Luka dan Obat.

239 28 26
                                    

"Lo!"




"Woy! Lo ngapain di rumah Bulan?!"



Bumi menoleh kearahku, menunjuk diriku, "Lo kenal dia, Moon?" Tanyanya dengan menunjuk Adlan sengit.



Adlan menarik tanganku kasar sampai-sampai aku berdiri di sampingnya. Adlan menatap Bumi sengit, menunjukkan ketidak sukaannya pada Bumi.



"Lo ngapain di sini?" Sengit Adlan.



"Lo yang ngapain di sini?" Bukan, bukan Bumi yang bertanya seperti itu, melainkan aku. Aku menepis tangannya kasar. Menjauh darinya. "Lo ngapain ke sini?" Tanyaku lagi.



"Dek, kita perlu ngomong!"



Aku menatap Bumi, Bumi hanya mengernyit kening heran. Mungkin ia terkejut melihat Adlan ada di rumahku. Akupun yakin, mereka saling mengenal satu sama lain. Bumi mengambil jaketnya sembari berdiri. Tanpa menatap Adlan, ia menarik tanganku tanpa mengeluarkan suaranya. Sampai akhirnya aku dan Bumi sampai di depan motornya yang masih terparkir di luar pagar rumah. Bumi mengenakan kembali jaketnya dengan wajah datarnya.



 Bumi mengenakan kembali jaketnya dengan wajah datarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Lo pulang?" Tanyaku hati-hati.



Bumi mengernyit kening, setelahnya ia tertawa. "Nggak rela banget pisah sama gue." Ternyata aku salah prediksi. Aku kira Bumi marah, ternyata tidak. Ia masih dapat menggodaku.



"Lo hati-hati pulangnya."



"Mau di jawab iya sayang atau iya cinta?"



"Nggak usah jawab!"



"Ha ha ha... makasih udah obatin luka gue. Gue harap, lo selalu mau obatin luka gue." Ucapnya terdengar lembut.



Aku menganggukkan kepalaku, "Pesan gue cuma satu, jangan berantem terus. Sayangin badan lo." Ucapku tulus. Sungguh, aku tidak suka melihat orang terluka, siapapun itu!



"Berantem terus aja ah, biar di perhatiin sama di obatin."



"Cihhh... bodo amat!" Acuhku.



"Hmm, Moon..." Aku menganggukkan kepalaku, "Lo kenal cowok itu?" Tanyanya hati-hati.



Aku menunjuk ke arah pintu, terlihat ada Adlan sedang memperhatikanku dan Bumi.



Aku menunjuk ke arah pintu, terlihat ada Adlan sedang memperhatikanku dan Bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tinggal KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang