16 ❀ dalam genggaman pemuda lain

872 153 15
                                    


Chapter 16: Dalam Genggaman Pemuda Lain


     "Burung apa yang sukanya nolak?" 

Kumpulan remaja yang duduk mengerumuni sebuah meja di kafetaria itu hening. Dahi mereka berkerut atas pertanyaan yang dilontarkan Uzui. Mereka berpikir keras mencari jawabannya.

"Jawabannya burung gakgak! AHAHAHAH," jawab cowok itu sendirinya dengan tawa yang meledak-ledak. 

Sebagian dari mereka mendadak menghela nafas berat. Sisanya mengumpat sebal dan menatap Uzui prihatin. Rengoku yang paling menyesal di sini hanya bisa menundukkan wajah. Sudah tahu Uzui jokesnya ampas, masih saja diladeni.

"Ini kurang siapa sih? Giyuu sama Shinobu doang, kan?" tanya Gyomei mengalihkan topik. Diam-diam cowok itu muak dengan kelakuan temannya.

"Iya. Paling berangkat bareng." jawab Mitsuri sambil menatap layar ponsel. "Giyuu gak mungkin ngaret kalo gak nunggu orang. Paling juga yang ditunggu Shinobu."

"Positive thinking aja, mungkin Shinobu nyalon dulu." sahut Obanai menambahkan. 

"Bisa jadi. Kan dia— EH ITU GIYUU!" tunjuk Sanemi begitu melihat seorang pemuda dengan surai hitam gelap datang mendekati meja mereka. 

Enam remaja lain pun menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Sanemi. Dan benar saja, Giyuu masuk ke kafetaria dengan kemeja dan celana jeans. Butuh waktu beberapa saat bagi mereka untuk sadar ada yang aneh. Para penduduk blok H itu mengerutkan dahi begitu Giyuu duduk di sebelah Muichiro.

"Loh, Shinobu mana?" tanya Rengoku buka suara.

"Hm?" Giyuu menoleh pada cowok bersurai kuning kemerahan itu. "Nggak bareng gue kok,"

"Hah?????????"

Tujuh remaja lain sontak terkejut. Tentu saja karena mereka tahu Giyuu bukan tipikal orang yang biasa datang terlambat. Makanya saat Giyuu datang ngaret begini, mereka kira Giyuu menunggu Shinobu. Jadi jelas jawaban itu mengagetkan semuanya.

"Lah emang kenapa?" tanya Gyomei ikut penasaran.

"Ya gak tau," Giyuu menaikkan bahu tak peduli. "Dari awal juga gak janjian buat berangkat bareng gue."

"Terus Shinobu berangkat sendiri?" tanya Muichiro menyimpulkan. "Eh dia bawa mobil sih biasanya ya. Jadi gak bisa nyelip kalo macet."

Mereka pun mengangguk paham, setuju dengan kesimpulan Mui. Tapi Giyuu tidak ikut. Cowok itu memutuskan untuk mengambil ponsel di saku lalu membuka salah satu aplikasi game di ponselnya.

Mitsuri pun diam-diam melirik Giyuu. Ia merasakan ada yang aneh dengan ekspresi cowok itu. Walau memang Giyuu terkenal kurang ekspresif, tapi Mitsuri bisa merasakan sedikit rasa kesal dalam benak cowok itu. Entah karena apa.

"Shinobu gak datang sendiri," celetuk Giyuu. Cowok itu menghela nafas panjang dengan tatapan kesal lalu menyandarkan punggung di sandaran bangku. "Tadi gue papasan kok sama dia di parkiran."

Rengoku dan kawan-kawan pun sontak menaikkan alis, lalu mereka saling berpandangan penuh arti. Mereka pun mulai mengerti saat tak lama kemudian seorang gadis dengan surai ungu kehitaman datang memasuki kafetaria. 

Dan seperti yang dikatakan Giyuu, gadis dengan rambut yang dicepol tinggi itu tak datang sendiri. Seorang cowok membuntutinya dari belakang.


Douma.


"Sorry lama, salah jalan tadi kita." tutur Shinobu sambil berjalan mendekat. "Tadinya kita mau lewat tol biar cepet, eh gak taunya ada perbaikan. Jadi jalannya di jalannya dialihkan gitu, muter dulu tadi."

Tujuh remaja itu pun mengangguk canggung, jelas sekali tatapan tak nyaman dari sorot mereka. Giyuu sendiri masih tak mendongak, cowok itu fokus pada gamenya. Rengoku yang menyadari itu pun mengumpat dalam hati. Padahal ia sengaja mengundur waktu sampai olimpiade selesai agar Giyuu dan Shinobu bisa bersama. Nyatanya malah seperti ini.

Apalagi kalau melihat senyuman lebar Douma, ah mereka muak.

Mungkin memang banyak anak SMANSAKAI yang tinggal di komplek perumahan Taman Asri. Namun para didikan Pak Hamid itu hanya akrab dengan sesama anak blok H. Kalau di luar itu, ya dianggap orang asing.

"Udah lengkap kan? Ayo langsung masuk ke bioskop aja," cetus Giyuu cepat sambil berdiri dari bangkunya. Giyuu keluar dari kafetaria dan berjalan di depan, sedangkan yang lain hanya bisa mengikuti dari belakang.

Tak bisanya si introvert itu membuat keputusan.

Hal ini membuat Rengoku dan kawan-kawan sedikit terkejut. Akhirnya kali ini mereka menghargai keputusan Giyuu.

Tak bisanya juga Shinobu menjadi sedekat ini dengan Douma.

Hal ini membuat Rengoku dan kawan-kawan terkejut, jelas. Karena mereka cukup tahu hubungan Douma dan Shinobu seperti apa. Bahkan lebih dari murid lain di sekolah.

Tak ada yang berubah saat langkah mereka tiba di pintu teater satu. Sepuluh remaja itu duduk di masing-masing bangku yang sudah mereka pesan di awal tadi. 

Dan Shinobu duduk di sebelah Douma.

Tanpa tahu alasan Shinobu bersikap demikian, Giyuu yang duduk di pojok itu merasa hatinya terbakar. Selama film berlangsung, dua remaja itu begitu dekat. Jadi hari itu, Giyuu tahu dua hal.

Satu, ternyata hantu yang ada di film akan kalah menyeramkan dibanding dengan orang yang kamu sukai datang menonton bersama orang lain.

Dua, ternyata bioskop bukan hanya sekedar tempat menonton film, tapi juga sabotase perasaan.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ps: belum tamat ges. masih kelas 11 nih.

fyi (yg sebenernya gak terlalu penting), kebanyakan anak kimetsu tinggal di taman asri. walau gak semua, tapi kebanyakan ya. kebanyakan.

bahkan di chapter 16 lapak [arogan, inosuke] genya pernah bilang kalo hannah juga tinggal di taman asri. kawkakwak

Hi, Shinobu!✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang