Bab 05

9.2K 534 15
                                    

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, kini Bella sudah mau lulus sekolah, dia berhasil mendapatkan beasiswa di kampus impiannya yang berada di luar negeri untuk mengejar mimpinya.

Bella agak bingung karena beberapa anak yang biasa menjailinya menjadi berhenti menjailinya dan hidupnya menjadi lebih tenang. Walau tidak bisa tenang seutuhnya karena Zavier si junior tengil itu masih tetap tidak berhenti mengejar Bella tanpa lelah dengan semua penolakan yang dia berikan.

Pagi ini Bella sedang sarapan dengan ibunya yang bernama Flora Gayle, mereka tidak terlihat seperti ibu dan anak tapi lebih terlihat seperti kakak beradik karena memang Flora yang melahirkan Bella diusia belia.

“Ibu… Ibu gapapa? Kok kayaknya Ibu pucet sih, Bu? Apa ibu gak usah jualan dulu biar nanti Bella yang jualan sepulang sekolah ya, Bu.” Bella khawatir dengan kondisi ibunya yang belakangan ini terlihat sakit-sakitan tapi beliau tidak mau diajak periksa ke dokter dan terkesan menutup-nutupi keadaannya dari Bella.

“Ibu gak papa kok, Bel. Maafin Ibu yah yang gak bisa jadi Ibu yang baik buat kamu,  dari kecil kamu harus hidup susah sama Ibu. Disaat anak kecil lain seusiamu hanya focus sekolah dan main saja, tapi kamu malah bantuin Ibu dagang, kamu juga sering dijailin sama teman-temanmu, Ibu merasa gagal menjadi orangtuamu, Bel.” Flora sedih karena merasa gagal menjadi seorang ibu, dia tidak tega melihat anaknya selama ini harus hidup menderita serta serba kekurangan. Flora tahu kalau sejak kecil Bella selalu menutup-nutupi kalau dia sering diejek atau dijaili oleh temannya. Bella selalu tersenyum di depannya, bahkan tidak pernah sekalipun Flora mendengar putrinya itu mengeluh.

“Gak Bu, buat Bella Ibu itu adalah Ibu yang terbaik di dunia ini, Bella bersyukur banget bisa terlahir sebagai anak Ibu. Bella minta maaf ya Bu, kalau selama ini Bella selalu nyusahin Ibu terus dan belum bisa bales semua pengorbanan Ibu,” kata Bella.

“Sayang, itu semua adalah kewajiban orangtua dan gak ada orangtua yang ngerawat anaknya dengan mengharapkan balasan. Lagi pula selama ini Bella udah buat ibu bangga sama Bella, karena kamu tumbuh menjadi yang anak baik, pintar dan mandiri.” Flora memeluk putrinya, dia beruntung memiliki anak sebaik Bella. Rasanya keputusannya untuk memilih mempertahankan kehamilannya pada saat itu terbayar sudah. Meski pada saat itu Flora harus rela kehilangan masa depannya, harus hidup susah, serta harus kehilangan masa mudanya. Tapi dia tidak menyesalinya sama sekali, karena kehadiran Bella membuat kehidupan Flora yang tadinya sepi, terasa sendiri, tapi kini dia memiliki seseorang yang disebut keluarga di dunia yang kejam ini.

“Ibu, nanti Bella pengin kuliah di luar negeri, kebetulan Bella ada tawaran beasiswa dari kampus di New York, Ibu ikut sama Bella, yah?” ajak Bella antusias, dia sangat berharap kalau ibunya akan ikut pergi bersamanya ke sana. Bella ingin memulai hidup baru di sana, sambil mengejar mimpinya.

“Ya ampun, anak Ibu pinter banget, Ibu bangga banget sama Bella. Tapi maaf, Ibu gak bisa ikut karena kan di sini ibu harus buka warung dan jualan. Jadi Bella gapapa kan di luar negeri sendiri?” kata Flora yang sejujurnya tidak tega mengirim putrinya ke negara orang sendirian. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak ada pilihan lain. Sungguh putrinya adalah harapan terbesar Flora dalam hidup, dia ingin agar Bella bisa hidup dengan baik, bisa memiliki masa depan yang cerah seperti impiannya dulu. Flora sangat berharap kalau Bella bisa menggapai mimpi yang Flora dulu kubur dan lepaskan.

“Hmm…, ya udah deh, Bu. Tapi Ibu harus janji sama Bella kalau Ibu di sini akan jaga diri baik-baik.” Akhirnya Bella terpaksa mengubur harapannya ingin pergi bersama ibunya ke luar negeri. Dia memilih menghormati keputusan ibunya untuk tetap tinggal.

“Pasti, Nak.”

Mereka pun melanjutkan sarapan, walau menunya sederhana tapi bagi Bella masakan ibunya adalah yang terbaik.

Way of Life Stepmother! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang