37 // Bisikan

3.8K 317 6
                                    

HAPPY READING! 💞

🐁🐈

Ocha terus menatap Rangga yang sudah rapi dengan pakaiannya. Cowok itu kembali menepati janjinya malam ini, yang akan membelikan dua porsi nasi goreng favorit Ocha.

Seketika Ocha mengalihkan pandangannya dari Rangga, saat tiba-tiba ponselnya berdering menandakan ada seseorang yang menelepon. Tertera nama Kafka di sana. Dengan cepat Ocha mengangkat panggilan tersebut.

"Hey, manis!"

Ocha memutar bola mata malas, mendengar nada yang sangat menjijikan dari suara Kafka.

"Gak usah basa-basi deh. Mau apaan lo?"

"Hehe ... Malmingan kuy."

Terdengar kekehan dari seseorang di seberang sana. Kekehan tanpa dosa yang seolah mengalun indah itu sangat memekakkan telinga bagi Ocha.

"Lagi jomblo sekarang? Mana tuh si Karin cewek lo yang kemarin?"

"Udah putus, hehe."

"Huh? Dua minggu doang?"

"Abis ya gimana, Cha. Gue bosen."

"Ck, gak usah pacaran segala kalau gitu!"

"Cari pengalaman. Cewek 'kan cocok buat dijadiin koleksi."

"Pengalaman pala lo peang! Gue sebagai kaum wanita merasa ikut terhina sama ucapan lo!"

"Udahlah ... Jangan berisik ya, oke? Oke deh Kafka ganteng."

"Apaan sih."

"Sekarang kita mau malmingan ke mana?"

"Dasar sahabat laknat! Tiga minggu kemarin setelah dari toko buku, gak ada lo ajak gue buat malmingan. Giliran abis stok cewek, larinya ke gue."

Tiga minggu yang lalu, Kafka benar-benar tidak bisa menjemputnya sekolah. Biasanya cowok itu akan menyempatkan diri dengan menjemputnya pulang sekolah walau hanya satu atau dua kali dalam seminggu. Mereka terpaksa hanya bertukar kabar lewat telepon atau pesan, dikarenakan Kafka yang katanya sedang dekat dengan cewek baru bernama Karin. Namun kini hubungan keduanya harus berakhir kandas, membuat Ocha mendecih dengan kelakuan sahabatnya itu.

"Iya iya, sori deh. Udah jangan marah-marah nanti cepet tua."

Walau sedang berbincang dengan Kafka lewat telepon, mata Ocha masih tetap mengawasi Rangga. Cowok itu memilih berjalan keluar rumah dengan wajah murung, membuat Ocha bertanya-tanya ada apa dengan Rangga?

"Sialan. Gue mau malmingan sendiri. Gak usah ikut-ikut! Bay!"

Ocha dengan cepat memutuskan panggilan secara sepihak. Tidak peduli jika Kafka akan menggerutu tak jelas jika mereka bertemu nanti. Anggap saja ini gamparan halus untuk cowok yang suka memainkan perasaan wanita, dan membuat posisinya tak berarti sebagai sahabat.

Memang sih, Kafka tidak menjauhinya saat punya kekasih baru. Tapi tetap saja, cowok itu tak pernah menemuinya. Seperti mendapat mainan baru yang lebih menarik, dan mainan lama ia simpan terlebih dahulu. Huh! Ocha tidak bisa jika dirinya disamakan seperti itu.

"Ochaaa ... Cepetan!" Rangga berteriak nyaring dari halaman rumah. Cowok itu sudah nangkring manis di motor gede miliknya, menanti Ocha yang tak kunjung keluar dari rumah.

"Bentaaar!" sahut Ocha yang tak kalah kencang.

Cewek yang kali ini dikucir kuda akhirnya berjalan keluar rumah, menyengir saat melihat tampang bete Rangga.

Married with Enemy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang