BAB 25: SORE ITU

117 69 75
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Oh, atau lebih tepatnya, hari yang ditunggu-tunggu oleh Arthur telah tiba. Percayalah, Charlotte sama sekali tidak menantikan hari ini.

"Selamat pagi, Putri Charlotte." Suara sepuluh orang dayang Kerajaan Amethyst terdengar memenuhi kamar tidur Charlotte.

Charlotte yang baru saja bangun dari tidurnya hanya bisa terduduk di atas tempat tidur. Peter bahkan juga sama terkejutnya seperti Charlotte sampai ia tidak bisa bereaksi apapun.

Pasalnya, seperti yang sudah pernah kuceritakan sebelumnya, keluarga Kerajaan Amethyst tidak pernah menyuruh para dayang untuk menyambut mereka saat bangun tidur, membantu mereka mandi atau berganti pakaian, dan lain sebagainya.

"Putri Charlotte, kami ditugaskan untuk membantu Anda mempersiapkan diri menjelang pernikahan Anda," kata Dayang Stephanie sebagai kepala dayang di Kerajaan Amethyst.

Ah, benar. Hari ini adalah hari pernikahanku, batin Charlotte sambil tersenyum getir.

"Baiklah, silakan lakukan apa yang kalian rasa perlu." Charlotte tersenyum pada para dayangnya yang langsung mengangguk dengan semangat.

"Uhm, maaf, Kak Peter, mungkin lebih baik Kakak keluar dulu." Salah satu dayang menegur Peter yang masih terdiam di tempatnya.

"Oh iya, iya. Maaf, aku akan keluar." Peter sadar bahwa walaupun dirinya adalah sapu, tapi ia tetap adalah seorang lelaki.

Sepeninggalan Peter, para dayang langsung melaksanakan tugas mereka untuk 'mempersiapkan' Charlotte. Percayalah, ketika aku bilang 'mempersiapkan', itu adalah proses yang sangaaat panjang. 

Selama proses yang panjang itu pulalah Charlotte memanfaatkan waktunya untuk membiarkan ingatannya melayang ke sore kemarin, ketika Raja Claude memperbolehkan Charlotte mengelilingi Benua Cyrstallium sambil menaiki Matthew.

Akan kuceritakan apa yang dilakukan Charlotte sore itu.

---

Sore itu, Charlotte memutuskan untuk pergi ke Perpustakaan Zona Bebas dan Netral. Yup, sangat sederhana keinginan Charlotte. Ia hanya ingin menghabiskan waktunya di tempat itu sambil membaca ulang buku kesukaannya.

Buku bersampul biru keemasan itu....

Buku yang mempertemukannya dengan Chandra dan buku yang memulai semua masalah rumit ini. Jujur saja, dalam hati kecilnya, ia ingin sekali bertemu dengan Raymond sekali lagi. Namun, ia yakin bahwa itu adalah hal yang mustahil untuk terjadi.

Apakah itu benar-benar mustahil?

Ketika Charlotte meraih buku bersampul biru keemasan itu, ada sebuah tangan lain juga ikut meraihnya. Charlotte sontak membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa pemilik tangan itu.

Jantungnya seakan berhenti berdegup ketika ia bertatapan dengan lelaki berambut cokelat itu.

"Halo, Luna," sapa Raymond dengan senyuman termanis yang ia miliki. Matanya yang sembab menandakan bahwa ia sama patah hatinya seperti Charlotte.

"Ha--hai, Chandra." Charlotte membalas sapaan Raymond. Saat ini, mereka berdua sama-sama menggunakan sihir penyamaran.

"Bisakah kita mengobrol sebentar?" tanya Raymond dengan senyuman yang sama. Ia mencoba menyembunyikan luka di hatinya.

Charlotte mengangguk singkat. "Ingin ke taman?"

Mereka pun lalu berjalan menuju Taman Zona Bebas dan Netral, tempat mereka bertemu untuk pertama kalinya.

Crystallium ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang