Pagi-pagi sekali, May sudah berangkat ke sekolah hanya karena tidak mau bertemu Zuri dan tidak mau duduk di dekat Zuri. Hari ini, rencananya May akan duduk di depan tidak seperti biasanya.
“May,” sapa seseorang.
“Hai.” May segera masuk ke kelas dan meletakkan tasnya di bangku paling depan.
Sepuluh menit kemudian, tampak Zuri yang datang tanpa membawa raut muka bersalahnya. Mukanya tampak riang seperti biasanya. Seperti tidak mempunyai masalah dengan orang lain.
May mengacuhkan Zuri yang tersenyum padanya. Hari ini, May akan menjadi anak nolep. Ia juga membawa bekal dari rumah. Ia benar-benar tidak mau bertemu dengan Zuri hari ini.
Tibalah jam istirahat. Tanpa sungkan, Zuri mengajak May untuk pergi ke kantin seperti biasanya. Tetapi, May menolak dengan kasar. Ia tidak mau diajak ke kantin dengan orang yang sudah mengkhianatinya.
“Lo siapa?”
Tampak pasang mata anak yang masih di kelas menatap May dan Zuri yang tampaknya sedang bermasalah. Ketimbang masalah semakin besar, salah satu anak menarik tangan Zuri untuk pergi dari hadapan May.
May memakan bekalnya tidak selera. Ia selalu teringat kejadian tadi malam dimana sahabat yang paling disayangnya menusuk dari belakang. Kedok busuk Zuri yang ternyata baru May ketahui.
“Masa lo nggak tahu sih, May?”
“Enggak,” jawab May sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
“Zuri kan emang dari dulu nusuk lo dari belakang,” bisik Hanum. Cewek yang duduk di samping May.
Mendengar bisikan Hanum, May otomatis tersedak. Dengan buru-buru Hanum memberikan air kepada May. Ia juga mengelus pelan punggung May. Ia sebenarnya tidak tega untuk mengatakan ini semua.
“Lo nggak percaya ya?” tanya Hanum setelah May menormalkan situasinya.
May hanya menggeleng. Ia memang tidak percaya. Ia semakin bingung, siapa yang harus diikutinya? Hanum yang membeberkan masalah atau Zuri yang dari dahulu menjadi sahabatnya?
Namun, jika ia mengikuti Zuri dan apa yang diucapkan Hanum benar bagaimana? May hampir saja meneteskan air matanya jika Farhan tidak mengejeknya.
“Cewek cengeng!”
“Diem lo!” bentak May. Tetapi, ia juga berterima kasih pada Farhan. Berkat dirinya, May tidak jadi menangis di kelas.
May menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya ketika Zuri memasuki kelas bersama anak yang tadi menariknya ke kantin. Makanan May sudah seperti berlian untuk anak-anak yang baru saja kembali dari kantin.
“Makasih, May,” koor mereka.
May hanya mengangguk dalam hatinya. Ia ikhlas kok, setiap ia membawa bekal pun ujung-ujungnya seperti ini. Yang tidak ia ikhlaskan adalah Aksa. Tidak seperti Farhan kemarin, Aksa berbeda.
“May, lo nggak pulang?” tanya Hanum ketika May tetap melamun dari Bu Nanda keluar kelas.
“Eh, iya.” May berdiri dan berjalan mengikuti Hanum keluar kelas.
Ia berjalan mendekati halte dan berpisah dengan Hanum. May duduk di salah satu sisi bangku halte yang kosong sambil menunggu Mama menjemputnya. Ia sangat berharap jika Mama cepat datang.
Tetapi nahas, malah seseorang yang tidak dikenal mendekati May. Seseorang tersebut mengaku sebagai teman dekat Aksa. Kalau pun May menginginkan, May lebih ingin dijemput Aksa, bukan temannya.
“Emang Aksa kemana?” tanya May ketika seseorang tersebut duduk di samping May.
“Nggak tahu,” jawab lelaki itu. “Namaku Dika.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MaSa : DÉJÀ VU [END]
Novela JuvenilKita berada di masa yang sama. Kita berada di belahan dunia yang sama pula. Kita juga berada di alam yang sama. Tetapi, engkau sangat sulit untuk menampakkan wajah di depanku? Apakah perlu aku mencarimu? Atau aku hanya perlu menunggumu? Kita hanya p...