story that won't end

74 7 6
                                    

"Tenang saja, aku sudah merekomendasikan ke Pd nim" Lino meletakan gelas diatas meja dan tersenyum melihatku "kau hanya perlu datang, wawancara, dan ya diterima!"

Aku menghela nafas jengah "Bukankah sudah kubilang? Oppa tidak perlu repot repot membantuku"

"Ya!!! Kau sudah kuanggap seperti keluarga. Aku tidak akan membiarkanmu diusir dan berkeliaran dijalan, jangan keras kepala!" Lino mengetuk jari telunjuknya dua kali ke meja "Jangan membuatku mengulangi perkataanku" dia melihatku dengan tatapan yang sangat dalam, dia berpaling dan mengambil kacamata serta masker yang dia keluarkan dari kantong hodie

 Aku tidak akan membiarkanmu diusir dan berkeliaran dijalan, jangan keras kepala!" Lino mengetuk jari telunjuknya dua kali ke meja "Jangan membuatku mengulangi perkataanku" dia melihatku dengan tatapan yang sangat dalam, dia berpaling dan mengambi...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keluarga apanya?" Aku berbisik pelan

Lino kemudian beranjak dari kursinya dan meninggalkanku. Dia masih sama seperti yang dulu. Dari belakang sini, aku melihatnya lagi. Melihat kejadian itu. Kejadian yang membuatku sangat menghormati Lino sebagai seorang kakak dan sebagai seorang pria. Bagaimana mungkin sudah bertahun tahun rasa itu masih sama?

Saat itu Lino belum sukses seperti sekarang. Hanya penari latar yang sibuk dengan rutinitasnya, sedangkan aku hanya tetangganya yang selalu merepotkan.

Mulai dari mengganti rugi spion mobil yang sengaja aku pecahkan, karena pemiliknya hampir menabrak seorang Halmeoni yang ingin menyebrang.

Menampar orang mabuk yang berusaha menggodaku

Memarahiku karena tidak sengaja menginjak kaki kucing kesayangannya

Menjemputku setelah pulang sekolah, dengan sepeda bekas yang Lino beli dengan gaji pertamanya sebagai penari latar

dan bahkan disaat eomma pergi Lino tetap berada disini,

di sisiku.

Aku tidak ingin berhutang budi lagi, kepada keluarga Lino terutama Eomma Lino

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Aku tidak ingin berhutang budi lagi, kepada keluarga Lino terutama Eomma Lino. Saat Eommaku pergi, Imo yang membesarkanku sampai sekarang. Bahkan dia menyuruhku memanggilnya "eomma" alih alih memanggilnya "Imo" .

Disaat aku menangis karena merindukan
eomma dia selalu memelukku. Bahkan ketika pulang kerja, dia selalu membelikan buah semangka kesukaanku, Imo selalu memberiku potongan semangka lebih banyak daripada Lino. Padahal Lino juga menyukainya. Bahkan Lino sampai iri denganku.

Dan iya, ketika aku memutuskan untuk keluar dari rumah Lino, Imo sangat sedih. Dia terus menahanku untuk tetap tinggal. Tapi tetap saja keputusanku sudah bulat. Daripada aku terus mengacaukan masa depan dengan membuang buang waktu menyukai Lino, lebih baik aku akhiri dari sekarang, setidaknya aku harus sedikit peduli dengan diriku. Sudah lama rasa ini ada dan terus berkembang. Terkadang aku mulai lelah menjalani ini sendiri. Aku ingin menemukan kebahagiaanku.

Aku tahu Lino tidak ada perasaan sedikitpun terhadapku. Bahkan tidak sama sekali. Dia hanya menganggapku sebagai "keluarga" tidak lebih. Aku mencoba berbagai cara untuk melupakan perasaanku ke Lino

Dimulai saat aku keluar dari rumah Lino dan mencoba hidup sendiri tanpa seorangpun yang membantuku

Tapi apa?

Lagi lagi aku merepotkan Lino karena tidak sanggup membayar sewa bulanan. Sejak saat itu sampai sekarang, Lino rutin memberiku biaya sewa. Walapun sudah bekerja paruh waktu, entah kenapa aku selalu saja membuat masalah dan berujung dipecat.

Imo juga selalu menyuruhku pulang dan memintaku untuk tinggal disana saja. Mungkin Imo sangat kesepian karena Lino sekarang tinggal di dorm dan jarang pulang

Disepanjang jalan aku hanya berfikir tentang besok dan bagaimana hal ini akan berujung

"Aku hanya menggemari photography"

Bagiku tidak ada hal yang menyenangkan selain memotret untuk mengabadikan hal hal yang indah seperti Lino oppa

"Ahh~ lagi lagi mengingat dia, ayo sadar baeya~" menepuk rambutku pelan

Aku membaca ulang pesan dari Lino yang sedikit membuatku kesal

"Jangan pergi dengan baju lamamu, itu sangat merusak mata aisss" aku menirukan cara bicaranya

Aku berhenti dan mencerna perkataannya. Aku menatap layar iPhone milikku dan sedikit berteriak disana

"YAA~ SADARLAH, DULU KAU MEMASUKAN SEMUA BAJUMU KEDALAM BUNTELAN!!! Wah dia sangat pandai membuat orang naik darah"

Semua orang melihat kearahku sekarang, "ahh ini semua semua karena Lino" aku berjalan sedikit cepat sambil menutupi muka

"Aku benci Lino"

"Aku benci Lino"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••Akhirnya aku disini, didepan perusahaan JYP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••
Akhirnya aku disini, didepan perusahaan JYP. Aku menuruti perkataan Lino agar dia tidak memberitahu Imo. Rasanya aku selalu membuat Imo khawatir. Aku memutuskan untuk mencari uang dan membayar semua yang sudah Lino berikan padaku. Lagipula disini aku melamar menjadi seorang photographer, itu yang membuatku sangat bersemangat sekarang. Aku akan menunjukan bakatku disini

"Aku harus berhasil"

A Day With Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang