Chapter 6

2.4K 379 56
                                    

^HAPPY READING^

.
.

Sai naik ke lantai dua rumah Ino, ia melihat Hinata yang duduk di pintu kamar sang kekasih dengan tatapan kosong. Saat ini Sai tak tahu harus menunjukan ekspresi seperti apa di depan Hinata, ia merasa bersalah dan juga prihatin di saat bersamaan.
Suara tangisan itu membuat Sai mempercepat langkahnya, saat tangannya hendak membuka pintu Hinata menahan lengannya lalu menggeleng pelan, Sai pun mengurungkan niatnya memilih duduk di samping Hinata.

Di dalam kamar sana Ino sedang menangis seperti orang gila, Hinata mencoba meyakinkannya bahwa dirinya baik-baik saja namun bukan berhenti ia malah semakin menangis membuat orang tuanya khawatir berfikir anaknya sudah gila.

Jadi Hinata memutuskan menunggunya menyelesaikan tangisannya.

“jadi kau sudah bertemu dengan Sakura?”Sai menyenderkan kepalanya ke pintu seperti Hinata menatap ke depan.

“Hm”

“Maaf tak memberitahumu”Hinata tersenyum simpul.

“tak apa-apa, jika kau memberitahuku maka Ino akan lebih menggila lagi”guman Hinata pelan.

“kau baik-baik saja?”Hinata mengangguk lalu menghembuskan nafas panjangnya.

“Hm”

Hening tak ada lagi yang berbicara, Sai sibuk dengan pemikirannya begitu juga dengan Hinata. hanya suara Ino yang menangis sesegukan di dalam kamar, suara orang tua Ino yang khawatir di bawah sana serta beberapa pelayan yang sedikit panik mendengar Nona mudanya menangis.

“Sai…..”Sai menoleh pada Hinata menunggu dengan sabar apa yang akan ia katakan.

“aku tak bisa menangis, air mataku tak ingin keluar”Sai merasa bahwa ia menjadi manusia paling jahat sekarang.

“tapi entah kenapa aku senang”Sai menaikan satu alisnya bingung tak mengerti.

Hinata melirik pintu di belakang Sai lalu tertawa kecil.

“ada seseorang yang menangis menggantikanku”Sai menganggukan kepalanya, ia bisa mendengar dengan jelas suara Ino yang mengumpat dan menangis seakan ada yang meninggal, karena Hinata tak menangis Ino tak bisa menahan diri hingga ia menangis menggantikannya.

“kalian berdua memang bodoh”desis Sai lalu tertawa, bukan senyum seram yang biasa ia tampilkan hanya sebuah tawa lega untuk Hinata dan Ino.

“Hahaha… aku juga merasa begitu”

Tak lama pintu terbuka membuat Sai terjatuh kebelakang, ia mendongak melihat langsung mata Ino yang memerah dan juga bengkak. Berapa lama ia menangis?.

“Ino…”Ino melihat Sai saat menyebut namanya sebentar lalu melihat Hinata yang juga duduk di sana.

“Hinata….”

“Hm?? “

“aku lapar”

Ha’i..Ha’i”Hinata bangun dari tempatnya duduk, ia mendekat pada Ino menghapus air matanya menggunakan lengan baju yang ia pakai saat ini. untung hari ini ia menggunakan Hoddie.

“Sai… ayo kita makan dulu”usul Hinata sekalian memberi kode untuknya agar tak berbicara sekarang jika tak ingin terkena amukan Ino. Emosi Ino sekarang seperti wanita PMS di senggol sedikit maka akan berakhir di kuburan.

Ino berjalan menuruni anak tangga di ikuti Sai dan Hinata di belakangnya.

“Hinata, kau fikir aku akan selamat darinya?”bisik jadi

I'M (NOT) OKAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang