Wooyoung melihat jam tangannya.
18.45 WIB
Senyumnya terbit, baru sadar ternyata sudah satu jam lebih dia duduk diam dibalik kemudi mobilnya.
Wooyoung mengangkat kepala, kembali duduk membentuk sudut ke arah kanan, tak bosan-bosan untuk melihat siluet seseorang yang sedang bergerak dibalik jendela kamarnya.
Meskipun sudah satu jam lebih lamanya.
Laki-laki itu menghela nafas lega saat melihat punggung yang sejak tadi bergetar itu sudah berhenti dan ganti bersandar pada jendela kamarnya, mungkin kelelahan.
Wooyoung tersenyum getir dan membatin.
'Gue kesini buat mastiin lo emang baik-baik aja, bukan malah liat lo nangis lagi, Arshavina'
Iya, betul. Memang siapa lagi kalau bukan gadisnya?
Setelah menghabiskan empat hari di Raja Ampat dan setelah bujukan Sang Mama, akhirnya di hari ke lima dia mau pulang. Baru sore tadi kembali menginjakkan kaki di rumah. Tak lama. Karena dia segera memacu kendaraannya kemari.
Menebus rindunya.
Walaupun sebatas siluet.
Kamar Alea itu berada di sisi kanan rumah dilengkapi jendela kaca yang mengarah pada sisi rumah bagian samping. Lampu kamarnya sudah dihidupkan sejak jam 5 sore tadi tanpa sadar seseorang mengamatinya dari dalam sebuah mobil yang terparkir di depan rumah yang berjarak dua rumah setelah rumahnya.
Sebisa mungkin Wooyoung mengambil jarak, tak ingin gadis itu tau dan hanya ingin mengamati dari jauh, dari sini pun sudah terlihat jelas apa yang sedang dilakukan gadis itu lewat pergerakan siluetnya.
Karena yang dilakukan siluet itu daritadi hanyalah berjalan mondar-mandir, mengangkat handphone dan menatapnya lama, menunduk dan akhirnya bahunya bergetar menangis.
Jika ada penghargaan untuk orang yang bisa menahan emosinya, tolong beri pada Wooyoung, sejak tadi entah berapa kali dia memaki dirinya sendiri untuk tidak bertindak bodoh seperti berlari menghampiri punggung yang bergetar itu contohnya.
Memeluknya atau....membawanya pergi menjauhi realita.
Wooyoung menarik nafas pelan, beralih meraih ponsel dan mengaktifkannya. Setelah lima hari akhirnya dia berani membuka benda pipih itu. Dan seperti yang diduga, banyak notifikasi pesan dan panggilan serta notifikasi aplikasi lain.
Lelaki itu membuka aplikasi WhatsApp, melihat ribuan pesan yang menumpuk, tapi matanya justru tertuju pada nama yang ia pinned bersama nama Mamanya di bagian paling atas.
165 pesan dengan pesan paling terakhir dikirim setengah jam yang lalu.
Al🧚♀️ (165)
😖Ia mendongak sebentar menatap siluet Alea jauh di depannya, dia tersenyum tipis sambil terus mengucapkan maaf dalam hati, jarinya lalu perlahan menghapus ratusan pesan itu tanpa ingin membacanya. Karena satu deret kalimat saja bisa menggoyahkan dirinya dan membuatnya melesat memeluk gadis itu saat ini juga.
Wooyoung sedikit tersentak saat mendengar gerbang rumah di depannya dibuka. Dari balik gerbang itu kemudian keluar seorang pemuda lucu dengan baju orange dan celana training hitam sedang menenteng buku pelajaran dan menyedot susu kotak rasa strawberry.
Iya, inilah alasan Wooyoung memarkir mobil di depan rumah ini, karena dia tau siapa pemilik rumah ini. Dia ingat betul saat dulu berkunjung ke rumah Alea, pemuda lucu itu pernah berkata,
KAMU SEDANG MEMBACA
My Way: Jung Wooyoung [UNDER CONSTRUCTION]
Fanfiction"Kalo lo cuma tau Wooyoung yang brisik sama ketawa doang, lo belum kenal dia"