.
.
.
[]"Halo sir?"
"halo Seokjin-ah, kudengar kau cuti? medical check up huh? kau sakit?"
" tidak sir, aku hanya chek up biasa, anda tidak perlu khawatir"
"oh begitu, jarang sekali kau itu mengambil cuti, aku kira ada apa, yasudah ku tutup telfon nya,, bye jin-ahh"
"baik sir"
Seokjin memasukan ponselnya kedalam saku celana. tersenyum kecil mengingat saat pertemuan pertama dengan bos nya malah berakhir di ranjang apartement miliknya,Lalu lusanya, saat Seokjin diangkat sebagai general manager di perusahaan tempatnya bekerja, ia baru tau kalau Mr. Kim yang biasanya disebut sebut oleh karyawan lain itu atasan nya, sedikit tidak masuk akal kedengaran nya, bagaimana bisa dia tidak mengetahui CEO nya sendiri??
Tapi ada alasan dibalik Seokjin yang tidak mengenal Namjoon sebagai atasan nya, yaitu Namjoon selalu dipanggil Mr. Kim oleh semua karyawan ya mana tau Seokjin kl yang dimaksud Mr. Kim itu Kim Namjoon yang tidur dengannya kemarin malam. kedua, Namjoon jarang sekali terlihat keluar ruangannya, tidak pernah makan di cafeteria dilantai bawah bersama karyawan lain, dia lebih suka makan sendirian di ruangan nya, saat berangkat atau pun pulang Seokjin dan Namjoon tidak pernah berpapasan . ketiga, saat rapat bulanan pun Namjoon jarang mengikuti nya, selalu di gantikan oleh sekertaris nya Namjoon hanya akan hadir di rapat tahunan serta rapat bersama client dan kebetulan Seokjin tidak pernah mengikuti rapat bulanan karena dia hanya karyawan biasa.
Namun belum genap setahun Seokjin bekerja, karena hasil pekerjaan nya memuaskan dan kreatif maka Seokjin di angkat menjadi general manager di perusahaan itu. Seokjin juga Pekerja keras, supel dan memiliki banyak cetusan cetusan yang menginspiratif maka banyak juga yang mendukung Seokjin naik jabatan tanpa mendapat banyak gunjingan dari karyawan lain.
Lucu memang, saat kau mengingat orang yang tidur denganmu kemarin malam adalah bos mu sendiri. malu?? oh tentu. tapi dari pada malu Seokjin lebih merasa canggung.
Tapi itu hanya awalanya saja, semakin banyak waktu berlalu, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, tentu sudah saatnya bagi mereka yang bekerja keras bersenang senang.
Biasanya Namjoon akan pergi sendiri ke sebuah club hanya untuk minum, dan kalau beruntung mendapatkan wanita sexy sebagai teman tidur, atau kalupun dia sedang ingin di temani maka ia akan mengajak penasehat hukumnya untuk minum bersama.
Saat itu, Namjoon sedang memiliki banyak hal yang dia pikirkan. beberapa saat lalu terjadi kebakaran di salah satu cabang pabrik nya yang ada di sudut kota. kebakaran terjadi karena ada warga yang tidak terima tanah warisan orang tuanya di jual oleh adik iparnya saat dia sedang berlibur ke luar negri, padahal harga nya sudah termasuk tinggi karena untuk ukuran tanah di sudut kota, tapi tetap tidak terima karena itu adalah warisan orang tuanya, mengajukan tuntutan dan beberapa kali persidangan, kasus sengketa tanah itu di menangkan oleh Namjoon karena semua surat surat tanah itu legal. namun manusia, kadang terlampau benci jika miliknya di rebut paksa, mereka mendendam. orang itu membakar pabrik textil Namjoon saat pabrik itu baru beberapa bulan beroprasi.
kebakaran hebat karena membakar hampir separuh pabrik, tak ada korban jiwa, namun tentu Namjoon merugi puluhan juta. menuntut balik tentu Namjoon lakukan agar dia bisa mendapatkan ganti rugi yang layak, gila saja dia harus membangun pabriknya kembali yang baru jadi, tapi, tentunya hal seperti itu membutuhkan waktu yang cukup lama.
Ahh. Kembali ke Namjoon yang sedang duduk termenung sendirian. di stool bar tempat dulu dia bertemu Seokjin. Menyesap minuman nya pelan pelan, merasakan betapa membakar dan menyengatnya minuman tersebut tanpa memperdulikan hal di sekitarnya.
" kurasa anda butuh teman minum sir..."
Seokjin duduk di stool di sampingnya.Menoleh sekilas, lalu tertawa melihat general manager nya sedang duduk disana dengan masih mengenakan setelan kerjanya. kemeja putih, dasi yang masih terikat rapi, hanya jas nya yang dia tanggalkan lalu menaruhnya di meja.
" dari pada teman minum, sepertinya aku lebih membutuhkan teman tidur Jin-ah "
Tersenyum simpul, lalu Seokjin melepas kancing lengannya menekuknya sampai siku.
"ahh, anda to the point sekali sir, terbiasa bermulut tajam atau memang tak suka basa basi??"
"Dari pada dikatakan bermulut tajam, aku lebih suka disebut bibir sexy"
Seokjin tertawa, menggelengkan pelan kepalanya sembari menikmati musik EDM yang sedang mengalun.
" kau dengan mulut sampahmu sir, menyesal sudah aku pernah menyukainya ""hey, baru kali ini aku melihat karyawanku berkata kasar kepadaku seperti itu, dan lagi... kau bilang menyukainya??"
" apa? bibirmu?? ya, aku menyukainya sebulan yang lalu kalau tidak salah"
Namjoon memutar stoolnya menghadap Seokjin, menatap wajah nya lamat lamat, meski dengan pencahayaan yang minin seperti ini, Seokjin tetap menawan, terkesan lebih santai dengan lengan kemeja yang digulung meski masih terlihat tidak nyaman karena dasinya masih rapi di kerahnya.
" mau merasakan nya lagi Seokjin??
Seokjin menoleh, balik menatap Namjoon, Tersenyum, mengedip menggoda.
" tentu sir, karena itulah aku datang kesini"
lalu malam itu mereka bercinta lagi, di apartment Namjoon. bercinta panas seperti tiada hari esok. saling memagut, membelai, mencumbu, mendesah bersama. beberapa gaya sudah dicoba untuk menambah kepuasan. setelah klimaks mereka terlelap saling memeluk satu sama lain.
Di hari selanjutnya, mereka Akan melakukan keseharianya seperti biasa, bekerja dengan professional, menyapa sebatas atasan dan bawahannya, tanpa mengungkit masalah ranjang yang mereka hangatkan bersama. karena mereka berdua sadar bahwa, malam malam panas yang mereka lalui itu bukan oleh dua Pemuda yang saling mencintai. mereka hanya partner. hanya itu. dan bagi mereka itu Cukup.
Dan malam malam seperti itu terjadi lagi diantara mereka, ketika hasrat sedang menggebu maka Namjoon akan menghubungi Seokjin, Begitu juga Seokjin ketika sedang 'ingin' maka dia akan menghubungi Namjoon. Entahlah bagi Namjoon maupun Seokjin sendiri, lebih nyaman seperti itu, Partner. meski tak ada dari mereka yang melarang bahwa yang lainya boleh memiliki partner lain, tapi tak ada yang melakukan nya.
Jika Seokjin di tanya maka dia akan menjawab ' Karena tidak ada yang sepanas dirimu sir, tidak ada lelaki lain yang mukutnya sekotor dirimu jawabnya sembari tertawa'
Dan jika Namjoon yang ditanyai, maka jawaban nya ialah ' aku terlalu malas mencari orang lain untuk kuajak tidur, terlalu lama padahal aku sedang ingin inginnya sembari mengangkat bahu acuh'
Sampai tiga tahun ini mereka tetap seperti itu, meski tak jarang mereka berangkat bekerja bersama dari apartment Namjoon atau apartment Seokjin untuk menghemat waktu. bertukar isi lemari, isi kamar mandi, dan saling memberikan hadiah ketika salah satunya berulang tahun. meski dekat selayaknya kekasih, mereka tetap seperti bos dengan karyawan nya saat di kantor, tak ada yang curiga mereka tidur bersama atau menyangka mereka sepasang pria yang di mabuk asmara, karena memang mereka seperti sebatas rekan kerja.
Baik Namjoon dan Seokjin nyaman dengan itu.
Jangan lupa pencet bintang dan komen nya ya!!^^
Dan maaf sebelumnya karena typo pasti bertebaran, gua ngetiknya pake hp jd mohon maklum kl typonya banyak bgt.see you!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiden Baby
FanfictionDi usianya yang baru 27 tahun, Seokjin menginginkan anak untuk di asuhnya, kepalang gemas dengan para temannya yang sudah memiliki anak, dia juga ingin punya tapi enggan untuk menikah.