Clara POV
Bagiku, hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan. Belum pernah aku sebahagia ini. Hari ini, kami sangat bersenang-senang di Coney Island. Kak Anka tak henti-hentinya membuatku tertawa. Kami memesan Luna Park Thrill Seeker Pass. Jadi, kami hanya bermain di sekitaran Luna Park saja. Dengan tiket ini, kami mendapatkan akses hingga tiga puluh wahana sekaligus tapi ya kami hanya memainkan beberapa saja. Mana sanggup aku menaiki tiga puluh wahana itu. Selain itu juga, yang aku suka dari Luna Park ini adalah lokasinya yang di tepi laut. Jadi, kami nanti bisa berehat sebentar dengan duduk-duduk di tepi pantainya.
"Kita mau main yang mana dulu, Kak?" Tanyaku semangat. Seketika jiwa-jiwa mudaku berpacu saat masuk ke dalam Luna Park ini. Maklum... sudah bertahun-tahun yang kulakukan hanya berkutat dengan setumpuk kertas-kertas.
Peter? Ahhh... jangan ditanya. Kencan yang kami lakukan hanya makan di restoran. Nonton film, main ke taman, atau bahkan pergi ke wahana bermain seperti ini pun tak pernah. Huh... bahkan urusan dengan Peter pun belum kuselesaikan.
"Kamu main apa emangnya, Ra?" Tanya Kak Anka.
Aku menatap sekelilingku. "Luna 360?"
Kak Anka terlihat berpikir sejenak lalu mengangguk. Kami pun mengantri untuk menaik wahana Luna 360. Wahana ini termasuk wahana yang memacu adrenalin dimana kami akan diguncang dan ditarik keatas dalam putaran 360 derajat.
Tiba lah giliran kami. Aku dan Kak Anka duduk bersebelahan. Kami berdua sangat gugup namun senang juga. Pun dengan pengunjung lainnya yang duduk bersebelahan dengan kami.
"Butuh pegangan?" Tawar Kak Anka dengan telapak tangannya yang terbuka. Aku tersenyum hingga mataku menyipit. Kami saling bergenggaman tangan.
Rasa gugupku mulai meninggi saat wahana mulai dimainkan.
"AHKKK!!!!" Teriak kami saat wahana mulai naik.
Perutku rasanya berputar-putar. Aku menoleh dengan bahagia, tertawa melihat Kak Anka yang sepertinya terdiam layaknya orang mabuk.
Setelah diguncang dan dibuat pusing oleh wahana itu, akhirnya momen yang ditunggu-tunggu oleh Kak Anka pun tiba. Permainan berakhir dan kami melepaskan diri dari kursi itu. Kak Anka terlihat sempoyongan.
"Halah... padahal tadi kakak yang menawariku untuk pegangan tangan." Ejekku.
Kak Anka berdehem saat aku menuntunnya untuk duduk di bangku yang kosong. "Kakak pikir gak sengeri itu."Ujarnya. Aku tersenyum geli.
"Bentar, ya." Kataku dan langsung beranjak pergi meninggalkannya yang masih mengatur kesadarannya.
Aku kembali dengan dua botol air mineral di tanganku. "Nih, Kak. Minum dulu. Biar enakkan." Aku memberikannya sebotol air mineral. Kak Anka pun langsung menghabisinya dalam sekali tegukan.
"Sudah enak kan, kak?" Tanyaku.
Kak Anka mengangguk. "Sudah, yuk kita lanjut," Kak Anka berdiri dan membuat bekal minumannya itu ke tempat sampah, lalu tangannya menggandeng tanganku. Ya, tanganku, pemirsa! "-sekarang kita ke Wild River." Aku mengikuti langkahnya dari belakang sambil menatap pegangan tangan kami.
Setelahnya kami berlanjut ke Wild River, dimana baju kami habis basah kuyub. Untungnya, Kak Anka tadi sudah mewanti-wantiku untuk membawa baju cadangan, jadi aku tak kebingungan saat bajuku basah. Lalu, kami menaiki wahana Thunderbolt yang tak lain adalah roller coaster. Ya, setelah menaiki wahana itu Kak Anka berujung mengeluarkan isi perutnya. Aku pun jadi merasa bersalah, meski aku tertawa juga. Terakhir setelah kami makan siang, kami menghabiskan waktu kami di Place to Beach dan berkeliling menikmati wahana yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confused
RomanceBingung? Itu lah yang dirasakan seorang gadis cantik ini, Clara. Dua orang pria datang untuk melamarnya. Pria pertama bernama Peter. Tidak sulit untuknya menerima lamaran Peter, sebenarnya. Mengingat mereka telah menjalin hubungan selama 5 tahun. ...