02.59

82 20 3
                                    

"Hah!"

Chani terbangun. Mimpi buruk dalam tidurnya membuatnya sontak membuka mata dan terduduk. Netranya menangkap pemandangan di sekelilingnya.

"Gelap,"

Ia lalu mendapati sosok temannya yang tengah tertidur pulas. Chani enggan untuk mengganggu, sehingga ia menyandarkan tubuhnya perlahan pada dinding, sembari merasa lemas dan nyeri pada area kakinya.

Chani membuka pelan kemeja Hyunjin yang menjadi perban kakinya saat ini. Ia mendapati luka menganga yang agak kering ditepinya. Sementara bagian tengahnya masih basah membuat Chani bergidik ngeri dan mengikatnya kembali.

Sekarang yang bisa ia lakukan hanya diam. Rasa lemas masih dirasakannya, namun ia tak bisa tidur kembali. Entah kenapa tapi setelah berjam- jam berada di situasi berbahaya ini, ia takut untuk tertidur.

Apalagi mengingat detik detik nyawanya benar benar akan dicabut oleh monster tadi. Sungguh Chani juga penasaran bagaimana dirinya bisa berada di ruangan ini, dengan Hyunjin yang terlihat baik-baik saja.

Chani merogoh surat di sakunya. Menatap benda itu lamat, emosi itu muncul membuat air matanya hampir lolos.

"Kenapa Chan? Masih sakit?"

Suara khas seorang Hyunjin yang baru bangun tidur terdengar.

Chani menggeleng. Hyunjin mendudukkan dirinya lalu menunjuk kaki Chani.

"Masih sakit banget ya?"

"Gapapa Jin, entar baikan juga kok,"

Chani tersenyum seolah olah mengatakan dirinya benar-benar baik baik saja. Dan Hyunjin memilih untuk percaya, karena demi apapun ia juga lelah untuk khawatir. Meskipun sejauh ini, hari inilah rasa khawatir Hyunjin dikuras habis.

"Jin,"

"Hmm?"

"Gue nemu ini,"

Chani menyodorkan surat dan botol racun ke arah Hyunjin.

"Bae Jinyoung?"

"Buka aja"

Hyunjin merogoh sakunya lalu menyodorkannya ke arah Chani.

"Gue juga nemu ini, any something weird and dangerous"

Keduanya terdiam beberapa saat untuk membaca penemuan mereka pelan pelan.

"Gue sudah duga ini dari lama" suara Chani memecah keheningan.

"Maksudnya?"

Chani memperbaiki posisi duduknya.

"Ada yang disembunyikan Jinyoung selama ini, dan soal dia yang selalu terlihat baik baik aja, bikin gue curiga dan khawatir disaat yang bersamaan,"

Hyunjin mengangguk setuju. " gue gak nyangka, keadaan dia selama ini begitu"

"Padahal gue terkadang iri dan pingin kaya Jinyoung, punya keluarga utuh, pintar, semua yang mendukung buat jadi seseorang yang sukses sudah difasilitasi dan terarah,"

"Tapi kalau sebegini beratnya, gue tetep pilih jadi anak panti yang sederhana" imbuh Hyunjin.

Chani menepuk kaki Hyunjin pelan. "Itulah kenapa kita harus bersyukur, kita gaktau dibalik enaknya orang, ada hal yang harus dia jalani dan dia korbankan,"

Ada jeda beberapa saat.

"Terus sekarang kita ngapain," tanya Chani.

"Kita harus bunuh monsternya,"

"Dimana?"

Hyunjin terdiam, "sebelum itu, kaki lo gimana? Badan lo masih lemes gak?"

"Udah lumayan,"

"Kuat jalan gak,"

"Kuat kayanya,"




"Gue punya rencana tapi kita harus keluar dari sini"




























































"Eanjing!"

"Eh eh jangan glundung woy ah!"

"Sialan-

"Eh? Lobang apaan nih"

✔24 Hours at Jinyoung's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang