Memberi Pelajaran

194 7 0
                                    

Siapapun yang berani mengganggu milikku berarti dia sudah siap untuk mati. Will

Penjara Bawah Tanah

Will berjalan menuju penjara bawah tanah bersama Sekretaris Kent.

Tiga orang laki-laki tersebut sudah bergetar ketakutan saat melihat siapa yang datang menghampiri mereka. Mereka mengingat kata-kata sekretaris Kent semalam.

Flashback on

Untuk urusan ini sepertinya tuan muda ingin langsung melakukannya, entah apa yang akan dia lakukakan pada kalian, tapi yang pasti kalian tidak akan bisa menghembus nafas lagi setelah dia yang memberi kalian pelajaran.

Kent mengucapkannya dengan aura gelap seakan-akan dia ingin langsung menghabisi para bajingan yang ada di depannya ini karna sudah berani mengusik tuan mudanya.

Flashback of

Kata-kata itu masih terngiang-ngiang ditelinga mereka, membayangkan suatu hal buruk yang akan terjadi pada mereka nantinya dan saat itu telah tiba saat mendengar langkah kaki semakin mendekat ke arah mereka.

"Sepertinya kalian tidak mengenal aku sehingga kalian berani-beraninya mengusik di Lingkaran kehidupanku" menyeringai dengan mata menyipit.

Bukannya tidak kenal, mereka tidak tahu kalau gadis yang mereka ganggu kemarin adalah milik tuan muda itu. Tuan muda yang dikenal dengan julukan 'psikopat gila' bahkan hampir seluruh dunia pun tahu siapa Will.

"Aku sebenarnya sedang malas untuk bermain-main dengan kalian, tapi sepertinya kalian sangat menginginkannya. Jadi aku ladeni kalian, Kent" berucap dan menerima sebilah pisau tajam dari sekretaris Kent.

"ini tuan" memberikan pisau yang tajam mengkilat kepada Will.

"sepertinya ini lumayan tajam bahkan sangat tajam, mampu untuk menguliti kalian satu-persatu" tersenyum tipis dengan ibu jari dan telunjuknya menelusuri mata pisau yang tajam itu.

Takut, itulah yang tiga orang itu rasakan, seluruh tubuh mereka menegang mendengar ucapan Will. Bahkan saa mata mereka tertuju pada pisau yang ada digenggaman tangan Will mereka hanya mampu menelan ludah dan dan rasanya jantung mereka berpacu lebih cepat dari batas normalnya.

"Atau pisau ini perlu di asah lagi sehingga agar lebih cepat prosesnya" mengalihkan pandangannya dari pisau ke arah tiga orang yang duduk dikursi dengan kaki terikat dan mulut yang dilakban.

"Sepertinya tidak perlu ya karna aku sudah tidak sabar untuk menguliti kalian" tersenyum penuh kepuasan.

Tiga orang itu saling menatap seolah-olah dari mata mereka berkata 'Sepertinya kita akan mati hari ini, ingin tobat juga sudah telat' itulah kira-kira arti dari tatapan mereka.

"Kent.. " mendengar ucapan tuannya tanpa harus menunggu perintah, Kent menyuruh dua bodyguard untuk menarik salah satu dari mereka dari kursinya lalu mengikat tangannya dengan tali yang menjuntai dari atas.

"Apa kau sudah siap, tapi siap tidak siap kau harus siap. Dan aku juga sangat siap untuk melakukan permainan ini" menatap tajam pria didepannya itu.

Walaupun aku berkata tidak siap, ujung-ujungnya aku juga akan mati. Batin pria itu.

Dia sudah mengeluarkan keringat dingin, kakinya bergetar dan lututnya sudah sangat lemas, andai saja tidak ada tali mengikat tangannya itu, dia mungkin sudah terduduk dilantai karena tidak mampu menopang tubuh. Aura yang dikeluarkan Will benar-benar mengerikan, membuat siapa saja yang melihatnya lebih memilih lari ketimbang menatap wajah tampan yang arogan itu.

Will mengiris pipi kanan pria itu sampai pria itu menjerit kesakitan dengan mulut yang tertutup. Perlahan tapi pasti pisau itu sudah menjalar kemana-mana tanpa melewatkan satu sisi pun dari kulit pria itu.

Inilah salah satu definisi kejam yang sebenarnya. Will tidak perlu menjelaskan defisini dengan teori yang dia mau hanyalah mempraktikkannya langsung itulah definisi yang sebenarnya bagi Will.

Dua pria itu sudah ada yang mengencingi dirinya sendiri karna saking takutnya melihat hal yang terjadi didepannya, bagaimana tidak, ada seorang psikopat yang menguliti orng hidup-hidup.

Ini benar-benar psikopat yang sesungguhnya. Batin salah satu dari mereka.

Sekretaris Kent yang melihat itu ikut tersenyum, Ok tersenyum licik itulah yang terpampang diwajah Kent sekarang. Seakan-akan hal itu tidak mengerikan sama sekali baginya, menurutnya itu adalah tontonan yang paling menyenangkan.

Laki-laki yang dikuliti sudah tewas karna setelah semua kulitnya dilepas secara paksa jantungnya langsung ditikam dengan belati yang sangat tajam luar biasa itu.

'Menyesal' itulah yang dirasakan mereka, karena telah mengganggu gadis itu. Tapi nyatanya untuk menyesal sekarang sudah terlambat, Will sudah benar-benar murka. Dia memang tidak bermain kasar, bahkan sangat halus dari caranya menguliti mereka. Karna dia sangat menikmati setiap detik dari kegiatannya itu. Entah apa yang ada dalam hati pria itu, tidak ada pengampunan dan belas kasihan untuk mereka yang berbuat salah. Bahkan banyak yang bilang kalau Will tidak punya hati apalagi perasaan.

"Kent, bersihkan tempat ini" Kent langsung menelpon orang khusus untuk membersihkan kejahatan Will.

Di sini tidak ada yang berani menghukum Will walaupun mereka tahu dia sudah membunuh banyak orang, karna Will adalah hukum di negara itu, siapa yang berani melakukannya langsung tumpas saja tanpa ampun.

Di Mansion
"Sudah jam berapa ini, mengapa mereka belum pulang, apakah dia masih marah padaku karena masalah tadi pagi sehingga dia tidak mau pulang. Tapi seharusnya kan aku yang marah, ah yasudah lah jangan dipikirkan lagi, lebih baik aku tidur saja" Filo mulai memejamkan matanya dan mulai memasuki dunia mimpi.

Pukul 23:00 Will dan Kent telah tiba di Mansionnya. Kepala pelayan langsung membukakan pintu.

"Selamat malam Tuan Muda" sapa Pak Hen.

"Apakah dia sudah tidur? " tanya Will

"Nona muda sudah tidur tidur sejak tadi tuan" Pak Hen sudah tahu siapa yang tuan mudanya tanyakan.

Will langsung berjalan menuju lantai atas, sedangkan sekretaris Kent kembali ke kamarnya juga.

Drett..
Membuka pintu kamar Filo dan melihat gadis itu sudah terlelap.

"Manis" satu kata untuk Filo yang tidur dengan rambut acak-acakan.

Will kembali menutup pintu kamar Filo. Masuk ke kamar mandinya dan berendam untuk beberapa menit dalam bathup, telah selesai dengan kegiatannya Will memakai piyama handuknya.

Berdiri menikmati angin malam di balkon kamarnya dengan meneguk winenya, pikiranya melayang ke masa 6 bulan yang lalu.

Flashback on 6 bulan yang lalu..
"Honey, aku mau pernikahan yang sempurna sekali seumur hidupku" sambil menyenderkan kepalanya dibahu Will.

"Apapun untukmu honey, setelah menikah kau mau honeymoon kemana? " tanya Will sambil mengelus rambut panjang milik Jessy.

"Aku mau Honeymoon di Swiss, karna pemandangan di sana indah banget" tersenyum manis

"Baiklah, kita akan berkeliling dunia setelah menikah" Mereka berdua saling berpelukan.

Flashback Of

Satu bulir air mata berhasil keluar dari sudut mata Will, dia sangat mencintai kekasihnya itu dan sekarang sangat benar-benar merindukannya.

Malam ini sangat sendu bagi Will, mengingat semua kenangan manis bersama kekasihnya dulu.

Jangan lupa kasih vote dan likenya ya readers🙏🙏

The Billionaire King of The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang