Srettt ... srettt ... srettt
Suara yang timbul akibat gesekan antara sebuah tongkat besi dengan lantai itu terdengar di lantai milik Lee Dong-Hae, pria tua yang sudah berbau tanah itu sedang tidur nyenyak di kamarnya yang pintunya sedikit terbuka.
Hyunjin sedikit mengintip dari sana, bibirnya terangkat ke membentuk sebuah smrik mengerikan di bawah lampu remang-remang. Memiringkan kepalanya dan menatap intens pria tua yang sedang tidur itu. Dong-Hae bergerak tapi tak menyadari kehadiran Hyunjin di kamarnya.
“Sepertinya kau menikmati tidurmu, kalau begitu aku akan membuatmu tertidur selamanya.” Dong-Hae mendengar sayup-sayup kalimat itu membuka matanya perlahan dan melihat Hyunjin yang akan memukulnya.
BUGH!
Hantaman keras itu mengenai Dong-Hae yang belum sempat menghindar, Hyunjin tersenyum puas melihat Dong-Hae yang pingsan akibat pukulannya, “Kau itu menyusahkan sekali, sudah ku bilang untuk tutup mulut saja tidak bisa.”
Hyunjin menyeret tubuh Dong-Hae, membawanya keluar dari rumah tua yang terlihat tak terurus itu. Sebenarnya miris melihatnya, tinggal sendirian di lingkungan yang tak terawat sama sekali. Sungguh menyedihkan.
***
Bug!
“Ugh! Apa itu?!” Changbin terlonjak kaget, dia tadi tertidur di mobil untuk beberapa saat. Laki-laki itu celingak-celinguk mencari sumber suara tadi.
“Meow.” Changbin menghela nafas lega, lalu memasang wajah masamnya.
“Kukira ada sesuatu, ternyata hanya kucing. Huff bikin kaget saja!” Changbin mendumel tidak jelas, lantas ia kembali melanjutkan tidurnya yang tadinya tergangu.
***
Hyunjin sudah sampai di mansion mewah miliknya, setelah meletakan Dong-Hae di ruangan yang sama saat menyiksa Sian tadi, Hyunjin memilih untuk berganti baju santai. Kaos hitam lengan pendek dengan celana jeans hitam panjang. Laki-laki itu sedang menikmati anggurnya di bar yang ada di mansion nya itu.
Hyunjin kemudian memencet beberapa digit nomor telepon seseorang, “Sung lo bisa kesini gak? Ada hadiah buat lo.”
Pip
Tanpa menunggu jawaban dari sebrang telpon sana, Hyunjin terlebih dahulu memutus telponnya dan kembali menikmati anggurnya. Lumayan lama menunggu, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga.
“Apaan?” tanya Han langsung pada intinya.
“Ada ditempat biasa, lo yang urus ya. Gue lagi gak mood.” Han Jisung, laki-laki yang ditelpon Hyunjin untuk kemari itu menatap Hyunjin datar. Jisung menghela nafas, dan Hyunjin pergi begitu saja, tapi tiba-tiba ia menghentikan langkahnya.
“Tenang aja, lo bisa pakek baju gue nanti.” Ujar Hyunjin masih membelakangi Jisung, Jisung menangngguk paham. Ia kemudian melongarkan dasinya. Laki-laki itu tersenyum miring. Karena waktunya ia beraksi.
***
“YA! CHANGBIN HYUNG BANGUN!” teriakan mengelegar milik Youngmi itu membuat siapa saja yang mendengarnya pasti akan langsung berkata-kata kasar dan langsung menyumpal mulut gadis itu.
Changbin terlonjak kaget, syok dan langsung memegangi dadanya yang hendak ingin copot. Tapi setelah itu, ia menghembuskan nafas lega setelah tau siapa yang berteriak.
“Kenapa sih Mi?” tanya Changbin kesal, Youngmi segera masuk ke mobil, ya ke mobil karena ia tadi berteriak dari luar dekat dengan jendela yang Changbin bersandar.
“Kenapa malah tidur? Bagaimana jika pelakunya mencelakai pak Dong-Hae?” kesal Youngmi, Changbin mengerenyit bingung.
“Tapikan kamu juga teriak tadi? Kenapa cuma aku yang salah?” protes Changbin tidak terima. Youngmi melipat tangannya marah dan tak ingin melihat ke arah Changbin.
“Pokoknya kita harus tetap terjaga! Jangan sampai lengah lagi!” Changbin memasang wajah sebalnya, dan ia memutuskan untuk menatap lurus kedepan.
***
Jisung berjalan melalui lorong mansion Hyunjin yang cukup gelap dan hanya terdapat satu lampu remang-remang di ujung lorong yang terdapat pintu di mana itu adalah pintu ruangan Hyunjin menyiksa korban-korbannya.
Ceklek
Jisung dapat meliihat Dong-Hae yang terkapar di sana, ia mendekat dan dilihatnya Dong-Hae yang masih tak sadarkan diri. Jisung segera menyeretnya dan merantai tangan Dong-Hae. Pria tua itu dibuatnya berdiri terpaksa dengan tangan dirantai keatas.
Jisung berjalan kearah meja dimana Hyunjin meletakan alat-alatnya di sana, ia mengambil sebuah tongkat besi yang lumayan besar dan kembali berjalan ke arah Dong-Hae. Jisung tersenyum miring setelah mengetahui Dong-Hae mulai sadarkan diri.
“Ah padahal ini bukan tipe ku.”
Bugh!
“Akh!” Jisung memukul kaki Dong-Hae dengan tongkat itu, ia merasa senang ketika pak tua itu merasakan kesakitan. Itu terlihat jelas diraut wajahnya. Dan Jisung kembali memukuli Dong-Hae sampai tangannya pegal, tapi ia senang akan hal itu.
Dong-Hae terlihat tak berdaya, Jisung melepaskan rantai di Dong-Hae. Dan Dong-Hae langsung terkapar di sana. “Hahahahah, kau lemah sekali pak tua. Oh aku lupa jika kau kan sudah tua, ish memang seharusnya kau mati bukan? Hahahahah.”
“Dasar biadap! Kau ak-akan menerima ba-lasannya.” Nafas Dong-Hae sedikit tersendat sendat dan itu membuat Jisung kembali tertawa bahagia. Jisung membuang tongkatnya dan ia beralih pada meja yang terdapat beberapa pisau disana, ia memilah pisau yang akan ia gunakan untuk beberapa saat.
“Sudahku bilang di awal bukan, biarku ingatkan lagi karena kau sudah tua jadi aku memakluminya, aku biasanya tak seperti ini. Tapi karena ini adalah hadiah, jadi mengapa aku harus menyianyiakannya?” Jisung masih memilah pisau yang akan ia gunakan, sementara Dong-Hae berusaha mengatur nafasnya dan kesadarannya yang mulai hilang.
“Ah aku tidak suka yang ini, terlalu tajam. Um ... nah, ini cocok dan sempurna.” Jisung berbalik menghadap Dong-Hae setelah berhasil menemukan pisau pilihannya. Ia berjalan mendekat sementara Dong-Hae berusaha menjauh tapi ia tak ada tenaga untuk itu.
Jisung berjongkok, ia memainkan pisaunya disekitar pipi Dong-Hae sambil menampilkan smriknya yang mengerikan.
Srettt
Dong-Hae menahan sakit untuk goresan di pipinya akibat Jisung dengan sengaja mengoreskan pisau yang ada di tangannya itu, Jisung kembali tertawa senang kelihat Dong-Hae yang berusaha mati-matian untuk tidak terlihat takut maupun merasa sakit.
“Kau itu sombong sekali pak tua!”
CRAK!
CRAK!
CRAK!
CRAK!
Jisung terus menerus tanpa ampun menusuk perut Dong-Hae dengan brutalnya, dan Dong-Hae hanya bisa mengerang dan berteriaka kesakitan.
“JIKA SAKIT MAKA TERIAK SAJA, HAHAHA. TERUSLAH BERTERIAK, AKU SANGAT SUKA, HAHAHAHA.”
“AAAAARRRGGHHHH!!!!”
CRAK!
CRAK!
CRAK!
Wajah, baju, lengan bahkan seluruh badan Jisung terkena cipratan darah milik Dong-Hae, pria tua itu sepertinya sudah mati akibat Jisung yang terlalu brutal menusuk-nusuk pisau ke perutnya.
“Hosh ... hosh ... hosh,” nafas Jisung memburu, ia terengah dan merasa senang melihat korbannya sudah tak sadarkan diri dengan penampilan yang kacau. Jisung tau jika pria tua itu sudah mati, tapi matanya masih tidak tertutup dan itu membuat Jisung geram.
Jlep!
Jlep!
“Ini lebih baik,” ujar Jisung pada mayat Dong-Hae setelah ia berhasil mencongkel mata Dong-Hae dari kelopak matanya, laki-laki berwajah tupai yang terlihat imut tapi sadis itu berdiri. Berjalan gontai ke arah pintu keluar, di luar sudah ada pelayan Hyunjin yang akan memberesakan mayat Dong-Hae.
Jisung terlihat sangat kacau sekali, tapi ia juga sangat puas dengan apa yang telah ia lakukan tadi. Baginya itu sangat menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Or Devil Ft Hwang Hyunjin [✓]
غموض / إثارةLee Young Mi seorang detektif wanita di Seoul, Korea Selatan. Youngmi memiliki sebuah kekuatan supranatural yang membuatnya bisa melihat kondisi seseorang sebelum meninggal. Youngmi juga telah menyelesaikan kasus-kasus besar di Korea. Dan kali ini i...