26. Setelah Selesai (1)

1.2K 186 20
                                    

Jika bukan karena aromanya, Joohyun tidak akan bangun secepat itu.
Aroma yang familiar menerangi depan matanya, Joohyun dengan cepat menarik diri keluar dari dalam mimpi. Setelah menenangkan diri, dia membuka mata.

Rumah kecil yang sederhana dan rapi, tempat tidur Joohyun terletak di pojok, dan ada meja kursi kayu di depan. Beberapa lukisan tinta digantung pada dinding, dan ada aroma kayu cendala di udara. Melihat ke samping, tirai jendela yang terbuat dari bambu ditutupi kain tipis, hutan yang amat hijau terlihat dari jendela itu.

Joohyun menggerakkan tangan dan kakinya, melihat beberapa area luka sudah dibalut, dan tulangnya seolah-olah sudah kembeli semua ke tempatnya. Selain beberapa area masih terasa sedikit nyeri, berjalan sudah tidak ada masalah.
Ketika berjalan ke depan meja, dia melihat ada kaligrafi dan lukisan yang belum selesai terletak di atas. Tinta di dalam batu tinta belum kering, kuas tinta juga ditaruh sembarangan, seperti baru saja menulis.

"Rahasia cinta seribu tahun, arak memudarkan sakit akan perpisahan, jangan lewatkan kehidupan ini...."
Penulisan puisinya berhenti di sini, tapi ada sebuah kalimat langsung muncul di dalam benak Joohyun.

"Hanya berharap pertemuan di masa yang akan datang," bergumam, kesedihan meluap dari lubuk hatinya.

Kenapa puisi ini seperti menceritakan kisahnya?
Pandangannya tertuju pada puisi itu untuk terakhir kalinya, lalu beralih ke tempat lain. Setelah selesai berkeliling ruangan ini, Joohyun hendak berjalan keluar, tapi pintunya dibuka oleh seseorang terlebih dahulu.

"Eh? Kakak peri sudah bangun?" Orang yang datang adalah anak perempuan dengan rambut dikucir menjulang ke atas. Pipinya yang halus dihiasi oleh lingkarang berwarna merah muda, kedua bola mata hitamnya berputar ke sana-sini terlihat sangat lucu.
"Kakak peri?" Mendengar panggilan ini, Joohyun tersenyum.
"Iya! Tuan bilang kakak adalah peri yang jatuh dari langit!" Anak itu menjawab sambil memindahkan sebagian sayur yang dia pegang ke dalam rumah, lalu berjalan ke pintu lagi.
Tuan? Kenapa masih ada orang menggunakan panggilan ini di zaman sekarang? Joohyun tercengang, dan senyuman seseorang muncul lagi di benaknya.

"Dek, apakah tuanmu yang menyelamatkanku?" Joohyun bertanya ketika dia berjongkok menatap anak itu.
"Iya! Tuanlah yang menjaga kakak peri! Kakak sudah pingsan tiga hari, tuan setiap hari menjagamu di sini!"
"Tiga hari!? Aku sudah pingsan begitu lama!?" Joohyun berseru, berpikir dirinya sudah banyak merepotkan orang lain.
Anak itu mengangguk dan lari keluar, kemudian belok ke sudut yang tidak bisa dilihat oleh Joohyun.
"Tuan! Kakak peri sudah bangun! Aku balik dulu ya!" Setelah berbicara, dia berlari kembali ke Joohyun untuk berpamit dengannya, kemudian lari ke jalan yang tersembunyi di dalam hutan.

Melihat anak itu pergi, Joohyun juga berjalan perlahan ke arah yang baru saja anak itu lewati. Setelah berjalan melewati sudut bangunan, dia melihat kebun sayur yang dirawat dengan baik, dan sosok yang sibuk di tengah.
"Hm.... Terima kasih telah menyelamatkanku...." Melihat lawan bicaranya itu membelakangi dirinya, Joohyun tidak tahu harus berkata apa lagi, dan suasana langsung menjadi canggung.
Ketika suasana canggung masih menyebar diantaranya, orang itu tiba-tiba berbalik dan melihat ke belakang.

Dalam sekejap, napas Joohyun diambil olehnya.
Joohyun menatap orang di depannya dengan heran. Kulitnya yang putih, alis mata panjang, mata yang jernih dan senyuman yang lembut. Bukankah itu orang yang dia rindukan selama ini?
"Seulgi...." Dia memanggil nama itu dengan pelan, matanya seperti kembali memanas.
Namun, bertolak belakang dengan kesenangan Joohyun, orang yang punya wajah sama dengan Seulgi sangat tenang, melihat Joohyun dengan tatapan melihat orang asing.
Joohyun menatapnya dengan bingung.
Jadi, dalam ingatan kehidupan ini, apakah benar-benar sama sekali tidak ada jejak cinta? Ataukah wajah orang di depan hanya imajinasinya saja?

"Baguslah kalau kamu sudah tidak apa-apa," dia berjalan mendekat, dan akhirnya melewati samping Joohyun kembali ke dalam kamar.
Bahkan suaranya juga sama persis, bagaimana dia bisa meyakinkan diri kalau ini semua hanya imajinasi akibat dia terlalu merindukannya?
Tatapannya yang dalam, senyuman yang lembut, tidak berubah sedikitpun setelah ribuan tahun. Satu-satunya perbedaan adalah rambutnya dipotong pendek dan sikapnya yang asing.
Takut air matanya akan jatuh lagi, Joohyun mengangkat kepala dan mengedipkan mata berkali-kali. Tapi air mata kali ini sebenarnya jatuh karena senang atau sedih?
Dia menenangkan perasaannya, dan berdiri di depan pintu kamar. Dia melihat orang itu memegang kuas tinta dan mencelupkan ke dalam batu tinta, lalu tangannya yang terangkat di atas kertas belum juga jatuh.
"Menurutmu apa kalimat terakhir yang cocok untuk puisi ini?" Dia bertanya, tidak melihat ke arah Joohyun.
Menarik napas dalam-dalam, Joohyun mengucapkan kalimat yang dia pikir sebelumnya. Setelah mengalami kejadian secara langsung, dia semakin berharap mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kali ini.

Sepertinya ada senyuman di sudut bibir lawan bicaranya, dan kemudian menuliskan serangkaian kata di atas kertas. Joohyun melihat dan tidak dapat berkata apa-apa lagi.

"Rahasia cinta seribu tahun, arak memudarkan sakit akan perpisahan, jangan lewatkan kehidupan ini, hanya berharap pertemuan di masa yang akan datang."

Jika sudah lupa, kenapa dia masih menuliskan kata-kata yang tidak jelas ini?

Dalam lamunannya, Joohyun tiba-tiba teringat bahwa dia belum memperkenalkan diri. Dia harus memperkenalkan dirinya dengan sopan karena orang itu sudah menyelamatkannya.
"Um.... Aku belum memperkenalkan diri. Namaku-"
"Bae Joohyun," belum selesai berbicara, lawan bicaranya sudah sambung lebih dulu. Akhirnya dia mengangkat matanya untuk melihat ke mata Joohyun.

TBC

Tinggal 1 chapter lagi selesai... Kok aku jadi gak rela selesaiin cerita ini ya hahaha
Btw kalian pada main among us gk? Sumpah kesel banget kalo difitnah🤣 smg game ini ngak diblock sama pemerintah wkwkwk

SeulRene | Seribu Tahun (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang