Apakah kalian pernah mempertanyakan arti nama kalian? Apakah kalian pernah mempertanyakan kehidupan kalian yang seolah berbalik dengan arti nama kalian? Jika pernah maka kita sama.
Kalian bisa memanggilku Althea. Orang-orang bilang arti namaku adalah penyembuh dan aku disebut sebagai obat.
Aneh? Ah, tidak juga. Karena itu tugasku atau malah itu adalah tujuan hidupku? Entahlah, aku sendiri tidak tahu.
Karena yang kulakukan selama ini hanya tersenyum disaat orang-orang yang disebut pasien mulai mengeluh dan bertingkah gila lantas aku akan menenangkan mereka, membisikkan kata-kata yang aku sendiri tak tahu maknanya agar mereka tenang. Atau di lain waktu aku harus membantu tindakan operasi karena hei, aku tahu kita hidup di dunia modern tapi aku tidak bohong jika aku menyebutkan jika darahku bisa membuat proses regenerasi menjadi berkali lipat lebih cepat. Alhasil nyaris setiap Minggu orang-orang itu akan datang dan mengambil darahku dan orangtuaku akan tersenyum gembira seolah itu adalah pemandangan paling hebat dalam sejarah yang bisa kulakukan.
Kemarin malam, usiaku mencapai umur 16 tahun. Aku tidak meminta banyak hal, hanya ingin orangtuaku datang ke kamarku lantas memberikan sebuah kue sederhana dengan lilin diatasnya lalu kami menyanyikan lagu ulang tahun bersama. Terlalu muluk kah?
Namun kenyataannya aku berada disini, di sebuah kamar rawat VIP yang sudah menjadi bagian dari hidupku sejak usia 5 tahun. Kemarin malam mereka baru saja mengambil darahku lagi. Aku tidak tahu berapa banyak darah yang diambil karena yang kurasakan hanya kantuk.
Orangtuaku sejak kemarin sore sudah pergi. Mereka bilang mau ke pesta pernikahan salah satu kerabat dan memintaku bertingkah baik.
Apakah mereka lupa akan ulang tahunku? Ah, sudahlah. Toh, selama ini mereka juga tidak pernah menanyakan kabarku.
Telepon milikku berdering. Aku mengangkatnya dengan malas.
"Halo, Ma-"
"Bagaimana proses pengambilannya? Kau tidak berulah 'kan? Mereka mengambil berapa kantung?" tanya mama memotong ucapanku.
Aku mencengkram erat selimut bangkar. "Thea tidak tahu, Ma. Mereka membiusku. Tubuhku lemas sekali. Mungkin sekitar 10 kantong mereka ambil," ucapku dengan nada lirih, berharap mama menanyakan kondisiku.
"Ck, mereka itu. Awas saja jika tidak membayar. Susah payah aku menjagamu agar darahmu itu bisa berguna tapi mereka seenaknya mengambil banyak. Pasti setelah ini mereka akan mengelak dan mengatakan hanya mengambil 1-3 kantong saja. Awas saja mereka, mengambil uangku begitu saja."
Cengkraman di selimut itu kian mengeras saat aku mendengar ocehan mama yang lebih mementingkan bayaran daripada diriku. Memang, sudah merupakan perjanjian jika pihak rumah sakit akan membayar sejumlah uang untuk setiap kantong darah yang mereka ambil dariku. Tapi tidak bisakah ....
"Kau dengar, Thea. Jangan bertingkah bodoh. Turuti semua perkataan mereka agar kita bisa dapat uang banyak. Sekolahmu itu sungguh menguras biaya. Aku dan ayahmu pusing dibuatnya. Kau mengerti?"
Padahal selama ini aku selalu mendapat beasiswa penuh dari sekolahku.
"Iya, Ma."
Setelahnya aku menutup telepon dan mengambil sebuah novel berjudul The Last Change.
Aku bersumpah akan pergi apapun yang terjadi -Acacia.
Bukankah dulu aku pernah berkata demikian, Aber?
"Aku mencintaimu." Bagiku, bisa mendengar kata itu saja sudah merupakan anugrah terindah.
"Aku mencintaimu." Bagiku, bisa mendengar suara itu saja, membuatku tenang luar biasa dan semua kecemasanku hilang tanpa jejak.
"Aku mencintaimu. Ayo kita menikah." Bagiku, mengetahui hal itu merupakan kegembiraan terbesar dalam hidupku.
Aku tidak akan muluk-muluk, Abercio. Bagiku, mengetahui kau pernah begitu mencintaiku, adalah hal terindah dalam hidupku. Aku tidak menyesal dan tidak akan pernah menyesali keputusanku untuk mengorbankan hidupku padamu. Ah, maaf. Tak sepantasnya aku berkata demikian bukan?
Abercio berlari menerobos sesaknya bandara. Yang ada di pikirannya kini hanyalah sosok Acacia yang kian menjauh.
Tidak, dia tidak mau lagi mengingat isi surat yang diberikan oleh orang yang amat dicintainya itu.
Sekali lagi, terimakasih atas segalanya. Terimakasih atas harapan, tawa, canda, cintamu. Aku tak pernah menyesal mendonorkan bagian penting dari organ tubuhku karena-
"ACACIA!" teriak Abercio sambil berlari ke arah Cia, mengabaikan para petugas bandara yang mencoba menghentikannya.
Acacia menoleh, tersenyum lembut sebelum akhirnya tubuh gadis itu ambruk.
"Cia! Bangun!" teriak Abercio berusaha menggapai tubuh kaku Acacia.
-aku mencintaimu.
Aku tersenyum membaca akhir dari novel itu. Mataku kini memandang langit-langit ruangan yang hangat namun terasa dingin.
Dear waktu, bolehkah sekali saja kisahku seumpama cerita di novel itu?

KAMU SEDANG MEMBACA
Altheargus ( On Going )
RomanceAlthea? Mereka bilang nama itu artinya adalah penyembuh. Itu benar, aku bisa menyembuhkan segala macam luka dan trauma tapi .... Aku bersumpah akan pergi apapun yang terjadi -Althea Vironika Warning! Plagiat dilarang kemari! Jangan membawa benda ta...