1. Railin Vahsya GevanaTampak seorang gadis tengah duduk di samping seorang wanita yang terbaring lemah, di atas ranjang rumah sakit. Kondisinya semakin menurun setiap hari. Gadis tersebut duduk tepat di samping wanita itu, sembari memegangi tangannya yang bebas dari selang infus.
Tangan yang selalu mengusap kepalanya dengan hangat dan lembut, saat ini terasa dingin. Wajah yang selalu memberinya senyuman yang menenangkan, kini berubah menjadi pucat tak berekspresi. Gadis itu terus menangis ketika melihat kondisi ibundanya.
"Bunda bangun dong, Rai rindu sama bunda..." ujar gadis itu, yang memiliki nama Railin. Ia terlihat mengusap lengan RainaーIbunya dengan halus.
"Bunda gak kasian liat aku? Bunda gak suka kalau Railin nangis, tapi coba liat ... malah bunda yang buat aku nangis. Geo cengeng bun. Dia laki-laki, tapi sering banget nangis setiap malem di kamar."
"Railin tahu, Geo selalu nangis tiap malem. Railin peduli sama Geo bun, tapi Railin gak bisa nunjukin itu. Sekarang Rai cuma berharap bunda cepet sadar. Bunda harus tau, kalo Railin sayang bunda." Railin mencurahkan perasaannya saat ini, kepada Raina yang masih setia menutup matanya.
Georgio Fahsya Gevano adalah adik dari Railin, yang hanya terpaut 1 tahun dengan gadis tersebut. Geo sangat menyayangi Railin, begitu pula dengan Railin. Hanya saja gadis itu memilih, untuk tidak menunjukkan rasa kasih sayang yang ia miliki untuk adiknya.
Ayah mereka yaitu Refan, selalu membedakan Railin dengan adiknya. Karena itu pula, ia seakan tidak lagi peduli dengan adiknya. Padahal Railin tidak membenci Geo sama sekali, dia juga tidak mungkin membenci Ayahnya. Satu yang Railin benci, sifat Ayahnya. Refan, yang selalu membedakan Railin dengan Geo.
"Railin..."
Panggilan lembut dari seseorang yang sangat ia rindukan, dan usapan lembut yang sudah lama ia tunggu. Sontak, itu membuatnya melihat ke arah sang bunda yang sedang melihatnya dengan sebuah senyuman, gadis tersebut ikut tersenyum dan langsung memeluk Raina.
"Rai kangen bunda!" ungkapnya, yang masih berada di dalam pelukan Raina.
"Bunda juga kangen sama Railin," ucap Raina, sembari membalas pelukan anaknya.
Mereka melepaskan pelukannya, dengan Railin maupun Raina yang masih sama-sama memberikan senyuman.
"Bunda jangan tinggalin Railin, ya? Jangan tidur lama-lama. Rai kesepian tanpa bunda," ucapnya, menatap Raina dengan begitu lekat. Gadis itu sungguh berharap, Raina akan terus bersama dengan dirinya sampai kapan pun.
Raina hanya bisa tersenyum, rasanya sudah tidak kuat lagi dengan sakit yang saat ini dirasakan. Selama ini, ia berusaha dan bertahan untuk keluarganya. Namun rasa sakit ini, sudah tidak dapat ia tahan lagi.
"Railin mau janji sama bunda?" Bukannya menjawab ucapan Railin, Raina justru memberikan perjanjian yang membuat gadis itu kebingungan.
Railin tampak ragu, tapi tak lama ia akhirnya mengangguk. "Kamu gak boleh nakal ya, cukup jadi diri Railin. Dan kamu harus janji! Kalau Railin sama Geo harus akur, bunda tau kamu sayang sama Geo, Railin." Raina menjeda ucapannya dan menatap lekat ke-dua mata anaknya.
"Railin juga harus janji sama bunda! Apa pun itu jangan pernah menyalahkan diri sendiri dan jangan pernah merasa kamu sendirian. Bunda mungkin jauh dari kamu, tapi sejatinya bunda selalu ada bersama kamu," lanjutnya, mengusap lembut pipi Railin.
"Emangnya bunda mau pergi kemana? Kalau bunda pergi, aku mau ikut! Gak ada yang peduli sama aku. Ayah selalu mikirin Geo, bagaimana pun aku selalu berusaha buat ngambil hati ayah, selalu sia-sia bun," sergah Railin.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAISAN
Novela Juvenil📍 Follow sebelum membaca! 📍 [ COMPLICATED ] || [FIRST STORY] || [REVISI] ▪▪▪▪▪▪▪ Pertemuan Railin dan Arsan, mungkin hanya sekedar pertemuan yang biasa saja. Namun, perjalanan hidup merekalah yang butuh perjuangan. Rintangan demi rintangan, mereka...