Jungkook merasakan sensasi seperti dunia berputar dengan sangat cepat, sampai-sampai segala hal disekitarnya berhamburan dan menguap bagai asap. Jantungnya seolah ditarik paksa dari dalam tubuhnya. Jungkook bahkan tidak tahu harus menyebut dengan nama apa perasaan yang saat ini dirasakannya.
Suara sirine ambulans yang memekakkan telinganya juga menulikan telinga Jungkook dari suara-suara membernya, Bang PD-nim, atau manager Sejin. Orang-orang bergantian merangkul bahunya, berusaha menenangkannya, atau mencoba mengembalikan kesadaran Jungkook karena pemuda itu tidak bisa memberikan reaksi apapun selain tatapan kosong dan tubuh yang melorot ke bawah saking lemasnya.
Di sudut lain ada Namjoon yang sama lemasnya dengan Jungkook. Meski tak separah Jungkook, Namjoon hanya mampu menumpukan kedua sikunya di atas pangkuannya dan menenggelamkan wajahnya di kedua telapak tangannya.
Lalisa bukanlah kekasih Jungkook. Gadis itu hanya asisten pribadi Jungkook. Namun tidak peduli apapun hubungan mereka, saat ini Jungkook terlihat lebih depresi dan menyedihkan dibanding reaksinya ketika ia mendengar bahwa Eunha mengalami overdosis obat tidur.
Semua peristiwa malam itu bagaikan potongan-potongan adegan yang film yang berkelebat begitu cepat dalam benak Jungkook. Sebuah mimpi buruk yang menjadi nyata.
Langkah kaki Jungkook berkejaran dengan hospital bed yang mengangkut tubuh penuh luka Lisa, menyusuri lorong panjang rumah sakit. Di belakang Jungkook, sang manager dan member BANGTAN tergopoh-gopoh mengikuti langkah pemuda itu yang lebar-lebar.
"Lisa! Lisa! Kau dengar aku?!" Jungkook berseru panik, ia sekuat tenaga mengeluarkan suaranya yang tercekat.
"Bertahanlah! Kau harus tetap sadar!" Jungkook menggenggam tangan Lisa. Air mata pemuda itu merebak lagi tanpa ia sadari.
Meski sudah mendapat pertolongan pertama sepanjang perjalanan mereka menuju ke rumah sakit tadi, Lisa tetap tidak bisa melakukan apapun untuk merespon Jungkook. Tenaganya sangat lemah, bahkan sekadar untuk membuka matanya pun, Lisa sudah tak sanggup. Luka-lukanya membuat setiap inchi dari tubuhnya seakan mati rasa saking sakitnya.
Lisa dapat melihat secara samar-samar bayangan wajah Jungkook yang terlihat sangat kacau. Ingin sekali Lisa berbicara pada Jungkook, mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja dan Jungkook tak perlu mengkhawatirkannya. Sayangnya yang bisa dilakukan Lisa sekarang adalah menggerakkan salah satu jarinya dengan sangat pelan, sampai kemudian cahaya putih abstrak memenuhi pandangannya, menipiskan sisa-sisa kesadarannya.
"Kumohon Lisa, jangan tinggalkan aku!" adalah kalimat terakhir Jungkook yang bisa didengarnya sebelum akhirnya kesadarannya hilang sepenuhnya.
.
.
.Terang. Sesuatu yang menyilaukan menganggu kedua manik Lisa yang tertutup rapat.
Lisa membuka matanya perlahan.
Lisa menyadari bahwa dirinya melihat tengah berbaring di sebuah hamparan rumput yang sangat luas. Angin berhembus sejuk memainkan anak rambutnya dan mengibarkan kecil gaun putih yang dipakainya.
Ia duduk, dan mengamati sekelilingnya. Kosong. Hanya hamparan rumput sejauh mata memandang.
"Lisa," sebuah suara yang sangat familiar menyapa indera pendengarannya.
"A-Appa?" mata Lisa seketika berembun, ketika sosok pria tinggi nan tegap berada di hadapannya.
"APPA!!" Lisa menghambur memeluk erat-erat sosok Marco. Air matanya tumpah begitu saja ketika tubuhnya merasakan kehangatan dari pelukan Marco yang begitu dirindukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Personal Assistant | LIZKOOK [DISCONTINUE]
ФанфикCerita tentang Lalisa Park, gadis cantik yang 'terpaksa' menjadi Personal Assistant dari seorang member idol group paling fenomenal - Jeon Jungkook, si Golden Maknae BTS, untuk membayar seluruh hutang orang tuanya pada ayah Jungkook, Tuan Besar Jeon...