Chani sedikit membungkuk seraya mengatur nafasnya. Tangan kirinya memegang erat kantung kain berisi botol racun yang berhasil ia ambil dari laboratorium tadi.Jantung Chani masih berdegup kencang mengingat keputusan besar yang Chani ambil sewaktu memilih untuk keluar dari laboratorium.
Maniknya melirik ke arah tangan kanannya yang sedikit kotor karena berlumur darah. Ingatannya memutar bagaimana dengan beraninya Chani membuka dan menutup salah satu pintu loker dan membuat si anjing gila itu berlari ke arahnya.
Chani menahan deru nafasnya. Ia berusaha sekeras yang ia bisa agar tak menimbulkan suara sekecil apapun. Karena demi keselamatannya, anjing gila itu sedang berdiri tenang dengan tangan yang menggapai- gapai ke sembarang arah.
'Gue harus keluar kan?' Batin Chani.
Iya. Satu-satunya yang harus ia lakukan adalah keluar. Lalu mengambil senjata dan membunuh monster itu kemudian mencari Hyunjin. Sesederhana itu.
Tapi mengingat bagaimana fakta baru terkait monster itu, Chani menjadi khawatir.
Bagaimana jika ia tidak berhasil?
Chani terdiam sejenak. Membiarkan dirinya tenang dan mulai mengambil langkah perlahan.
Semoga idenya berjalan lancar.
Chani bergerak keluar dari tempat persembunyiannya, di belakang lemari. Bergerak dengan cara menyamping sepertinya berhasil.
Satu langkah, dua langkah, tiga, dan seterusnya.
Ia berdiri disamping loker dan membuka tutupnya pelan lalu tangannya diam- diam mengambil pisau kecil disakunya.
Dan,
BRAK!
Chani membanting pintu loker dengan keras membuat monster itu berlari cepat kearahnya. Sementara Chani bersiap, dengan pisau yang siap melayang ke arah targetnya.
GRAARRR
'Sekarang Chan,'
GRAWWWRRR
Bersyukur pada kemampuan Chani yang lihai dalam permainan dart, pisau berhasil menancap tepat di bola mata kiri. Membuat darah segar mengotori tangannya. Tak ambil pusing, ia segera keluar menjauhi laboratorium.
Nasib baik Chani sepertinya sudah lewat, karena saat berlari ke luar, dengan sialnya ia menendang pecahan bohlam dengan badan penutup lampu yang terbuat dari besi ringan. Membuatnya menimbulkan suara nyaring yang jelas membuat si monster mendatangi asal suaranya.
Dan disinilah Chani berada. Di sebuah ruangan kosong yang gelap dan berdebu. Yang membuat beda adalah tidak ada ventilasi untuk cahaya bulan masuk.
Chani mengelap tangannya ke arah bajunya. Masa bodoh dengan baju yang kotor, Chani tidak mau dirinya harus mencium bau anyir darah setiap kali tangannya bergerak.
Chani bergerak keluar. Kali ini ia tidak mau membuang banyak waktu dengan berdiam seperti yang lalu lalu. Koridor aman. Lalu ia berjalan ke arah kiri.
Benar-benar sunyi sampai Chani bahkan bisa mendengar degub jantung dan langkah kakinya sendiri.
"Woah,"
Chani menghentikan langkahnya, saat netranya melihat pemandangan didepannya.
Kandang raksasa.
Dengan pintu kandang yang terbuka lebar dan rusak parah dibeberapa bagian. Membuat Chani meneguk ludahnya kasar, membayangkan betapa kuat dan kasarnya makhluk itu.
Chani tersadar dan mulai melangkah lagi.
Prangg
"Sial,"
Chani lagi lagi menendang potongan besi yang berasal dari kandang. Dan sialnya, ia terjatuh.
"Akh"
Lututnya berdarah membuat rasa nyeri menjalar di kakinya. Chani meraih sapu tangan kecil yang sempat ia curi dari laboratorium untuk mengikat lukanya.
"Gak muat sial,"
Tolong ingatkan Chani, ia sudah mengumpat berapa kali hari ini.
Alhasil ia hanya menyeka sedikit agar darah tidak terlalu menyebar.
"Astaga racunnya,"
Chani menyeret badannya ke seberang sana mendekati kandang yang gelap. Mengambil kantung racun dan mendekapnya.
Dan tepat saat Chani berbalik, makhluk yang ia hindari datang dan menerjangnya.
"GRAWWR"
Chani berguling kesamping, mengambil sepotong besi dan berdiri. Sungguh kaki Chani sangat sakit sekarang.
BRAKK
Tangannya mengayunkan potongan besi ke arah monster gila itu. Entah kena atau tidak yang pasti Chani tidak peduli. Setidaknya ia berjaga jaga.
Makhluk itu sedikit bergerak ke samping menjauhi Chani. Namun tangannya berhasil mencakar kaki Chani.
"AKHH!!"
Luka di lutut bertambah berkat cakaran makhluk itu. Bahkan semakin besar dengan luka menganga di sepanjang lutut sampai ke mata kaki.
Chani terlentang pasrah. Rasanya begitu sakit sehingga ia menutup matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔24 Hours at Jinyoung's House
Mystery / Thriller24 jam yang tak terlupakan bagi Hyunjin dan Chani -2020- ©beenais97