8

3.8K 364 47
                                    

"Hyung, aku harus..."

Jimin langsung menatap tajam sebelum Felix melanjutkan ucapannya.
"Diam, dan jangan lakukan apa-apa."

"Tapi Hyung,"

"Kau akan menjadi masalah bagiku."

Terkadang ucapan Jimin memang kasar. Namun Felix tau betul bahwa sesungguhnya Jimin tidak ingin bahwa dirinya ikut lantaran tubuhnya belum pulih. Kelembutan hati Jimin benar-benar terbalik dengan perkataan yang keluar dari mulutnya.

"Hyung, bagaimana bisa kau ke sarang musuh sendirian? Itu namanya kau cari ma--hmpp!"

"Aku pergi."

Setelah Jimin menyumpal mulut Felix dengan sebuah apel, pria itu berjalan keluar dari rumah sakit. Felix yang mendapat perlakuan demikian hanya bisa pasrah dan menatap kepergian Jimin dengan perasaan cemas. Tak bisa melakukan apa-apa saat sepupunya pergi menantang musuh.

-
-
-

Jimin akhirnya sampai di depan sebuah rumah kecil dekat bekas pabrik koran. Ia menarik nafas dalam guna mengumpulkan nyalinya. Ia sudah diteror berkali-kali dan ia berharap dapat menemukan dalang dibalik semua ini.

Sebuah pisau lipat ia sediakan untuk berjaga-jaga, bagaimana pun ia hanya akan mengeluarkan senjata saat benar-benar terdesak.

Ia melangkah dengan pandangan lurus meski Indra pendengaran nya berkelana mendeteksi berbagai hal yang akan mengancamnya.

Saat merasakan sebuah tangan melayang ke arahnya, Jimin langsung mengelak dan meraih tangan itu lalu mengunci pergerakannya.

"Arghhh!!!"

Pria itu meringis saat Jimin mencengkeram tangannya ke belakang tubuhnya. Tulang belikat nya serasa ingin patah.

Jimin bergerak cepat saat satu orang berbadan besar lagi berlari cepat ke arahnya. Jimin tak tanggung-tanggung, ia memaksa pria yang ia cengkram agar berdiri dan Jimin mendorong pria itu keras ke arah pria berbadan besar. Membuat mereka jatuh bersamaan.

Namun si pria berbadan besar langsung bangkit dan melayangkan sebuah tinjuan. Jimin segera mengelak dan mengambil kesempatan untuk memberikan pukulan jitu ke arah kepalanya. Membuat pria berbadan besar itu oleng dan tumbang.

Jimin kembali berjalan lurus dan masuk ke dalam rumah. Mengedarkan pandangannya untuk mencari Rosè. Namun ia harus melihat ada 3 orang penjaga. Ada yang memegang tongkat baseball, samurai, dan satu orang lagi terlihat tak memegang apa-apa.

Setelah saling berpandangan ketiga orang itu berlari menuju Jimin. Satu sepakan berhasil dia elakkan. Bersamaan dengan samurai mengkilap yang hampir saja memutus lehernya juga berhasil ia hindari. Lalu dengan cermat ia layangkan pukulan mutlak di ulu hati si pemilik samurai, Jimin bahkan tidak menyangka jika orang itu akan tumbang secepat itu.

P-pang!!!

Jimin tersungkur saat tongkat baseball itu memukul kepalanya. Pandangannya buram dan mendadak tubuhnya kehilangan keseimbangan. Ia tertekuk sambil memegang kepalanya.

Satu orang dengan tangan kosong langsung meraih kerah baju Jimin,

BUGHHH

Jimin mendapat sebuah tonjokan di pipi mulusnya. Ia terlentang dan ketika itu si pria bertangan kosong langsung duduk di perutnya dan melayangkan tonjokan bertubi-tubi. Jimin sampai kewalahan.

Bughh!!! Bughh!!!
Bughh!!!

"Arghh!!!" Jimin meringis saat merasakan pipi bagian dalamnya robek.

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang