Part 3

1K 95 7
                                    

Saat ini Mark mengikuti mobil penculik itu dari belakang menuju rumah kosong. Mereka membawa Krystal masuk ke rumah tua dengan kasar. Kemudian mereka mengikat tubuh Krystal di kursi itu. Pria tersebut tidak sendiri dia bersama tiga anak buahnya yang ahli dalam berkelahi

"Lepaskan aku!, apa masalah mu kepadaku?, mengapa kau mengikat ku seperti ini. Dan siapa kalian?, aku tidak mengenal kalian sama sekali?" Tanya Krystal dengan bingung.

Pria itu mencengkram dagu Krystal dengan kuat seraya menatapnya dengan sinis. "Sekarang tidak akan ada yang bisa menyelamatkan dirimu termasuk suami tercintamu itu" Bisiknya sambil menekankan pisau di leher Krystal.

"Aku mohon lepaskan diriku kita bicarakan ini baik-baik"pintanya dengan ketakutan. Pria itu tidak mengindahkan permohonan Krystal dan langsung melanjutkan aksinya dengan menggoreskan pisau di leher wanita itu.

Dor....

Pria itu meringis kesakitan sambil memegang lengannya yang berdarah. Krystal terkejut melihat putra sulungnya yang kini berdiri dengan pistol di tangannya. "Habisi anaknya juga!" titah pria itu, yang segera dituruti oleh anak buahnya.

"Kau salah besar telah menculik ibuku," geram putra sulungnya, memandang tajam kelompok pria yang mengepungnya. Krystal sangat ketakutan memikirkan keselamatan putranya. Pertarungan sengit pun terjadi, hingga akhirnya Mark meringis kesakitan, melihat tangannya yang tergores pisau.

"Kakak!" pekik Haechan.

"Kalian semua brengsek! Aku akan menghabisi kalian!" teriak Haechan penuh amarah, lalu terjun ke dalam perkelahian melawan tiga pria itu. Beruntung, adiknya membawa empat sahabat yang segera membantunya. Pertarungan sengit terjadi, hingga akhirnya ketiga pria itu terkapar tak berdaya di lantai.

"Turunkan pistol itu, atau ibu kalian akan mati!" ancam pria itu, sementara Mark dan Haechan menodongkan senjata ke arahnya.

"Aku tidak main-main. Lepaskan pistol itu, atau aku akan menusuk ibu kalian sekarang juga!"

Plang!

Pisau itu terjatuh setelah Renjun melemparkan kayu ke lengan pria tersebut.

Bruk!

Pukulan keras mendarat di wajah pria itu hingga tersungkur di lantai. Mark melayangkan pukulan bertubi-tubi, sementara Haechan melepaskan ikatan ibunya. "Bawa pria itu ke mobil," titah Haechan, yang diikuti dengan anggukan. Mereka pun segera membawa ibu mereka pulang.

"Mom, istirahatlah di sini. Kami akan menyelesaikan urusan ini," ujar Mark, menuntun ibunya duduk di kamarnya.

"Sayang, jangan kehilangan kesabaran. Jangan habisi orang itu, ibu yakin dia hanya orang suruhan," kata Krystal penuh kekhawatiran.

"Ibu tenang saja," jawab Mark sebelum meninggalkan kamar bersama Haechan.

Di tempat lain, seorang pria paruh baya tergantung dengan tubuh terbalik. Di bawahnya, setumpuk kayu bakar siap disiram bensin. Wajahnya lebam dan memerah, penuh luka. Pria itu benar-benar tidak berdaya menahan rasa sakit. Dari kejauhan, dia melihat Haechan dan Mark berjalan mendekat.

"Jika kau ingin hidup, katakan siapa yang membayarmu," tanya Mark dengan nada dingin.

"Aku tidak akan memberitahumu!" balas pria itu, membuat Mark dan Haechan semakin kesal.

"Katakan, siapa yang menyuruhmu?" tanya Mark, mencengkeram dagu pria itu dengan kuat. Kesabarannya hampir habis karena pria itu tidak kunjung mengungkap siapa dalangnya.

"Kau tidak akan pernah tahu siapa orang itu," jawab pria itu dengan suara serak.

"Kau bodoh sekali! Demi menyelamatkan nyawanya, kau rela pergi ke neraka?" Haechan menimpali dengan tawa dingin.

The Strength Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang