Can't Sleep Tragedy

25 2 0
                                    

Pikiranku malam ini melayang tak jelas kemana. Aku masih tak bisa melupakan tentang apa yang dilakukan Gale padaku senja tadi. Mataku sesekali melirik kantung kasur yang kosong milik Gale sambil mencoba menebak apa yang dilakukannya malam ini. Tanganku tak henti mengusap daguku yang terluka dan telah dibalut rapi oleh Gale sore tadi. Baju bekas robekannya kubiarkan tersibak di tempat sampah. Bekas rona merah darah terlihat menutupi hitam pekatnya darah asli yang menyelimutinya.

Malam ini, walaupun tubuhku sangat lelah, namun aku merasa tak bisa memejamkan mata sama sekali. Dalam benakku, selalu terbesit keinginan untuk kabur dari tempat ini. Aku benar-benar tak tahan berada di akademi ini. Segalanya terasa asing bagiku dan aku tak tahan ingin segera menyentuh alat mekanik yang hampir membusuk dikoperku. Aku yang merasa tak tenang di waktu menjelang tengah malam ini memutuskan untuk membasuh wajahku di kamar mandi.

Saat itu aku tak memikirkan hal aneh selain hasrat ingin segera tidur. Sesampainya di wastafel toilet, aku yang awalnya melihat sekilas bayanganku di cermin lalu menundukkan kepalaku ke wastafel dan membasahi keseluruhan wajahku. Setelah seluruh wajahku basah, aku segera mengangkat wajahku dan mengarahkan pandangan ke cermin. Saat itu, dari arah belakangku secara bersamaan terdengar suara gebrakan pintu toilet yang sangat keras dan muncul sesuatu bayangan terpantul di cermin toilet. Suatu makhluk yang membungkuk terlihat olehku bergerak perlahan sambil terhuyung membuatku gemetaran dan segera bergegas berlalu dari kamar mandi.

Malam itu, yang tadinya kufikir bisa tidur cepat, malah berakhir dengan begadang dibalik kantung tidur hingga pagi menjelang. Lalu di pagi yang kacau ini, aku mulai merasakan tendangan keras yang tidak asing di kepalaku dan membuatku bergegas beranjak sempoyongan keluar kamar tanpa sepatah kata.

__________________________________________________________

Kegiatan pembelajaran hari ini dimulai seperti biasanya. Namun tubuhku terasa sangat berat dari biasanya. Mereka yang melihatku tak sehat kebanyakan menyuruhku kembali ke asrama, namun aku menolaknya. Ahh... paranoidku tentang kejadian tadi malam membuatku tak ingin sendirian. Ketakutanku akan hal yang asing dan janggal sungguh keterlaluan. Aku harus segera menghentikan kebiasaan buruk ini, sebelum mode lelahku hari ini terjadi lagi...

Beruntungnya, pembelajaran hari ini aku tak terlalu dipaksakan untuk berlatih fisik. Mereka memahami kondisi tubuhku dan membiarkan aku mencatat semua materi seharian. Walaupun begitu, aku yang berharap semua segera selesai tertahan oleh kelas tambahan. Tubuhku yang hampir diujung batas mencoba menahan rasa kantukku. Sesampainya kakiku melangkah memasuki kelas, suara dari dalam kelas menggaung memanggilku.

"Psst... pssst... Jean, Oi...! Bisa bantu aku sebentar?"

(Jean mendekat, menyandarkan tangannya pada meja kelas, dan memiringkan kepalanya
Sejenak, Jean merasa heran. Di hadapannya sekarang ialah Charlie yang sedang meracik sesuatu.

"Kenapa?"
(Charlie mengacungkan telunjuk di depan mulutnya) "Shht... (perlahan mendekat dan berbisik ke kuping Jean) Aku ingin membuat jebakan pada si brengsek Gale... Kau mau membantuku...? Seru loh!" bujuk Charlie.
"Kau ingin lakukan apa? Jangan sekarang, Letnan sebentar lagi tiba Charlie!"
"Tenang... jebakan ini akan dilakukan malam ini... Jadi, ... blabla..."

Charlie menceritakan semua rencananya padaku. Awalnya aku sempat agak ragu, namun saat ku mengingat kembali kelakuan buruk Gale kepadaku selama ini, membuatku ingin sekali membalas Gale dan menyetujui rencana Charlie.

Kelas tambahan yang kami lalui hari ini berjalan seperti pada umumnya, walau dua anjing garang disampingku ini masih saja mengganggu. Setelah kelas selesai, Charlie keluar kelas lebih dulu, disusul Gale juga. Namun tangan Gale dengan cepat kuraih.

"Tunggu Gale..."(Tangan Jean menahan erat tangan Gale)
(Berbalik perlahan dengan tatapan sinis)"Kenapa brengsek!"
(Perlahan Jean menekan tangan Gale dan menusukkan sesuatu pada tangannya.)
"Emm... aku ingin menyampaikan terima kasih padamu atas apa yang kau lalukan kemarin padaku..."( Makin mengeraskan genggamannya)
"Aa.. aarghh... Plak! (Menepis genggaman Jean) Sakit!" (Mengelus-elus bekas genggaman Jean)

(Segera menungkupkan tangannya ke punggung) "Oh... maaf, kuku tanganku belum kupotong. Lagipula aku tak ingin membiarkan kau pergi segera sebelum aku mengucapkan kata-kata itu..."
"Masa bodoh akan apa yang kulakukan untukmu kemarin. Lebih baik, kau lupakan saja hal itu..."
(Lalu Gale segera pergi berlalu keluar dari kelas)

Sedangkan setelah Gale berlalu, senyumku perlahan merekah dan akhirnya aku kembali melanjutkan rencana Charlie.
__________________________________________________

Tak lama, suara gerbang akademi mulai terdengar seperti bergerak menutup. Namun sayangnya aku selangkah lebih cepat keluar dari akademi dan menuju asrama. Sesuai arahan Charlie sebelumnya, aku segera bergegas menuju tempat yang dimaksud. Hingga kakiku mulai terasa gemetaran saat menaiki tangga asrama, aku mulai merasakan tubuhku mulai melemah. Terlebih aku tidak tidur semalam.

Tubuhku semakin lama terbawa menuju tempat yang membuatku berkeringat dingin. Kedua tanganku sedang menopang 2 kantong plastik besar yang berat saat. Keringat dingin bercucuran hingga membasahi kantong plastik. Perlahan, aku menepis paranoidku dan memberanikan diri untuk membuka pintu toilet. Ya, toilet yang membuatku takut dan berimajinasi aneh akan makhluk didalamnya. Tak lama, aku mendengar suara samar aktivitas, walau aku merasa sendiri di dalam. Seketika ku menengok ke belakang, mendadak sunyi kembali. Aku mencoba mengatur nafas, lalu segera ku tengok sisi depanku... dan aku terkejut, seseorang membungkam mulutku...

(Jean terkaget, namun mulutnya terbungkam oleh tangan seseorang didepannya)
"Sssshhh... ini aku, Charlie..."(Perlahan mendorong Jean ke dalam salah satu toilet dan menutupnya)

Aku yang awalnya merasa kaget dan ketakutan seketika lega melihat Charlie dihadapanku. Lalu kami mulai berbisik satu sama lain.

"Kau sudah membawa botol-botol yang kumaksud?"
"Oke, sebentar... (mengambil kantong plastik yang berisi kumpulan botol kaca minuman keras dan memberikannya pada Charlie) Ini... untuk apa coba semua botol-botol ini? Aku sungguh berhati-hati saat membawanya, takut ketahuan."

"Tapi kau berhasil sampai sini, Jean... aku sangat berterima kasih padamu. Tujuanku menyuruhmu menahan dan menusuknya tadi sebelum pergi akan terjadi disini, tunggu sebentar lagi..."

Selama hampir setengah jam kami di dalam toilet mempersiapkan rencana kami. Hingga tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara gebrakan pintu luar toilet. Kemudian terdengar  suara langkah kaki yang tak teratur dan seperti sempoyongan. Tak lama kemudian, suara itu terhenti, tergantikan oleh suara aliran keras air di wastafel. Perlahan tapi pasti, Charlie mencoba mengintip keluar pintu toilet, dan merasa mengenali seseorang yang datang kala itu. Seketika senyum liciknya terlihat dan ia segera mengacungkan jempolnya padaku, tanda rencana kami siap dilakukan malam ini.

RE :YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang