Ini panjang banget sumpah😁 semoga gak bosen ya.
***
Siang ini, matahari begitu terik memancarkan sinarnya. Dan aku rasa juga tidak ada satu orang pun yang cukup bodoh yang bersedia untuk menantangnya. Aku mendengus kesal, ketika mendapati mobil hitam milik kak Taehyung terparkir di depan rumah, itu artinya dia ada di
dalam, dan aku benar-benar malas kalau harus melihat wajahnya, yang entah mengapa, menurut orang lain sangat innocent, ganteng atau apalah itu, pujian-pujian kosong tak beralasan menurutku.Jangan tanya mengapa, aku begitu kesal pada kakak semata wayangku itu. Ya, tentu saja aku memiliki alasan atas segala sikapku padanya. Bagiku ia sama sekali tidak menampilkan figur kakak laki-laki impian seperti yang sering aku lihat di film ataupun cerita-cerita di novel.
"Wetsah adek gue udah balik, nyelonong aja lo.."
Aku sama sekali tidak bergeming mendengar sapaannya. Benar apa yang dia bilang, aku memang langsung masuk begitu saja, tanpa sekalipun menggubrisnya.
"Siang Jira.." suara lain, yang lebih lembut, yang terdengar lebih merdu, ikut juga menyapaku.
"Siang kak Jimin.." sahutku, tersenyum manis, berusaha menampilkan yang termanis yang aku punya.
Jika boleh memilih, terang-terangan tentu saja aku akan memilih kak Jimin, yang notabene adalah sahabat karib kak Taehyung, sebagai kakak laki-lakiku daripada kak Taehyung.
Kak Jimin membalas senyumku dengan senyumnya yang tidak kalah manis. Dan aku langsung bergegas naik ke lantai dua menuju kamarku, masih tanpa sekalipun memperdulikan kehadirannya. Mencoba tidak menganggap dirinya. Berlalu dan menghilang begitu saja.
***
Alunan lagu dari Taylor Swift penyanyi kesukaanku, memenuhi sudut-sudut kamarku, menemaniku yang sedang larut dalam setumpuk PR yang harus ku selesaikan. Sambil ikut bernyanyi, seolah aku sedang berduet dengannya, aku terus asik mengerjakan soal-soal yang ada di depanku.
Klik. Lagu berhenti tiba-tiba. Serta merta aku langsung menoleh ke arah rak dimana disc playerku berada. Dan betul saja, ia sedang berdiri di sana, sambil memamerkan deretan gigi berbehelnya.
"Ngapain sih lo matiin? ganggu aja !" ujarku ketus, menatapnya tajam.
"Lagian elo di panggil dari tadi, di suruh makan, enggak nyahut-nyahut.."
"Ya tapi enggak usah pakai asal matiin gini dong, udah mana masuk gak ketuk-ketuk pintu dulu lagi, gak sopan banget sih" aku masih saja menggerutu sambil menatapnya sebal.
"Haha..iya-iya..udah ah, ayo mau makan enggak lo ?"
Dan dari segala rasa sebalku terhadapnya, inilah yang paling membuatku sebal. Ketika aku masih dalam rasa sebalku terhadapnya, dan ia malah tertawa. Bisa tidak sih dia lebih serius daripada ini ? Bisa tidak sih sekali saja dia mengerti bahwa aku ini sedang marah terhadapnya ?!
"Duluan aja sana, entar gue nyusul"
"Ya udah..cepetan yaa Ji.."
Aku hanya mengangguk tipis. Sekilas aku jadi memandangi foto kami berdua yang sengaja mama letakkan di atas meja belajarku. Saat itu, aku masih kelas satu SD dan kak Taehyung kelas empat. Kami masih akur, atau mungkin yang lebih tepatnya aku belum antipati seperti ini padanya. Aku dan dia tampak begitu manis di sana, khas anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
After He Left
Short StoryAku menggigit bagian bawah bibirku kuat-kuat, berharap tidak ada air mata yang menetes turun dan akan membasahi pipiku. Aku benci menangis. Menangis hanya akan membuat dadaku sesak. Aku tidak suka menjadi lemah. Aku bukan gadis seperti itu. ...