78. Cincin

230 23 3
                                    

Hallo guys!!!

Gimana kabarnya nih? Aih.. Udah lam ya aku Hiatus, berapa bulan sih? Aku juga lupa hihi.

Siapa nih yang kangen aku and the twins? Ayo angkat kaki!!

Aku mau curhat dikit, jadi gini loh.. Aku juga sebenarnya kangen nulis lagi di wattpad, nggak mau berlama2 Hiatus, tapi ya kudu gimana lagi, aku jug punya kesibukan rela life kan ya..

udah banyak juga ide2 yg kudu di luncurkan dalam tulisan. Tapi waktu tidak memungkinkan.

Soooooo
Aku mau kasih jadwal aja gitu. Jadi, aku bakal up insyaallah satu kali dalam seminggu, itu di setiap hari rabu alias malam kamis atau hari sabtu alias malam minggu. Soalnya aku cuma punya waktu free di antara hati rabu dan sabtu.

Jadi, jangan bosen nunggu cerita aku yaaaa.. 😊

Love you all and happy reading!! 😘

.
.
.
.
.

Dimeja makan, Keira tampak senyum-senyum sendiri dan tanpa sadar, kedua orangtua dan juga saudara-saudaranya menatap aneh ke arah gadis itu.

"Kak Kei?" panggil Lily. Keira tidak mendengar dan masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Keira." sekarang Arla, sang bunda, yang memanggilnya dan Keira masih saja pada pikirannya.

Keiva yang ikut penasaran menatap setiap detail tubuh Keira. Ia yakin ada yang janggal pada gadis itu dan Keiva menyadari sesuatu. Suatu benda yang sangat baru terlihat di matanya.

"Oo ... Pantesan," seru Keiva sambil tersenyum.

"Kei!!" Keiva menepuk pundak Keira dengan keras, membuat empunya terlonjak kaget.

"Iiii ... Iva!! Apaan sih lu!!" Keira kesal.

"Cincin siapa tuh?" tanya Keiva tanpa basa-basi.

"Hah? Cincin? Cincin apaan kak?" Lily yang ikut penasaran langsung melirik jari jemari Keira.

"Nggak ada kok. Nggak ada." Keira menyembunyikan kedua lengannya di belakang tubuhnya.

"Bohong!! Kak aku lihat dong." Lily memaksa Keira untuk memperlihatkan cincin itu.

"Nggak ada Ly ... Kakak nggk punya cincin kok," jawab Keira, terus berusaha menyembunyikan cincin itu.

Lily tentunya tidak percaya. Dengan semangat 45 gadis itu menyerang Keira dengan menggelitik perut sang kakak.

"Ly berhenti ... hahahaha ampun Ly. Ampun ..." Keira terus tertawa.

"Enggak!! Lily bakal berhenti kalau kakak liatin cincinnya," ucap Lily.

"Ok ok. Kakak kasih lihat, tapi berhenti." Lily pun menghentikan aksinya. Keira menarik nafasnya terlebih dahulu.

"Jahat banget sih Ly. Sakit perut Kakak jadinya," Seru Keira mengelus pinggangnya yang terasa keram.

"Kakak sendiri nggak mau kasih tahu. Kala gitu, mana cincinnya?" Keira  memperlihatkan cincin itu.

"Wiihh cantik banget. Dari siapa Kak?" tanya Lily.

"Dari siapa lagi kalau bukan dari bang Kenzo. Iya kan Kak?" sahut Ali. Keira hanya tersenyum menanggapi pertanyaan adik laki-lakinya.

"Cieee udah di lamar Kenzo," goda Keiva. Keira hanya busa mengulum senyum.

"Baguslah, kalau memang Kenzo lamar kamu," sahut Arga, sang ayah.

"Dengan demikian, Kenzo sudah membuktikan ke seriusan hubungan kalian. Aduh ... Nggak kerasa, Ayah bakal bermenantu lagi, " Arga bersandar dengan senyum mengembang.

"Maksud Ayah apa?" tanya Keura dengan kening berkerut.

"Lo ini sok polos atau emang polos beneran Kei?" tanya Keiva yang malah kesal.

"Ayah pingin kamu cepet nikah sama Kenzo. Itu maksud Ayahmu, Nak," sahut Arla.

"Yah, perasaan Keiva baru nikah beberapa hari lalu. Masa aku harus cepet nikah sih ..."

"Heh!! Enak aja lo bilang gue nikah beberapa hari lalu, kalau gue baru nikah, nggak mungkin ini Azka berojol oon!!" sahut Keiva sewot.

"Emang kenapa kalau kamu cepet nikah dengan Kenzo? Nggak salah dong. Justru bagus untuk Ayah, Bunda juga orangtuanya Kenzo." Keira nampak berpikir untuk membalas perkataan ayahnya.

"Kalau Kenzo yang nggak mau nikah cepet gimana?"

"Biar Ayah, paksa Kenzo untuk cepat menikah denganmu."

"Itu mah pemaksaan, Yah."

"Sudah sudah ... Lanjutkan makannya," sahut Arla.

Leraian sang bunda, membuat Keira diam dengan bibit yang maju ke depan.

***

"Hah? Jadi Kenzo beneran lamar Keira?" tanya Helena dengan senyum lebar.

"Lo pikir gue bohong?"

"Huuu ... Bagus kalau gitu," seru Helena tanpa menghilangkan senyumnya.

"Jadi, lo pingin anak gue Kenzo, cepet menikah sama anak lo?" tanya Herman.

"Ya, lagian mereka udah pacaran cukup lama, dari pada terjadi sesuatu yang nggak di inginkan lebih baik di persatukan, kan?"

"Iya juga sih, cuman ... Kenzo masih kuliah loh, dia pasti nanti mikirin gimana cara nafkahin anak lo," ucap Herman

"Ya elah, itu mah nggak perlu di pikirin sekarang juga kali, gua yakin, seiiring berjalannya waktu, pasti rezeki Kenzo alias anak lo baik ngalir aja," seru Arga.

"Ini kok gua ngerasa, elo yang ngebet pingin nikahin Keira ya?" sahut Helena dengan menahan senyumnya.

"Masalahnya bukan gua yang ngebet atau enggak. Gua cuman nggak mau mereka itu kebablasan gitu loh dan gua nggak mau lihat anak gua nangis kalau sewaktu-waktu ada cewek lain yang bakal curi hati Kenzo dari Keira," jelas Arga. Herman mengangguk paham.

"Ya ... Gue rasa, kita bahas nanti sama anak-anak juga. Gua nggak mau ambil keputusan secara sepihak. Gua pingin Kenzo maupun Keira juga menyetujui untuk nikah cepat."

.
.
.
.
.
.
.
TBC...

Twins Girls (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang