09| Lo lagi, Lo Lagi, Lo lagi.

217 31 12
                                    

Yang seperti Gue gak ada dua. Kalaupun ada, gak bakalan sama persis.
-Faris
______

Note: bacanya jangan di skip-skip! Hargain aku yang udah ngetik banyak hanya untuk kalian🤩

Happy Reading Guys
________________

Thafa memasuki kelas, kemudian menghampiri Faris yang sudah duduk bersama Hanif di bangkunya.

"Nih jacket Lo. Udah gue cuci kok. Makasih ya." Thafa memberikan jaket tersebut diatas meja Faris. Lalu, Ia menuju bangku yang ada disebelah bangku Faris dan Hanif.

Tempat duduk Thafa berada di deretan ketiga dari arah dekat pintu, barisan kedua dari depan, bersebelahan dengan bangku Faris dan juga Hanif yang berada di deretan kedua, yang memang duduk berdua. Saat ini, Thafa memang tengah duduk sendiri. Bukan karena tak punya teman, hanya saja Thafa tidak mau.

Faris tersenyum sumringah, lalu meraih jaket yang terletak di atas meja. "Kayaknya jacket Gue ini layak di museum kan," gumamnya mengendus jaket tersebut.

"Kenapa gitu?" Hanif mengernyitkan kening.

"Yaiyalah. Secara, jacket Gue ini udah di pake Thafa, jadi jacket Gue ini udah ada wangi Thafa-nya, limited edition nih."

Thafa tak mendengarkan percakapan mereka, karena sedang menggunakan headset untuk mendengarkan lagu favoritnya.

"Elleh, elo apa-apa limited edition. Lagian, jacket Lo itu pasti udah di cuci pake deterjen. Otomatis, wangi Thafa udah hilang."

"Idihh, iri bilang bro!!" Timpal Faris.

Mereka tak lagi melanjutkan percakapan, karena Ibu Nanda sudah memasuki kelas, untuk mengisi mata pelajaran Seni Budaya di jam pertama.

"Pagi anak-anak." Sapanya, Guru berperawakan tinggi nan cantik itu memasuki kelas, sembari menenteng tas dan beberapa buku paket.

"Pagi Bu!!" Jawab semuanya.

"Anak-anak, berhubung kalian udah kelas 12, maka ibu sudah tidak terlalu dominan memberikan kalian materi," jelasnya. "Ibu hanya akan memberikan kalian praktek dalam mata pelajaran seni budaya ini." Lanjut Bu Nanda.

"Praktek apa bu?"

"Akhirnya, ada juga guru yang ngertiin Gue. Gue gak bakal minjem catatan Lo lagi."

"Bagus deh, buku yang masih kosongnya bisa di jual, fulus, fulus, fulus."

Riuh pertanyaan dan pernyataan dari siswi-siswi dalam kelas ini.

"Anak-anak, mohon perhatiannya sebentar!" Pekik Bu Nanda pada semuanya yang tengah riuh.

"Bu Nanda udah makan?" Tanya Faris tiba-tiba.

"Maksud kamu?"

"Tadi kan ibu minta diperhatiin?"

"Ish, defenisi perhatian yang dimaksud Bu Nanda beda, gimana sih Lo? Pintar-pintar tapi sedeng," bisik Hanif.

"Faris!! Kalo aja kamu bukan murid kesayangan pak Kepala sekolah, udah Ibu hukum kamu." Celoteh Bu Nanda dengan muka masam.

"Ya maaf, Bu. Kirain Ibu serius mau diperhatiin." Ujarnya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Oiya Bu, praktek yang dimaksud Ibu itu yang gimana?" Lanjutnya mengalihkan pembicaraan.

"Jadi untuk praktek kali ini, Ibu mau kalian membawakan satu lagu dengan memanfaatkan alat musik. Entah itu alat musik tiup, pukul, gesek maupun petik." Jelas Bu Nanda.

Dilemma ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang