Rinai pulang terlebih dahulu tanpa memberitahu Afryan dan juga melihat keadaan sahabatnya, entahlah ia merasa benar-benar sesak saat harus tersenyum di hadapan laki-laki yang di cintainya itu. Iya Rinai mencintai Kenzo, sudah sangat jelas bukan. Bohong jika ia bilang ia tidak pernah merasakan cinta, karena ia sangat tahu rasanya. Betapa bahagia saat orang yang di cintainya itu memberikan perhatian dan hal sederhana lainnya, dan bagaiamana hancurnya saat orang yang di cintai itu mengutarakan perasaannya terhadap gadis lain terlebih lagi pada sahabatnya sendiri. Bohong saat Rinai bilang ingin tetap berteman dengan Kenzo, sebenarnya ia benar-benar ingin menendang laki-laki itu ke ujung dunia agar tidak pernah di lihatnya lagi. Namun demi sahabatnya dan orang yang dicintainya, ia bersedia mengorbankan perasaannya. "lebih baik kehilangan cowok daripada kehilangan sahabat kan."
....
Gadis berambut panjang itu berjalan di bawah guyuran hujan deras, ia bersyukur tuhan masih berkenan menutupi kesedihannya ini dengan menurunkan hujan. Bibirnya memang tertutup rapat, namun siapa yang mengira jika mulut yang tidak bersuara itu berbanding terbalik dengan isi hati nya yang menjerit dan berteriak kesakitan ini. Mencoba kuat memang melelahkan, mencoba tegar memang memuakkan. Rinai akui itu, namun semua itu tetap dilakukannya, bukan karena munafik karena membohongi dirinya sendiri. Tapi ia merasa itu semua yang terbaik untuk orang-orang yang di sayangi, ia tidak ingin membebani mereka dengan masalahnya. Cukup dia sendiri yang menyimpannya.
" lelah Tuhan.. benar-benar lelah. Salahkah jika aku ingin egois kali ini, tapi kenapa aku tidak bisa. Di satu sisi dia yang sudah merebut hatiku dan di sisi lain dia sahabat ku. Kenapa semua ini terjadi." batin Rinai menangis,
" kuat kan hati ini Tuhan, kuatkan hati ini untuk menghadapi kenyataan nanti."
" TTTTIIIIIIIIIIIINNNNNNN !!!!!!!" Bunyi klakson motor itu mengagetkan Rinai, sepeda motor beat merah putih itu berhenti tepat di sebelah Rinai membuat nya mau tidak mau menengok.
" nay? Ini beneran lo?" tanya orang itu.
Setelah dengan susah payah melihat siapa orang itu di bawah guyuran hujan in ternyata dia adalah...
" fer? Kok lo ada di sini?" tanya Rinai pada orang yang ternyata Fer salah satu teman sekelasnya dengan Rasya,
" harusnya gue yang tanya, lo baru keluar dari rumah sakit sekolah belom sekarang malah ujan-ujanan malem-malem lagi. Ayo naik gue anter pulang." Perintah Fer.
Melihat kondisinya sendiri, Rinai hanya bisa pasrah dan naik ke motor temannya itu karena kelelahan. Lelah batinnya.
....
" sekarang jujur sama mas, kamu kenapa? Pulang malem-malem, ujan-ujanan. Kamu engga inget baru keluar dari rumah sakit!" bentak Andra setelah adiknya itu sudah berganti baju dan sekarang duduk dikasurnya.
" ndra, udah lah. Adek kamu pasti capek, biarin dia istirahat dulu. Besok aja di bahasnya." Ujar bu Yanti menengahi,
" engga bisa ma. Ayah lagi keluar kota, jadi di sini Andra yang ganti in posisinya sekarang. Dan Andra pengen penjelasan dari Rinai Swara kenapa dia bisa pulang dengan kondisi seperti ini. JAWAB!" bentak Andra.
Sungguh ini bukan seperti Andra yang Rinai kenal biasanya, kakaknya yang selama ini sering menjahili dan menggoda nya itu memang akan sangat mengerikan jika sudah marah. Terlebih marahnya saat ini karena rasa khawatirnya kepada adiknya itu. Bagaimana tidak khawatir, jika adiknya yang baru sembuh ternyata pergi keluar dengan kakak kelas laki-lakinya tanpa seijin nya lalu pulang bersama temannya yang lain dengan kondisi basah kuyub. Melihat adiknya ini masih terdiam, Andra pun kembali berucap.
" kalo kamu engga mau cerita sama mas, mas pasti in kakak kelas kamu itu babak belur." Ancam Andra,
" m-mas.. m-mama bisa keluar dulu?" pinta Rinai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sulit Untuk Dimengerti (Sudah Terbit)
Novela Juvenil[COMPLETED] " saat gue mendekat, lo menjauh. Saat gue mau ngelupain lo, lo semakin mendekat. Lo mainin perasaan gue kayak gini. MAU LO APA SIH?" - Rinai . . . . " semua ini konsekuensi dari kebodohan ku, maaf sudah menjadi pengecut yang membuat mu m...