnya pun hanya 15orang, lebih banyak dari kelasku dulu yang hanya berjumlah 7orang termasuk diriku.

Hari ini aku bertemu dengan seorang anak laki-laki yang mungkin 2tahun lebih tua dariku. Ekspresinya menyeramkan, terlebih tatapan matanya yang seakan-akan membunuh siapapun yang menatapnya. Namanya Abrian, orangnya manis jika saja dia tersenyum, aku jamin siapapun yang melihatnya akan langsung jatuh hati padanya.

Abrian adalah murid baru disini dan pendatang baru di penjara ini. Mungkin ia kurang nyaman disini, sehingga mukanya seperti itu. Kebetulan dia duduk di sampingku, meja paling akhir dan paling sudut yang tersisa.

Aku berusaha untuk mengajaknya berbicara, namun seperti tokoh utama pria di novel-novel yg sering aku baca, dia adalah orang yang sangat dingin. Aku pikir bisa berteman dengannya, namun ya sudahlah.

|||

1Februari2018

Sudah satu minggu aku beradaptasi disini. Anak-anak disini cukup baik, tidak nakal seperti teman-temanku dulu, namun tetap saja aku masih enggan untuk berteman dengan lawan jenis.

Hari ini ada pelajaran olahraga, seluruh teman sekelas ku yang merupakan anak laki-laki semua bermain basket, sedangkan aku mengasah kemampuan beladiri ku bersama Mr Tom. Disini memang semuanya harus pandai beladiri, katanya untuk berhati-hati. Namun aku kurang yakin dengan jawaban seperti itu, bagiku itu lebih terdengar seperti alibi.

"Bagus kemampuanmu seperti biasa, selalu bagus." Ucap pelatihku, Mr Tom.

Aku hanya bisa tersenyum tipis, bukanya sombong tapi semua guru selalu memuji kemampuanku diberbagai bidang, mungkin itu juga salah satu alasan kenapa banyak yg tidak suka kepadaku.

Mr Tom pamit pergi dan aku mengiyakan saja ucapannya. Dari sini aku bisa melihat Abrian bermain basket, aku akui dja terlihat semakin tampan. Namun mendadak semuanya kacau, entah datang darimana, segerombolan teman kelas ku dulu tiba-tiba memukuli Abrian.

Dengan cepat aku menghampiri mereka dan berusaha untuk menghentikan aksi mereka, namun apalah daya mereka sama sekali tidak mendengarkan ku. Dengan asal aku menarik salah satu teman sekelasku Riko yang terlibat membela Abrian. Namun naas, Rico menyiku perutku dengan kuat hingga aku terdorong cukup jauh dan jatuh. Mendadak perutku sakit dan mataku berkunang-kunang. Aku berusaha bangkit, namun..
Bruk aku terjatuh, dan mataku menjadi gelap. Sebelum kesadaranku menghilang, samar-samar aku mendengar suara seseorang berteriak memanggil namaku.

|||

3Februari2018

Aku membuka mataku walaupun pengelihatanku masih buram namun, satu hal yg pertama kali aku lihat adalah Abrian yang sedang tidur dengan posisi duduk. Merasa tidak yakin, aku menajamkan pengelihatanku. Benar,itu adalah Abrian yang sedang menjagaku?

Mungkin karena aku banyak bergerak membuat tidur Abrian terganggu hingga akhirnya dia bangun dan menatapku.

"Apa ada yang sakit?" Tanyanya dengan lembut

Aku tersentak heran, kenapa dia mendadak perhatian? Apa mungkin dia merasa bersalah hingga akhirnya sedikit perhatian padaku?

Aku menggelengkan kepalaku, "sudah berapa hari aku disini?" Tanyaku

Abrian berdehem sejenak lalu menjawab, "Dua hari."

OMG?! Selama itu aku pingsan? Tapi kenapa aku merasa baru tertidur 3jam?

Dengan tidak percaya aku bertanya, "serius?"

Abrian mengangguk. Aku memandangnya meminta penjelasan lebih lengkap, namun sepertinya dia tidak peka atau memang enggan menjelaskan, Abrian hanya diam menatap balik aku.

Aku bisa melihat mata coklat terangnya yang indah namun entah kenapa aku bisa melihat tatapannya yang cemas, khawatir dan seperti menyembunyikan sesuatu.

"Ehem." itu suara salah satu teman sekelasku, John.

Dengan muka memerah bak seorang yang tertangkap basah sedang bermesraan, aku memalingkan wajahku.

"Ini." Ucap John sambil menyerahkan nampan yang berisi makanan, air minum dan obat.

Saat aku baru ingin menerimanya, dengan kasar Abrian mengambil nampan yang diberikan oleh John.

"Wow wow santai." Ucap John dengan nada mengejek

Aku yang tak paham, menatap mereka bingung. Lalu tanpa mengucapkan apapun lagi John pergi meninggalkan kami berdua.

"Makan." Perintah Abrian

Seolah tersihir aku mematuhi perintahnya. Rasa bubur ini tidaklah enak, melainkan hambar. Namun entah kenapa aku menjadi bersemangat menghabiskannya.

Abrian menatapku membuatku menjadi grogi.

"Berhentilah menatapku!" Seruku

Bukannya berpaling, Abrian semakin berani menatapku. Aku menunduk malu, menghindari tatapannya.

"Ada satu hal yang ingin aku tanyakan pada kau," Ucapnya

Aku diam menunggu lanjutan dari ucapannya.

"Jadi? Dimana keluargamu? Siapa nama keluargamu? Orang tuamu?" Tanyanya berturut-turut.

Pertanyaan yang tidak pernah ingin aku jawab. Kenapa harus pertanyaan yang menyakitkan seperti ini?!

Menghela nafas panjang lalu menjawab,"Aku tidak tahu, kata ketua Jack, aku dibuang oleh orang tuaku." Jawabku dengan suara menahan diri untuk tidak menangis.

Dengan memberanikan diri aku menatap Abrian. Sorot matanya menatap seolah-olah aku berbohong.

"Aku tidak tau siapa keluargaku!" Parau ku

Abrian mengangguk lalu sedetik kemudian menghapus air mataku dengan lembut.

"Oke! Aku anggap kau jujur, dengar nanti apapun yang terjadi, jangan menyerah!" Ucapnya

Pada saat itu aku merasa sebentar lagi duniaku akan berubah.



























Ada yang ingin ditanyakan atau kurang dipahami??

Komentar disini ya ~>

Yuk bantu dukung cerita ini dengan vote and komentar dari kalian setelah membaca!
Serta jangan lupa follow Instagram aku @rrrrrr.ka and @kyririalsya_

VZ'S Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang