Perempuan itu berdiri di atas panggung, di hadapan ratusan penonton yang memenuhi gedung. Dekorasi panggung yang megah memanjakan mata siapapun yang menyaksikan. Jemari lentik itu menekan setiap tuts piano dengan begitu indah. Matanya terpejam seolah jiwanya ikut larut dalam denting piano yang begitu bernyawa.
Ia membawakan salah satu lagu yang sangat sulit yaitu lagu Gaspard de la Nuit Scarbo milik Maurice Ravel. Pesan dari lagu tersebut berhasil disampaikan dengan begitu apik olehnya. Ia menyelesaikan lagunya dengan nada yang indah. Memukau. Hanya satu kata itu yang dapat menggambarkan penampilannya malam ini.
Decak kagum menggema di ruangan tersebut diiringi tepuk tangan dari para penikmat musik klasik yang hadir dan menikmati permainan pianonya. Tak terkecuali seorang pria yang kini semakin menundukkan kepalanya, seraya menarik turun topi yang dikenakan, berusaha menutupi wajahnya serapat mungkin.
Kim Jisoo, sang pianis, meraih sebuah mikrofon dari salah seorang kru, lalu berjalan ke arah tengah panggung. Ia tersenyum lebar karena rasa bahagia yang begitu memuncak seakan siap meledak.
"Ah, aku ingin sekali menitikkan air mata," Suara berat nan indah miliknya mengalun tak kalah indah dari nada piano yang dihasilkan oleh jemarinya.
"Selama malam. Terima kasih atas dukungan, cinta, dan kepercayaan yang diberikan. Resital piano ini digelar untuk memperingati lima tahun perjalanan karirku, dan itu semua tak akan berjalan sukses tanpa dukungan kalian semua. Aku--" Suaranya tercekat tatkala haru menguasai dirinya. Ia memalingkan wajah untuk mengusap bulir bening yang siap meluncur lewat kedua matanya.
"Di tengah-tengah invasi musik pop dan berbagai genre lainnya, aku bersyukur begitu menyadari fakta bahwa masih begitu banyak penikmat musik klasik di era sekarang. Aku ... benar-benar berterima kasih," imbuhnya setelah berhasil menguasai dirinya sendiri.
"Terima kasih. Sampai jumpa di lain kesempatan."
Jisoo menundukkan kepalanya untuk menghormati aplaus yang menggema. Ia lalu kembali berdiri tegak sembari menyapu kerumunan penontong dengan tatapan matanya yang teduh dan senyumnya yang berwibawa.
Tubuhnya yang dibalut gaun indah berwarna hitam kemudian pergi menghilang ke balik tirai, meninggalkan panggung dan para penonton untuk pulang, kembali pada kehidupan mereka masing-masing.
Pria dengan pakaian serba hitam serta masker dan topi yang berwarna senada itu memilih untuk tetap berada di ruangan yang kini terlihat kosong. Ia menatap lurus pada panggung di depannya yang hanya menampilkan sebuah grand piano berwarna putih.
***
Jisoo duduk di meja rias dengan deretan lampu berjajar menempel di cerminnya. Ia sedang berusaha melepas aksesoris yang menempel pada tubuhnya.
"Eonnie, kau yakin tidak akan ikut pesta malam ini?" tanya Lisa, seorang penata rias yang sejak lama masih setia melukiskan kuas ajaib miliknya pada wajah rupawan sang pianis.
KAMU SEDANG MEMBACA
cli·ché
FanfictionKarena setiap orang harus membaca sebuah cerita klise, setidaknya sekali seumur hidup.